Hari Jumat , Hari dimana merasa senang karena besok libur, kecuali yang ekskul atau ada kerja kelompok. Menurut Devia Ayu Purnama, hari Jumat itu serasa plongggggggggg banget, pelajaran yang sedikit tidak seperti hari biasa, sering freeclass, besok libur, duhh... Bener-bener plong.
Seperti sekarang guru sedang menjelaskan dengan cara mengajarnya enak, tidak monoton, sering mengadakan quiz,mengerti anak didiknya, walaupun tegas tetapi menasihatinya dengan lembut, guru favorit SMA Kartika yang mengajar Seni Budaya, Ibu Afifah.
Biasanya Devia sangat semangat dengan mata pelajaran yang satu ini, tapi kali ini dia benar-benar sedang tidak berada dalam mood yang baik. Hanya memandang ke papan tulis sambil menaruh telapak tangannya untuk menyanggah dagu. Mungkin efek dari tamunya yang baru datang. Pantas saja kemarin Devia merasa pegal, capek, serasa ingin mengomel saja.
"Devia, are you okay? "
" Eh," Devia tersentak, menoleh ke samping lalu menatap sekeliling sedang memerhatikannya, termasuk Dandi. bu Afifah menyadarkannya dari ngantuk-ngantuk dan pegal yang berkepanjangan.
"Gapapa bu, biasa cewek, hehehe." Cengir Devia, walaupun dengan suara pelan tapi tetap saja kedengaran oleh murid kelas karena keadaan yang hening.
"oh, ya sudah saya kira kenapa. Jangan lupa minum obatnya biar teratur" Nasihat bu Afifah, Devia hanya mengangguk. Bu Afifah pun kembali kepada pelajaran yang sempat tertunda.
⏺️⏺️⏺️⏺️⏺️
Kantin hanya di penuhi oleh siswi SMA Kartika, sedangkan yang siswa sedang melaksanakan shalat Jumat di Masjid dekat sekolah. Jika nanti siswa kembali gantian siswi yang melakukan shalat dzuhur. semua tergantung kepercayaan para peserta didik.
Devia duduk dan hanya menaruh kepalanya diatas meja kantin, benar-benar malas gerak. Caca dan Tasya memakan makanan yang mereka oesan sambil sesekali berbincang. Para siswa sudah mulai memasuki area kantin.
"Dev, kita duluan ya."ucap Caca, Devia hanya mengangguk pelan.
Para siswa sudah memasuki area kantin, seperti peralihan kini kantin mayoritas cowok dan beberapa siswi yang sama seperti Devia yang ada di kantin. Devia tahu ada yang duduk disebelahnya, tapi sudah kepalang malas, Devia hanya diam.
"Nih, minum dulu teh hangatnya. Biar ga sakit perutnya." bersamaan dengan itu Devia merasakan tangannya hangat, kemudian mengangkat kepalanya,tersenyum.
"Makasih." katanya dan meminum teh manis hangat itu,hingga setengah.
Erik, Raka, dan Arul datang membawa makanan mereka masing-masing, kemudian duduk di depan dan di samping Dandi. Semua terpantau mata Devia kemudian memincingkan matanya ke Dandi.
"Dandi ga makan?" tanya Devia
"Enggak, kenyang." Devia menyipitkan matanya, menatap Dandi tajam, sedangkan Dandi menaikkan sebelah alisnya, bertanya.
"Makan. Devia tau Dandi tadi ga sarapan kan, tadi Mamah bilang ke Devia supaya Dandi makan." Dandi mendengus "Ini amanat Dandiiii" sambung Devia.
"Dandi tadi istirahat pertama emang makan Rul, Rak,Rik?" Devia kepada teman-teman Dandi.
Dandi, melirik Arul dan Erik memberi kode lewat mata agar mengatakan sudah. Tapi semua sirna saat Raka menjawab.
"Boro-boro, tadi kan dia cuma minum ice lemon tea doang. Gua suruh makan nasi gak mau" ucap Raka tanpa melihat depan-kanan yang sudah menatapnya tajam.
"Eh," ucapannya spontan, tersadar apa yang ia ucapkan tadi. Kemudian nyengir tak berdosa kearah Dandi. Dandi mendengus kasar, bisa-bisanya dia punya teman seperti ini.
Dandi melihat Devia, seperti ada tanduk dua yang ada dikepalnya. ellah, imajinasi lo ketinggian, Dan.
Pikiran dandi langsung tersadar saat cubitan di pinggangnya. Ia memekik, "sakit woii!" ingin rasanya ia berteriak didepan orang yang sudah mencubitnya, tapi nyalinya langsung ciuuttt ketika orang yang dimaksud sedang PMS. Salah Raka yang membangunkan Singa betina yang sedang hibernasi."kebiasaan ya, Devia bilangin Mamah, ga dikasih uang jajan sebulan, rasain!" Devia kesal, dan langsung pergi dari kantin.
"Dev, jangan dong sayang."Dandi teriak, bodoamat menjadi objek. Tapi percuma, Devia tidak mengindahkannya, habis lah sudah. Dandi menatap tajam ke Raka, Raka masih bertahan dengan cengirannya.
"Satu bulan ini, lo traktir gua. Titik.!" Dandi kemudian menyusul Devia.
"Ya ellah Dan, gua lagi bokek woiiiiii!!!" kantin berasa hutan oleh Raka. Arul dan Erik langsung menutup mukanya, dan berjalan keluar kantin. "Eh, tungguin!!" benar-benar si Raka, minta dipeluk biar diam.
⏺️⏺️⏺️⏺️⏺️
Dandi mencari Devia dikelas tidak ada, lalu ke toilet, ke taman, ke perpustakaan , hingga belakang sekolah pun tidak ada. Para siswi sudah kembali setelah shalat dzuhur, lalu Dandi bertanya pada Caca dan Tasya siapa tau Devia nyusul kesana.
"Ca, Tas liat Devia ga?"
"Lah, kok nanya kita. Dia kan tadi di kantin, terus ga berapa lama ada lo yang temenin, ya mana kita tau" kata Caca sambil menggedikkan bahunya.
"Tas?" ini lah harapan satu-satunya karena Tasya pasti berpikir secara logis dan dewasa.
"Gua juga ga tau sih ya." jawaban Tasya seperti Caca dan sama-sama menggedikkan bahu. Dandi menghela napasnya.
Kringgg... Kringgg... Kringgg...
Bel sudah berbunyi, anak-anak pada kembali ke kelas termasuk Dandi, Caca dan Tasya. Sampai di kelas ada Devia sedang menenggelamkan kepalanya diantara lipatan tangannya. Dandi menghela napas lega, baru ingin bicara tapi guru pada mata pelajaran jam terakhir sudah datang, ia pun harus kembali ke tempat duduknya dan bersabar menunggu jam pulang tiba. Devia juga dengan ogah-ogahan mengangkat kepalanya mendengar suara ketua kelas memberi aba-aba memberi salam kepada guru tersebut.
Sabar Dev, besok libur. Ya, Besok libur. Besok libur. Besok libur. Besok libur. Besok libur. Besok libur. Besok libur. Besok libur. Besok libur. Besok libur. Beberapa jam lagi, semangat, besok libur! Begitulah pikiran Devia saat jam terakhir hari jumat, plonggg.
Kringgg... Kringgg... Kringgg ... Kringgg...
Akhirnya besok libur! Seru Devia dalam hati. Guru itu mengakhiri pelajaran dan kelas bubar.
"Dev, Dandi anterin pulang ya." Dandi langsung gercep biar tidak keduluan dan tidak semakin lama Devia kesal.
"Devia sma Dylan pulangnya" Jawab Devia sambil memasuki buku dan peralatan yang ada di atas meja.
"Dev, kita duluan ya. Bye.. " Caca dan Tasya pamit, dibalas anggukan kepala Devia.
" Loh, kenapa? Kan Dandi biasa nganterin pulang."
"Dylan serumah sama Devia jadi ga repot." Devia memakai tasnya dan berdiri "Permisi." entah bagaimana Dandi hanya menuruti, banyak spekulasi diotaknya semua spekulasi itu ditolak olah dirinya, terutama spekulasi Devia dan Dylan sudah menikah. Dandi harus bicara dengan Devia, daripada berspekulasi? Itu tidak menyelesaikan masalah.
-----------------------------TBC-------------------------
Yo, yo ayo, yo ayo yo yo ayo, yo ayo yo saranin ketemannya. Wkwkwk itu lagu meraih bintang ganti dikit:v
Thanks for see, vote and comment, Sorry for my mistake, and See you next time.
Salam, - SATARIN -
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dandelion
Teen Fiction⏳--------------------⏳ Terima kasih untuk cerita yang sudah kita buat. Maaf jika dalam kisah yang ini, aku menyakiti hatimu sengaja, maupun tidak. ⏳--------------------⏳ #57 in Dandelion 10/10/2019 Kritik&Saran sangat diperuntukkan. :) Terima kasi...