Minggu bertemu minggu, bedanya sekarang Devia sudah bangun. Setelah sholat tadi, dia ingin tidur kembali tapi bundanya malah menyuruh untuk membantu memasak, karena ada teman SMAnya yang ingin datang ke rumah."Dev, itu yg bener potong bawangnya, jangan tipis banget,itu bukan buat bawang goreng." omel Bunda,bunda juga terkekeh sedikit. Devia mengiris bawang sambil mengantuk memejamkan mata, lalu bangun lagitapi matanya tetap fokus pada bawang. Padahal Devia itu sudah diajarkan memasak dan dia bisa, tapi memang malesnya anak satu itu.
"Ngantuk banget Dev?"tanya Bunda
"Eh, engga bun, seggggerrrrr nih." jawab Devia memelototkan matanya sambil mengiris bawang semangat.
"Eh...." ucapan bunda belum kesampaian
"Ya Allah... Dev, tangan kamu itu kena!" panik bunda sambil mengambil P3K, tergesa-gesa
"Lah? Bunda kenapa?" sambil melihat tangannya "Ohh... Pantesan perih" ucapnya sambil ke watafel mencucinya dengan air
"Ishh, kamu tuh ya. Sini!" ucap bunda khawatir sambil meneteskan betadine ke luka jari Devia yang luka akibat Devia yang teledor.
"Engga papa Bunda Tina, bundaku.. Engga begitu sakit itu lukanya. Mending bunda lanjut masak, Devia juga udah ga ngantuk lagi nih." Bunda sibuk memberi kapas kecil dan handsplast pada jati Devia
"Iya kamu gapapa, bunda yang khawatir." Ucap bunda setelah selesai, dan melihat jari Devia teliti.
"Heheh... Makasih bunda." Devia langsung memeluk bundanya, Tina.
"Hmm, ya udah. Kamu duduk aja, biar bunda aja yang masak." kata bunda sambil berdiri. Bunda memang cuek, bahkan judes jika sama orang baru. Tapi namanya ibu, bakalan selalu ada kasih sayang, khawatir, perhatian untuk anaknya.
"Bantu bunda aja, udah ga sakit." Devia ikut balik lagi ke dapur. Dan melanjutkan membantu bunda. Bunda menggelengkan kepalanya.
"Abang sama Dylan belum bangun bun?" tanya Devia sambil menyiapkan sarapan.
"Tadi sih, udah bunda bangunin buat sholat, mungkin tidur lagi."
"Kebo emang mereka mah" ucap Devia memutar bola matanya "Ya udah, Devia gangguin mereka ya bun. Udah dikit lagi kan masaknya?tinggal buat kue bolu doang?" tanya Devia
"Iya, ya udah sana. Hati-hiati bangunin macan tidur,ntar ngambek abangmu tuh." kata bunda terkekeh diujung kalimatnya.
"Gampang itu mah, dikasih nomor cewek montok juga ga ngambek lagi."Devia mengangguk, terkekeh. Devia langsung ke kamar abangnya di lantai 2 samping kamarnya.
"abang, Devia masuk ya"ucap Devia pelan, sangat pelan setelah mengetuk pintu sekali dan langsung membuka pintunya.
"Wah, bagus masih tidur. Udah lama ga jailin abang gue." Devia berbicara sendiri sambil terkekeh.
Devia jalan mengendap-endap, padahal tidak bakal ketahuan karena Ryan sedang tidur miring, menutupi setengah badannya menggunakan selimut dan sudah pasti Ryan hanya memakai boxer saja.
Devia memulai aksinya, dengan menyoel-nyoel keras lengan abangnya yang ada ototnya itu kemudian menyentil dahi abangnya, berlanjut mencubit perut abangnya.
Ckk
Merasa terusik saat tidur, Ryan mengulet sebentar, membetulkan selimut dan tidur terlentang. Devia yang melihat itu terkekeh, abangnya memang seperti itu, sangat tidak bisa diganggu saat tidur, apalagi jika tempat tidurnya tidak nyaman, pasti Ryan akan rela bergadang walaupun sudah 5 watt.
"Woi abang, bangunnnn!! Ada cewe behenol noh!" Seru Devia ditelinga Ryan, itulah aksi besarnya.
"Wush, wush, wush. Mana?" Ryan seperti memulai jurus silat atau sejenisnya menggunakan tangan memutar sambil berwush kemudian melihat kanan-kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dandelion
Fiksi Remaja⏳--------------------⏳ Terima kasih untuk cerita yang sudah kita buat. Maaf jika dalam kisah yang ini, aku menyakiti hatimu sengaja, maupun tidak. ⏳--------------------⏳ #57 in Dandelion 10/10/2019 Kritik&Saran sangat diperuntukkan. :) Terima kasi...