Elang 34

32.5K 3.4K 558
                                    

Happy reading

~Cuma karna masalah sepele, nggak semudah itu ninggalin orang yang kita sayang.~

...

El sudah terlihat rapi, meski hanya memakai kaos putih dan jaket parasut hitam. Sebelum meninggalkan kamar, dia membuka hape untuk melihat pesan yang masuk entah dari siapa. Jari El bergerak lincah membalas pesan, Cowok itu meraih kunci mobil sebelum akhirnya meninggalkan kamar.

Setibanya di ruang tamu, El bertemu kedua orang tuanya yang memangku adik kembarnya, sambil menikmati secangkir teh  di sore hari. Di sana juga ada Al yang sibuk dengan game dihapenya.

"El," sapa Vio, kembut.

"Mau kemana El?" Tanya Vibra.

"Mau jalan bentar," El berujar seraya memakai sepatu. Kemudian cowok itu menyalimi tangan Vibra dan Vio bergantian.

"Pulangnya jangan sampe malem," pesan Vio.

"Iya, ma, aku pergi dulu." Pamit El sebelum akhirnya keluar rumah.

El melajukan mobilnya untuk segera menuju rumah Gravity, kurang dari lima belas menit mobil El sampai di depan gerbang tinggi rumah Gravity. Kosong, sang pemilik tidak ada dirumah. Menurut keterangan Satpam yang ada di sana, Gravity sudah pergi sejak jam tiga tadi, sedangkan orang tuanya masih berada di kantor. El berucap terimakasih kepada sang satpam sebelum akhirnya kembali ke mobil.

El tidak langsung pergi, cowok itu masih berdiri di depan mobilnya sambil berusaha menelepon Gravity. Tumben sekali Gravity tidak memberi kabar kalau mau membatalakan janji, semalam saat mereka chattingan juga Gravity tidak memberi tahu apa-apa pada El. Usai meninggalkan pesan, El masuk mobil arah tujuannya sekarang adalah untuk menjemput jeslyn yang mungkin saja sudah menunggunya.

Mobil El terhenti di sebuah gedung serba putih, nampak dari luar bangunan rumah mewah itu terkesan kuno tapi tetap terlihat mewah. Belum sempat El turun pintu mobil sebelahnya terbuka menampakkan sosok gadia mungil tersenyum lebar ke arahnya, senyuman lembut yang selalu mengingatkan El pada Gravity.

"Kak El!" Gadis itu berseru riang.

"Girang banget, baru aja mau turun minta ijin sama Bunda."

"Aku gercep kak kalo urusan es krim, tadi Bunda sempet nggak ngijinin, kak Satria juga ngompor-ngomporin Bunda biar aku nggak jadi ikut kak El. Kata kak Satria, kak El mau nge-date? Terus aku malah jadi orang ke tiga."

Sekejab kemudian gadis itu melihat kesekeliling, tepatnya di dalam mobil, "kok Bidadarinya nggak diajak lagi?"

"Udah diajak tapi dia nggak ada dirumah, mungkin ada acara dadakan, nggak papa lain kali ya."

"Janji tapi ya?" Tanya Jeslyn serius sambil mengangkat jari kelingkingnya.

"Janji," balas El, jari kelingkingnya ia tautkan ke jari Jeslyn.

"Kita mau ke mana kak?"

"Jalan-jalan," ucap El sambil memasangkan seatbelt.

"Kak ke Toko Buku dulu, yuk!"

"Hm," El berdehem meng'iya'kan.

El berhenti disebuah Toko Buku yang terletak di pinggiran jalan. Rak buku yang berisi berbagai jenis buku berjejeran di mana-mana, riuh pengunjung yang datang juga menambah kesan ramai. Ternyata di sama sedang ada pameran Buku. Jika El tertarik dengan buku berbau pelajaran sekolah, tidak dengan Jeslyn yang justru lebih menyukai Novel dan komik. Tidak masalah, El masih bersedia mengikuti kemana pun Jeslyn menapak.

ELANG [Open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang