~Jangan gampang sakit hati, di dunia ini yang punya perasaan bukan cuma kamu~
****
Bel tanda berakhirnya jam KBM sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu. Gravity sudah mengendap-endap, bersembunyi di balik dinding. Objek yang ia liat sama seperti biasanya, El. Tidak ada rasa bosan ataupun lelah bagi Gravity kalau sudah menyangkut El. Cewek itu menatap serius ke arah El yang duduk dibawah pohon beringin, posisi El memunggunginya jadi ia tidak tau apa yang tengah El lakukan dibawah pohon sana.
El menengguk minuman kaleng berwarna biru yang ia bawa dari kantin tadi, lalu ia letakkan kembali disisi kanan tempatnya duduk. Tangan kanan El menggenggam cuter silver yang biasa ia gunakan untuk melalukan self injuri. Belum sempat ia menggoreskan cuter ketangan, seseorang memukul punggung tangannya membuatnya terkejut dan reflek menjatuhkan cuter. Sebenarnya pukulan tadi tidak keras, malah rasanya seperti belaian, tapi El tetap kaget karna setaunya ia hanya sendirian di sini.
El langsung berdiri dan menurunkan lengan bajunya yang sengaja ia tekuk tadi. Tatapan nyalang ia lontarkan untuk Gravity sang pelaku pemukulan tadi, selalu saja mengganggu.
"Bisa-" ucapan El terhenti ketika Gravity mengambil lalu menengguk minumannya tanpa ijin. El melot heran, bisa-bisanya Gravity minum bekas bibirnya. Bukan kah sama aja ciuman tapi secara tidak langsung? El langsung menggeleng, menyadari pikirannya yang malah ngawur.
"Enak, tapi sakit ditenggorokan," Gravity mengadu.
"Bisa nggak, nggak usah gangguin gue?!"
"Eungh?"
"Setiap gue mau sendiri, lo selalu muncul entah dari mana, lo manusia apa setan sih sebenarnya?!"
"Grave, bidadari kak!" Ucap Gravity tanpa dosa.
El menghela nafas panjang, lalu membungkuk untuk mengambil cuternya.
"Eh, kak El mau coret-coret tangan lagi, ya?"
"Bukan urusan lo."
"Grave cuma mau tau, nggak mau ngurusin kok,"
"Serah."
"Pukulan Grave bikin sakit tangan kak El nggak?"
"Lo tadi mukul? Gue kira ngebelai."
Gravity menatap telapak tangannya yang kecil. "Selembut itu kah tangan Grave bagi Kak El?"
"Jadi manusia kecil banget sih lo!" Sinis El.
Gravity berkacak pinggang, lalu mendongak menatap El. "Kak El mentang-mentang bisa tumbuh ke atas seenak jidat menghina Grave,"
"Nggak papa sih, btw kak El udah maafin Grave?""Nggak."
"Liat nih kak, tangan Grave masih sedikit sakit," menunjukkan telapak tangannya.
"Salah lo sendiri."
"Iya tau, Grave kan emang selalu salah."
"Bagus kalo sadar." Sarkas El sebelum akhirnya berlalu meninggalkan Gravity.
Tapi, bukan Gravity namanya kalau diam begitu ditinggal El. Ia tentu mengejar, langkah El yang tidak terlalu cepat berhasil Gravity imbangi. Ia lantas memeluk perut El dari belakang lalu menyandarkan kepalanya dipunggung bawah El.
"Kak El... jangan jahat,"
"Grave, salah ya? Padahal, kan udah minta maaf,""Lepas!"
"Janji, mau maafin Grave dulu!"
"Lepas!"
"Maafin Grave dulu, kak!"
"IYA!"
Gravity perlahan melepas pelukannya. "Makasih kak El,"
"Grave janji nggak akan bikin kak El marah lagi," sambung Gravity.
"Eh tapi kak El, Grave boleh nebeng nggak pulangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG [Open PO]
Teen FictionElfas yang kerap disapa el putra dari pasangan vibra dan vio,cowok tampan dengan sejuta pesona siapa yang tau jika el yang selalu bersikap ramah dan mudah berbaur ternyata pengidap depresi (self injury) sejak usia 15th,hidupnya tergantung obat dan c...