14

911 118 21
                                    

"Papa masih mikirin Tante Shani?" tanya Yupi yang melihat Papa-nya hanya mengaduk-aduk bubur tanpa menyuapinya ke mulut.

"Iya," jawab Vino singkat.

Sejak kemarin hingga pagi ini, Vino masih saja memikirkan Shani. Bahkan ia baru tidur jam 3 pagi dan bangun jam 5 karena Yupi membangunkannya.

"Jangan mikirin Tante Shani mulu. Abisin sarapannya, anterin Yupi, pulang ke rumah, tidur, siangnya jemput Yupi," jelas Yupi tentang jadwal Papa angkatnya untuk hari ini. Harusnya tidur tidak termasuk, tapi mengingat sang Papa angkat tidurnya hanya 2 jam.

"Iya, ini Papa makan." Vino mulai menyuapi bubur ke mulutnya.

"Nah gitu. Yupi gak mau Papa sakit lagi kaya waktu itu," ucap Yupi lalu meneruskan sarapannya lagi.

Vino tersenyum karena keponakan yang kini ia angkat sebagai anaknya begitu khawatir jika ia sakit seperti waktu itu.

Setelah menghabiskan sarapan dengan menu bubur ayam, Vino dan Yupi langsung pergi dengan tujuan ke sekolah Yupi.

"Lah? Papa?" Yupi heran karena melihat Papa angkatnya malah mengeluarkan vespa bukannya mobil sport dari garasi.

"Kenapa?" tanya Vino sambil menyalakan mesin vespanya.

"Gak pake mobil?" tanya Yupi berharap bisa menaiki mobil mahal.

"Enggak. Enakan pake si Valentino," jawab Vino sambil naik dan duduk di atas vespanya. Helm ia pakai setelah itu memberikan helm satu lagibke Yupi.

"Enak apanya?" Yupi bingung sambil memakai helm di kepalanya.

"Enak lah. Ada AC-nya. Angin Cepoi-Cepoi," jawab Vino lalu tertawa.

"Krik."

Setelah Yupi naik duduk di belakangnya, Vino langsung menarik gas vespanya menuju sekolah Yupi yang jaraknya cukup jauh dibanding saat tinggal di rumah kontrakan.

Sesampainya di depan gerbang sekolah Yupi, Yupi langsung turun dari vespa Vino. Tak lupa ia lepas helm di kepalanya dan salim ke Vino.

"Nanti siang Papa jemput Yupi pake mobil ya," pinta Yupi yang takut pulangnya nanti hujan karena cuaca saat ini tidak bisa diprediksi.

"Gimana ya. Liat aja nanti," jawab Vino. "Ya udah, Papa pergi dulu."

"Iya. Hati-hati Papa."

Vino kembali menjalankan vespanya meninggalkan sekolah Yupi. Sementara Yupi melangkah masuk ke dalam area sekolahnya.

Tapi Vino malah mengarah ke jalan menuju pabriknya untuk mengecek keadaan di sana terutama ingin bertemu Shani yang semoga saja masih bekerja di pabriknya.

Ingatan Vino saat bertemu pertama kali dengan Shani pun berputar di kepalanya disaat ia berada di jalan yang sebagai saksi ia dimarahi Shani yang disebabkan ia hampir membuat Shani dan Gracia celaka.

Sesampainya di pabrik, Vino memarkirkan vespanya di area depan dekat gedung kantor pabriknya. Kedatangannya ke pabrik jadi pusat perhatian para pekerjanya. Selain datang menggunakan vespa, Vino datang ke pabrik menggunakan jaket hoodie, celana pendek dan sandal jepit.

"Masih aje pake vespa. Mobil lu kemana?" tanya Dyo yang datang menghampiri saat Vino sedang melepas helm di kepalanya.

"Lagi males. Pengen bawa si Valentino," jawab Vino lalu melihat ke pos tempat biasa dulu ia bersama Dyo, Araz, Dinan santai menunggu waktu masuk. "Belum dateng mereka?"

"Gak tau deh. Gue aja baru dateng. Itu masalah lu sama Shani mau diselesain hari ini?"

Vino mengangguk. "Iya. Gue dari semalem kagak bisa tidur mikirin itu."

Love in FactoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang