Kringgg.... Kringgg....Bel istirahat baru saja berbunyi di pagi hari menjelang siang yang agak sedikit mendung ini. Seluruh murid keluar kelas dan menunggu temannya di koridor-koridor depan kelas untuk ke kantin atau ke tempat-tempat biasa mereka tempati saat jam istirahat berlangsung.
Devia, Tasya, dan Caca asyik berjalan sambil bercanda dan tertawa, mentertawai Caca yang suka lemot jika sedang badmood atau salah tingkah, dan sekarang dia sedang badmood karena lagi kedatangan tamu bulanannya. Devia dan Tasya sibuk menggodai Caca yang sedang badmood karena itu berpengaruh pada kinerja otaknya dan yang dia ungkapan lewat ekspresi wajahnya.
Sampai kantin, penuh sekali di stand es dan makanan ringan kalori. Ada juga yang makan nasi dan lauk pauknya yang bisa dibilang banyak. Ada lagi yang tidak jajan karena menabung untuk masa depan. Dan parahnya ada yang cuma mintain makanan yang lewat didepan dia. 'Dasar, gak modal.', Itu lah pasti gerutuan para siswa yang kena dimintai makanan sedikit oleh kelompok yang tadi.
"Duduk dimana nih?masa deket Gilang sih?" Kata Caca, sambil mencolekkan pundaknya dengan pundak Tasya, karena Devia sedang memesan makanan untuk mereka.
"Kenapa sih emang?"
"Ya.. Gua ga enak sama Dandi aja ntar, klo Devia duduk sama Gilang, kena semprotan kita" gerutu Caca "Gua ga mau ya, sampe didiemin sama ga dikasih PR Matematika sama tuh si Dandi" lanjutnya.
"Terus mau dimana lagi? Gua mager muter balik lagi, tau gitu ga ke kantin sekalian." Lirik Tasya kepada Caca dengan tatapan kesal.
"Yaudah, deket Gilang tapi kalo Dandi nanya suruh lo ya?"
"Hmm" Tasya bergumam "Gampang itu mah" lanjutnya, sambil berjalan menuju meja kantin dekat dengan kelompok Gilang, dkk.
"Ini kosong kan?" tanya Tasya, sambil matanya melihat ke Gilang. Pertanda bahwa ia bertanya kepadanya.
"Iya, duduk aja. Ga ada yang larang juga." Gilang menyahuti pertanyaan Tasya, cuek.
Tasya dan Caca duduk berhadapan, sedangkan bangku yang sebelah mereka masih kosong. Tak lama, Devia datang membawakan pesanan mereka.
"Ini tuan putri, silahkan dimakan." Kata Devia sambil duduk di samping Tasya, dan menyodorkan makan yang tadi dipesan Tasya dan Caca
"Terima kasih upik abu." Caca menyahut ucapam Devia dengan gaya yang sombong.
"Enak aja, masih ada kedudukan diatas tuan putri kali, yaitu Ratu. Jadi gua Ratunya. Mlee.." Kata Devia sambil menjulurkan lidahnya dan membuat matanya jereng.
"Dasar" Gumam Tasya terkekeh melihat kedua temannya itu.
Mereka pun memulai makan dengan hikmat dan tidak saling berbicara,fokus pada makanannya masing-masing. Setelah selesai makan mereka berbincang-bincang sebentar. Kemudian kembali ke kelas,bel memang belum berbunyi tapi di kelas pasti bisa lebih bebas saat jam istirahat seperti ini.
"Kenapa noh si curut?" Tanya Caca yang menyenggol lengan Devia, karena saat sampai di kelas melihat Dandi yang menangkupkan kepalanya diatas meja menggunakan lipatan tangannya.
"Gatau" Jawab Devia menggedikan bahunya "Yaudah, gua kesana dulu" lanjut Devia sambil berjalan ke kursi pojok, yang ditempati oleh Dandi dan Erik.
"Kenapa Dan?"
Dandi yang mendengar suara itu mengangkat kepalanya. "Gatau." hanya merespon dan kembali menelungkupkan kepalanya.
Devia menaikkan alisnya kemudian melirik ke Erik samping Dandi, Raka, dan Arul disebrang meja, bertanya 'Lah,kenapa ini orang? '.
" Masa Dedek Devia ga peka sih" Raka sambil menatap gemas Devia
"Lah? Kok jadi gua? Ya udh, gua balik ke meja" Belum sempat melangkah, tangannya ditahan Dandi. Devia ingin bicara, tapi keduluan dengan Dandi.
"Sini aja, biar Erik yang pindah" kata Dandi masih dengan posisi yang sama. Devia mengerenyitkan dahinya, kemudian mengangguk. Walaupun Dandi tidak melihatnya. Devia duduk di sebelah Dandi.
Mereka berdua sama-sama diam, tapi tangan Dandi tetap menggengam tangan Devia, Devia yang menyanggah dagunya. Entah apa yang ada dipikiran mereka berdua. Sampai sebuah suara mengintrupsi mereka.
"Ck, ABG labil dasar. Kalo ada masalah tuh diselesain berdua, bukan diem-dieman kaya gini. Gosong ntar bukan garing lagi. Dedek Devia harusnya peka dong, Abang Dandi juga keluarin unek-uneknya" Raka berdecak, dan berkacak pinggang melihat dua insan itu.
"Sok tau lo"
"Bacot lo"
Kata Dandi dan Devia berbarengan, padahal Dandi masih pada posisi yang sama.
"Duh... So sweetnya kalian, sampai barengan gitu. Tapi sayang, ga ada yang berani mulai." Kini giliran Arul yang berbicara, sambil menatap kagum kemudian cemberut saat kalimat terakhir yang dia ucapkan tadi pada keduanya.
Tuk, Bunyi pulpen terlempar mengenai kepala Arul
"Shhhh, Sakit bego Dan." ringisnya karena pulpen yang dilempar Dandi tepat mengenai kepalanya.
Kringgg... Kringgg...
Bel masuk berbunyi tepat saat Arul dan Raka duduk di seberang Dandi dan Devia. Devia bangun dari duduknya, tapi ditahan Dandi.
"Sini aja, sampe pulang, satu mata pelajaran lagi" Ucap Dandi dan menarik pelan kembali lengan Devia, saat melihat Devia ingin bicara menjawab "Gapapa, nanti gua yang bilang, gua yang pengen lo duduk disini. Temenin gua" Terus Dandi dengan penekanan. Devia hanya tersenyum, paksa. Dandi memang begini, moodian, susah menjelaskan gimana yang dia rasa tapi dia melewati sikap.
Pelajaran pun dimulai, guru pun tidak protes. Karena selama masih menyimak materi, sah-sah saja. Sampai bel pulang berbunyi, kelas disiapkan berdoa, dan pulang. Dandi masih duduk ditempatnya sambil bersender pada tembok dan tidak melepaskan genggamnya pada Devia.
"Dev, lo tau kan, gua ga suka lo deket sama Gilang?" Tanya Dandi to the point, dan menatap ke Devia.
"Ga tau, Dandi ga pernah bilang ke Devia" sambil menggedikan bahunya, karena memang ia tak tahu, dan seingatnya Dandi tidak pernah melarangnya dekat dengan Gilang.
"Hhhhh... Okeh sekarang gua bilang." jeda sebentar "Dandi ga suka Devia dekat dengan Gilang" lanjutnya mantap, dan menatap Devia, serius.
"Kenapa? " ntah, dari sekian kata yang ingin diucapkan Devia, hanya kata itu yang keluar. Merasa terintimidasi oleh tatapan Dandi.
"Dia suka sama lo, gua bisa liat dari cara dia natap dan mandangin lo, tadi di kantin."
"Terus? Eh, Dandi ada di kantin? Kok tadi Devia ga liat" Devia masih tak paham
"Ya gua ga suka, Devia Ayu Purnama. Iya tapi ga jadi setelah ngeliat Dandi natap lo kya Dewi kayangan" kata Dandi, jengah karena Devia tak mengerti kemana arah percakapan ini.
" Yaudah, tapi klo Gilang ngeliat Devia, itu bukan salah Devia ya, tapi dia juga punya mata kan? Jadi yaudah. " kata Devia santai.
" Astagfirullah... Sabar ngadepin gebetan ga peka" gumam Dandi hampir tak terdengar, tapi karena kelas sepi, ya pasti kedengeran Devia.
"Gebetan ga peka?Siapa? Kita?Terus kita apa?" Tanya Devia beruntun.
"Ck, ya udah ayo. Nanti keburu sore banget" Dandi benar-benar jengah, dan menarik Devia keluar kelas. Devia hanya menurut dan bingung apa maksud perkataan Dandi tadi? Ya sudahlah, mungkin bukan untuknya. Tapi untuk siapa? Kan tadi mereka di kelas hanya berdua?
---------------------------TBC------------------------------
Duhh,, Devia ga peka, sama kya author:v
Maaf, telat Up. Anggep aja ini kado, karena kemarin saya Ulang Tahun. Heheh.. :v
Thanks for see, vote and comment, Sorry for my mistake, and See you next time.
Salam, - SATARIN -
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dandelion
Teen Fiction⏳--------------------⏳ Terima kasih untuk cerita yang sudah kita buat. Maaf jika dalam kisah yang ini, aku menyakiti hatimu sengaja, maupun tidak. ⏳--------------------⏳ #57 in Dandelion 10/10/2019 Kritik&Saran sangat diperuntukkan. :) Terima kasi...