Elang 8

44.1K 3.4K 150
                                    

~Hargai dan jangan sia-sia kan aku ketika aku masih bertahan disisimu. Bukankah itu permintaan yang sangat sederhana?~

****

Sore ini, El duduk dalam diam dikursi tunggu depan ruangan bersalin.  Dua jam yang lalu mamanya melahirkan, El tidak menyangka diusianya yang sudah 17 tahun ia masih punya adik, kembar pula. Tentu rasa bahagian menyelimuti keluarga besar mereka. Beberapa sanak saudara, keluarga dekat, dan sahabat Vibra dan Vio  ada yang datang menjenguk, mangkanya El memilih untuk duduk di luar, bukanya sombong ataupun tidak sopan. Tapi beginilah El, dia sulit untuk berbaur. Lagi pula ada atau tidak dirinya di dalam, tidak menjadi masalah.

El mengembuskan nafas panjang, kemudian merogoh saku jaketnya. Obat anti depresan yang ia cari, akhir-akhir ini kepalanya sering pusing, setiap malam juga pasti mimisan. El selalu ketakutan tiap kali memejamkan matanya karna bayangam masa lalu kelam seperti terus mengantui. Membuat El merasa semakin bersalah, dan teringin melukai dirinya sendiri. El memijat pelipisnya perlahan, matanya kembali memejam tapi sedetik kemudian terbuka begitupun seterusnya sampai sesorang menepuk bahunya keras.

"Kak Elang," sapa Gravity ceria, seperti biasa seolah tidak ada masalah apapun. Padahal baru tadi siang El marah-marah tapi Gravity nggak kapok sama sekali.

Melihat wajah Gravity yang cerah ceria membuat El sedikit merasa bersalah karna tadi siang sempat membuatnya menangis.

"Kak El kok diluar?" Gravity duduk disebelah El. "Kak El nggak papa, kan?"

"Sorry." El bermaksud menyingung tentang kejadian tadi siang.

"Hum?" Mata bulat Gravity menatap wajah El.

"Eh kak El ini kenapa?" Tanpa ijin Gravity menarik tangan kanan El, banyak bekas luka goresan di pergelangan tangan El, sepertinya itu luka baru. Secepat kilat El menarik tangannya, menyembunyikannya di saku jaket.

"Obat apa ini kak," tanya Gravity menelisik tabung putih yang tadi El pegang. Padahal sebenarnya dia tau obat itu kan pernah ia rebut sebelumnya, sampai El emosi.

El langsung menyaut kembali obat itu. "Jangan deket gue."

"Sayangnya Grave udah deketin kak El dari kecil, jadi susah mau menjauhnya. Eh Grave juga nggak mau jauh dari kak El sih sebenernya."

"Pergi dari sini!" Usir El.

"Kak El nggak mau minta maaf sama Grave? Tadi siang kak El nakalin Grave lho," tegur Gravity.

"Gue pingin sendiri."

Gravity berdecak, "Grave pingin nemenin kak El." Ucapnya kekeh.

"Terserah."

Selang beberapa detika mereka diam, hingga suasana hening membungkus keduanya. Tidak ada yang berucap, Gravity pun enggan untuk bersuara kembali. El diam dengan pikirannya yang selalu rumit.

"Lo berdua ngapain dugem di sini?" Ucap Al seronoh, baru saja muncul dia selalu menggundang El untuk baku hantam.

"Kak Al, punya mata cuma dibuat pajangan. Nggak ada manfaatnya sama sekali, dasar,"

"Apa lo cabe kriting," tantang Al.

Gravity mencibir, "Dasar sempak miper nggak tau diri,"

ELANG [Open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang