~Jangan pura-pura tegar, aku tau kamu rapuh.~
****
Suara deringan hape menyadarkan El dari lamunanya, ia tidak menyadari obat yang ia pegang sudah berhamburan dilantai. Entah apa yang ada dipikiran El sekarang hingga membuatnya melamun tak jelas. El memungut obat antidepresan lalu kembali memasukkanya ke dalam tabung kecil.
Pagi ini El terlihat sangat pucat, bibirnya kering dan tatapanya sayu. El meneguk segelas air putih untuk melarutkan obat yang ia telan, ia berharap setelah ini tubuhnya kembali membaik.
Diambilnya hodie berwarna hitam dilemari kaca sebelahnya. Tidak biasanya El memakai hodie saat sekolah, tapi hari ini tubuhnya sedang kurang fit, jika orang normal akan merasa panas karena cuaca memang terik meski masih pagi. Tapi, El justru mengeluarkan keringat dingin.
"El, nggak sarapan dulu?" Sambut Vio ketika El melewati dapur.
"Enggak."
"Kenapa nggak sarapan? Nanti sakit," tambah Vibra.
"Udah tadi." Singkat El, Ia segera pergi.
Di dalam mobil El merasakan pusing yang luar biasa seolah kepalanya tengah ditusuk-tusuk benda tajam. Selang beberapa menit keluar darah kental dari lubang hidung bangir El. Sudah biasa baginya mengalami mimisan seperti ini, El mengelap hidungnya menggunakan tisu, meskipun kepalanya masih pusing ia tetap harus sekolah dan menjemput Gravity.
El melajukan mobilnya pelan, lima belas menit berlalu tak terasa ia sudah sampai di depan rumah Gravity. Ia disambut hangat oleh Gravity.
"Kak Elang yang ganteng, calon suaminya Grave yang paling palig paling... ngeselin, kok lama?"
"Macet."
"Masa sih?" El mengerjapkan matanya sebagai jawaban iya.
Gravity baru menyadari kalau El terlihat pucat. "Suami Grave sakit ya? Ini kenapa pucet banget, kok ada bekas darah kering dihidung? Kak El kambuh lagi self injurynya?!" Tanya Gravity beruntun, ia menjulurkan tanganya untuk menagkup wajah El lalu mengoyangkanya ke kanan dan kiri.
"Enggak."
"Kenapa mukanya kaya mayat ganteng gini?!"
"Bawel. Buruan masuk!"
Gravity duduk dibangku sebelah El, matanya masih fokus memandangi wajah tampan cowok di sampingnya.
"Kak El sakit kan?""Enggak Grave," jawab El sambil mengusap puncak rambut Gravity.
"Nggak usah bohong kak! Itu tisu bekas siapa kok ada darahnya?"
"Tadi lo udah sarapan?" El mengalihkan pembicaraan.
Gravity semakin curiga, pasalnya ia tau El itu anti tanya duluan.
"Berhenti di sini kak!" El tidak mengubris ucapan Gravity."Kak El berhenti!"
El menepi untuk menghentikan mobilnya. "Apa?"
"Kak El pasti belum sarapan, ini Grave bawa susu sama roti. Buat kak El, sebenernya mau ngasih pas nanti jam istirahat pertama tapi berhubung kak El sekarang belum makan yaudah makan sekarang aja, ini." Gravity membuka botol minumnya meminta El untuk segera meminum susu buatannya. Awalnya El kira Gravity marah dan memaksa turun di pingir jalan karna dari nada bicaranya tadi yang meninggi, ternyata di luar dugaan Gravity hanya ingin memberinya makanan.
El mengamati botol merah jambu pemberian Gravity.
"Itu susu, biasanya Grave kalo sekolah selalu bawa susu soalnya. Diminum kak,""Hm."
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG [Open PO]
أدب المراهقينElfas yang kerap disapa el putra dari pasangan vibra dan vio,cowok tampan dengan sejuta pesona siapa yang tau jika el yang selalu bersikap ramah dan mudah berbaur ternyata pengidap depresi (self injury) sejak usia 15th,hidupnya tergantung obat dan c...