Hari-hari berlalu Vino dan kawan-kawan se-shift tampak begitu serius tapi santai dalam bekerja. Sambil memotong bahan-bahan bra, mereka mengobrol atau melempar candaan untuk menghilangkan jenuh.
Terkadang mereka juga langsung pura-pura serius dan fokus bekerja saat ada atasan yang lewat untuk memantau pekerjanya. Setelah atasan lewat mereka kembali bercanda.
Sekarang ini Vino dan kawan-kawan se-shift dan pekerja lama yang juga se-shift berjalan keluar untuk pulang. Di luar gedung hari sudah malam karena mereka semua masuk shift 2.
"Apa ini?" ucap Vino saat melihat sebuah kertas tertempel di kaca pos satpam setelah absensi pulang.
Dinan, Araz, Dyo, Mario dan Frans yang akan absensi pulang shift 2 langsung menghampiri Vino. Mereka melihat sebuah kertas mengenai sebuah pengumuman.
"Untuk mengapreasiasi kerja keras dan menurunkan tingkat stress kalian, maka PT AAF akan mengadakan family gathering," monolog Vino membaca pengumuman di kertas.
"Serius ini?" tanya Dyo.
"Iya, ini kan yang tertulis," jawab Vino.
"Kapan?" tanya Araz.
"Baca sendiri elah." Vino menyingkir untuk menaruh time card-nya ke rak.
Sontak saja mereka semua senang bukan kepalang. Akhirnya mereka bisa istirahat sejenak setelah bekerja mengejar target yang katanya sulit dicapai ditambah kena omelan supervisor gara-gara potongan tidak sesuai standar selama 1 bulan lebih.
Mereka semua lalu menuju kendaraan masing-masing yang terparkir di area depan pabrik untuk pulang ke rumah masing-masing. Kecuali Dinan yang sudah dijemput istri dan anaknya.
"Nan, duluan!" teriak Vino sembari membunyikan klakson saat melewati Dinan.
"Yo!" balas Dinan yang tengah mengobrol sebentar dengan istrinya.
Vino menjalankan vespanya dengan kecepatan sedang menuju tempat ia menitipkan Yuvia saat ia shift 2 atau shift 3. Walau hari sudah begitu larut, tapi matanya belum menunjukan tanda-tanda mengantuk.
Drrtt... drrrttt...
Getaran handphone pertanda ada pesan masuk di saku jaketnya mengalihkan perhatiannya sejenak. Vino menepikan vespanya ke pinggir jalan untuk mengecek siapa yang mengiriminya pesan.
"Shani," monolog Vino membaca siapa pengirim pesan.
Benar kok yang mengirimi pesan itu Shani, anak QC yang sering ribut dengan Vino. Dalam situasi ini Shani tidak tahu kalo orang yang dia kirimi pesan adalah orang yang suka bikin dia emosi.
Sebelum bertemu, ribut dan bekerja dalam satu pabrik, mereka sudah berkenalan lewat aplikasi games online bernama Hago beberapa bulan lalu. Hanya saja Vino tidak memberitahu identitas aslinya.
ShaniQC
Udah tidur belum?Vino pun segera mengetik balasan setelah itu memasukan handphone-nya kembali dan menjalankan vespanya.
Merasa udara malam begitu dingin karena sebelumnya sempat diguyur hujan sehabis isya, Vino memutuskan mampir sejenak ke angkringan langganannya sejak masuk shift 3 atau pulang shift 2 untuk membeli susu jahe merah.
"Bang, biasa," pesan Vino pada pedagang.
"Siap!" jawab pedagang itu langsung menyiapkan pesanan Vino.
"Tumben lagi rame nih, Bang." Vino melihat ramainya pengunjung di angkringan.
"Iya, kan malam minggu," sahut pedagang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Factory
FanfictionVino si pekerja baru membuat Shani menjadi penasaran. Saking penasarannya membuat Shani justru ... Penasaran jalan ceritanya? Silahkan baca....