17

966 124 7
                                    

"Serius ini rumahnya?" tanya Dyo pada 4 temannya yang datang menggunakan motor saat mereka berhenti di depan gerbang sebuah rumah.

"Dari alamatnya sih bener, terus nomor rumahnya juga bener," ucap Dinan setelah mengecek handphone-nya melihat chat yang dikirimkan seseorang.

"Assalamualaikum," ucap Dyo dengan berteriak agar dapat didengar orang yang berada di dalam rumah.

"Walaikumsalam." Seorang perempuan keluar dari dalam rumah berjalan menuju gerbang yang terkunci. "Kok lama sih kalian datengnya?"

"Gimana kita gak lama, Gre. Rumahnya Vino jauh dari pabrik. Itu pun tadi sempet nyasar," jawab Frans.

"Vino gimana?" tanya Dyo.

"Sering ngelamun, susah dibujuk buat makan, kurang istirahat sejak ketemu Shani," jawab Gracia sambil membuka gerbang dengan digeser. "Aku minta tolong ya temenin Vino beberapa hari."

"Tapi kerjaan kita di pabrik gimana?" tanya Araz ragu menerima permintaan Gracia karena akan berpengaruh ke absensi.

"Tenang aja, Bang Yoga udah izinin kalian sampe Vino kembali ke Vino yang kita kenal," jawab Gracia yang membuat 5 laki-laki robot bernyawa itu lega. "Yuk masuk."

5 laki-laki memasukan motornya ke area rumah Vino dan memarkirkannya di depan garasi. Setelah memarkir motor mereka bersama Gracia memasuki rumah Vino.

"Ini rumah yang nempatin Vino sama Yupi doang?" tanya Dyo saat melihat luasnya rumah Vino setelah ia dan teman-temannya masuk ke dalam rumah.

"Iya. Mereka cuma berdua doang, sebelum Vino nawarin aku kerja di sini," jawab Gracia.

"Vino-nya dimana, Gre?" tanya Dinan.

"Di gazebo belakang rumah. Kalian temenin gih mungkin dia bakal senang kedatangan kalian," jawab Gracia.

Dyo bersama teman-temannya langsung menuju gazebo di belakang rumah untuk menemui Vino, sementara Gracia memilih ke dapur untuk membuatkan minuman.

Sesampainya di belakang rumah, Dyo dan yang lainnya melihat Vino sedang melamun dengan ditemani gitar akustik yang berada di pangkuannya.

"Vino!" panggil Dyo.

Vino menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya dan terkejut melihat teman-temannya datang. "Tau darimana rumah gue?"

"Dari Gracia. Kita berlima disuruh ke sini buat nemenin lu yang lagi galau," jawab Dinan.

"Kita juga ke sini bawa martabak." Frans menunjukan plastik berisi satu kotak martabak telur.

"Thanks ya. Tapi gue lagi gak laper. Kalian aja yang makan," ucap Vino tersenyum tipis.

"Kan gue bilang apa, orang kalo lagi galau nafsu makannya ilang," bisik Dyo pada Frans yang sebelum tiba di rumah Vino mereka membeli martabak untuk Vino.

"Iya, iya. Ya udah kita makan nih martabak. Daripada mubazir," ucap Frans sambil mengeluarkan kotak dari plastik.

"Bang, boleh kita nginep gak?" tanya Araz memastikan.

"Silahkan," jawab Vino singkat.

Mereka semua pun mulai mengobrol dengan ditemani martabak yang tak lama kemudian kopi panas buatan Gracia tambahannya. Kecuali Vino yang tidak mengobrol dan memakan martabak, ia memilih mendengarkan obrolan teman-temannya.

Obrolan mereka pun tak jauh dari kerjaan di pabrik yang membuat Vino penasaran ada kejadian apa saja saat tadi ia tidak ke pabrik untuk mengawasi dari ruangannya.

"Emang lu dapet bahan apa, Yo?" tanya Vino mulai berbicara saat Dyo bercerita tentang pekerjaannya yang terbilang lucu dan mengesalkan saat mendapat sebuah bahan baru.

Love in FactoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang