12

20 4 1
                                    

Hari senin, cuaca tidak mendukung dan kecanggungan terjadi dalam mobil yang diisi oleh dua insan yang masih bingung dengan apa yang terjadi,mereka Devia dan Dylan. Dylan yang duduk dibelakang kemudi, dan Devia disampingnya.

Dylan hari ini resmi masuk ke sekolah Devia, setelah minggu kemarin, orang tuanya Devia membantu surat kepengurusan pindah sekolah. Mereka hanya diam, dari rumah hingga saat ini sampai disekolah. Mobil sudah terparkir pun mereka masih diam.

"Gua ga ngerti" kata mereka berbarengan sambil menengok sebentar, dan membuang pandangan lagi.

Tok tok tok

Kaca bagian pintu Devia diketuk, Devia menengok. Bingung. Gimana jelasinnya. batin Devia yang membuka kaca perlahan.

"Ga turun?" tanya Dandi belum menyadari siapa yang duduk dibelakang kemudi dan Dandi pun melirik ke samping Devia, kemudian mengerenyitkan dahinya "Siapa?" tanya Dandi ntah pada siapa.

"Gua Dylan Dio Pratama, sahabat dari kecil Devia." kata Dylan mengulurkan tangannya didepan muka Devia.

"Gua Dandi Esa Maulana, pacar Devia."Dandi langsung membalas jabatan tangan itu.

Devia menahan nafasnya, melihat jabatan tangan yang ada didepannya. Mereka melepaskan jabatan tangan itu, kemudian Dandi membuka pintu Devia.
"Ayo, turun mau disini aja apa?" Devia menurut keluar dari mobil

"Gua duluan sama Devia, Lan." ucap Dandi lewat kaca "Lo tau ruang kepsek kan?sama ruang kelas lo?" Tanyanya yang dibalas anggukan kepala oleh Dylan. Dylan melihat kepergian mereka, "Devia udah punya pacar, pantes dia shok banget." gumam Dylan dan keluar mobil menuju ruang kepala sekolah."

⏺️⏺️⏺️⏺️⏺️⏺️

Saat di koridor Devia hanya memandang lurus dan jika Dandi bertanya hanya dijawab seperlunya. Hingga naik ke anak tangga pun mereka diam, Devia tidak memulai pembicaraan dan Dandi yang bingung karena Devia tidak seperti biasanya.

"Kenapa sih?" tanya Dandi saat di tangga

"Engga papa" jawab Devia pelan

" kalo ada masalah tuh diceritain, apalagi ke gua. Lo mau gua tau masalah lo dari orang lain? Mending lo yang kasih tau, daripada gua tau informasi dari orang lain tentang lo. Gua kaya siapa gitu, ga penting." ucap Dandi saat sudah dikoridor kelas 11.

"Ada saatnya Devia cerita sama Dandi, bukan sekarang. Devia juga pusing, bingung, kaget sama apa yang baru terjadi. Dandi tuh ga bisa ngertiin Devia? Devia juga butuh waktu. Devia pasti cerita, secepatnya. Saat Devia tau gimana Devia harus menghadapi itu. Yang penting lo terus sama gua disini, disamping gua. Gua takut kalo gua rapuh ditengah jalan." Devia menatap mata Dandi lama.  "Gua cuma butuh support, waktu, dan pengertian kalo gua sedang lemah." ucap Devia sambil berjalan duluan.

" Jangan marah cuma karena gua ngomong gini, emosi gua lagi ga stabil, jadi tolong. " Devia berhenti, berbalik setelah mengatakan itu, ia berjalan masuk ke kelas.

Dandi hanya diam, pikirnya mungkin emang dia butuh waktu. Dandi pun tidak jadi ke kelas, dia ke kantin dahulu, DERA sudah menunggu disana.

-----------

Devia masuk ke kelas dan langsung duduk dibangkunya. Tasya yang sedang membaca novel heran

"Lah, ngapa muka bocah ditekuk gitu?" heran Tasya

"Serius muka bisa ditekuk?!" tanya Caca heboh dari bangku depan dan langsung berbalik ke belakang

"Ck, gua lagi ga mood bercanda Ca."ucap Devia

"Padahal Caca ga bercanda" gumam Caca pun kembali menghadap ke arah depan.

"Dev, kalo emang lagi ga mood ga usah luapin emosi ke yang lain, kasian orang itu. Contohnya si Caca, emang dia tau masalah lo? Enggak kan? Gua ngomong kaya gini bukannya ngebela Caca atau lo. Ya biar lo ngerti aja, gua yakin lo juga ngerti." setelah mengatakan itu, Tasya langsung meneruskan membaca novelnya. Devia melihat Tasya dan Caca, menghela nafas, kemudian menelungkupkan kepalanya diatas lipatan tangan yang ditaruh di atas meja sampai saat bel masuk.

Tentang DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang