16

885 114 16
                                    

Siang ini Vino berada di sebuah mall bersama teman SMA-nya, Hanna mencari jam tangan di toko jam untuk hadiah ulang tahun kekasih Hanna.

Awalnya Vino enggan menemani teman SMA-nya itu karena sedang galau karena tidak tahu keberadaan Shani ditambah takut ada kesalahpahaman dari kekasih Hanna. Tapi karena terus dipaksa ditambah tidak akan terjadi masalah Vino pun akhirnya mengalah untuk menemani Hanna mencari hadiah.

"Yang ini, ini, ini apa ini, Vin?" tanya Hanna bingung karena ada 4 jam tangan berbeda merk dan model di atas etalase yang diletakan pekerja yang merekomendasikan jam tangan bagus untuk cowok.

Vino yang ditanya hanya diam karena ia teringat momen saat Shani bertanya soal jam tangannya yang sempat ia bilang KW padahal memang asli yang ia beli di Jepang. Tapi bagaimana Shani tau jam tangannya itu asli bukan kw?

"Vin?" Hanna menepuk bahu Vino.

"Apa, Han?" Vino tersadar dari lamunannya.

"Yang bagus yang mana?" tanya Hanna.

"Yang tag heuer bagus model sama warnanya. Tapi balik lagi ke lu maunya yang mana buat hadiah pacar lu," jawab Vino berpendapat tentang salah satu jam tangan yang cocok.

"Bagus sih. Ya udah deh, aku ngikut apa kata kamu," ucap Hanna yang tak ingin pusing memilih. Lalu ia pun menujuk jam pilihan Vino. "Mbak, yang ini ya."

Setelah membayar jam tangan, Vino dan Hanna pergi ke sebuah tempat makan yang ada di dalam mall karena sudah waktunya makan siang.

Mereka berdua memutuskan makan siang di tempat makan dengan menu utama bakso yang harganya berkali-kali lipat dari bakso keliling atau kedai pinggir jalan.

"Masih belum ketemu, Vin?" tanya Hanna ingin tahu perkembangan masalah Vino.

"Belum, Han. Hampir semua tempat di Jakarta udah gue datengin gak ada dia," jawab Vino disertai hembusan nafas kasar dari mulut.

"Jangan nyerah, Vin. Kalo jodoh pasti bertemu," ucap Hanna menyemangati.

"Afgan kali ah," sahut Vino tertawa pelan. "Mungkin gue akan cari terus sampe gue udah gak sanggup lagi."

"Vino? Hanna?" seorang perempuan cantik mendatangi meja Vino dan Hanna. Perempuan itu begitu mengenali keduanya.

"Natalia?" ucap Hanna saat melihat siapa perempuan menghampirinya dan Vino. Sedangkan Vino tersenyum saat melihat perempuan itu.

"Iya, ini gue, Han. Natalia," jawab perempuan itu tersenyum.

Hanna beranjak dari duduknya lalu bersalaman dan cipika-cipiki dengan Natalia. Vino pun beranjak tapi ia hanya bersalaman dengan Natalia. Lalu Natalia duduk di samping Hanna.

"Wah, apa kabar, Nat?" tanya Hanna.

"Baik kok. Kalo kalian?" tanya Natalia menatap Hanna dan Vino bergantian.

"Aku baik. Kecuali Vino," jawab Hanna seraya melirik Vino.

"Maksudnya?" Natalia bingung maksud teman SMA-nya.

"Galau," ucap Hanna singkat.

"Galau kenapa lu? Diputusin cewek?" tanya Natalia menatap Vino.

"Bukan," jawab Vino singkat.

"Terus?" tanya Natalia lagi.

Vino mulai menceritakan permasalahannya pada Natalia dari awal. Natalia yang mendengarkan pun hanya diam hingga Vino menyelesaikan ceritanya dan memikirkan sebuah pertanyaan agar tidak menyinggung.

"Jadi sekarang lu gak tau dia dimana sekarang?" tanya Natalia setelah Vino  selesai bercerita.

Vino mengangguk pelan. "Iya, Nat."

Love in FactoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang