16

9 1 1
                                    

Devia sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi, tidak lupa juga cemilan yang harus ada. Disebelahnya abangnya sedang mengerjakan tugas akhirnya, tapi sesekali menjaili Devia dengan mengambil cemilannya yang dibalas Devia dengan cubitan maut.

"Shh, sakit" komentar Rian

"Bodo, lagian orang lagi seru malah diganggu" jawab Devia nyolot

Drttt... Drtt..

"Siapa tuh? "  tanya Rian sambil melihat HP yang menyala di atas meja karena ada notifikasi,tapi Devia langsung mengambil dengan kecepatan super.

"Kepo aja orang, heran." ledek Devia

"Kampret" gumam Rian yang dihiraukan oleh Devia karena sibuk membaca isi notifikasi yang tadi masuk.

Dandi

Dev, dirumah?
Sibuk ga?

Iya
Engga, kenapa?

Bisa keluar ga? Dandi mau ngomong, nanti Dandi kerumah

Bisa, yaudah. Nanti Devia izin dulu sama abang, soalnya Bunda lagi keluar.

Ok.


"Bang, nanti Dandi kesini mau ajak Devia keluar katanya mau ngomong" Adu Devia soal pesan yang tadi masuk

"Lah, ngomong aja pake izin segala, emang omongan dia ada bahan atau unsur berbahayanya?" Rian yang tadi mengetik mengalihkan pandangan ke Devia.

"Bukan itu,Ishhh. Dia mau ajak Devia keluar abang." kata Devia penuh penekanan, gregetan.

"Oh"

"Terserah lah,Bhayyy" Devia cemberut, sudah dijelasin malah dibales 'oh' doang. Kemudian langsung menaiki tangga menuju kamarnya untuk bersiap-siap, daripada di sana dibuat naik darah terus oleh abangnya.

Ryan terkekeh dengan ngambeknya Devia, kemudian meneruskan tugasnya. Tak berapa lama HPnya pun bergetar pertanda notifikasi masuk.

Dylan

Bang, lo dirumah? Ada Devia ga?

Ho oh, mau ngapain lu? Ngapelin adek gue?

Ellah,kaga langsung SAH gua mah:v

Heh?! Emang gua ngerestuin?

Ya pastilah, lo kan juga udah nganggep gua ADEK IPAR

DIHH!! NAZZZONG PAKE Z. beli obat PD dmana lo?

Bodoamat la:v
Serius ini, ada Devia gak dirumah?

Ada.

Ok, gua otw.

Lah, nih anak, dia mau pergi woi
Uceh, gercep. Langsung off
P
P
P
P
Weh, mantannya milae
*milea:v

"Dek, Dylan mau kesini" Ucap Ryan dengan nada saat biasa berbicara. Bodo amat kedengeran atau engga, intinya udah bilang. Batin Ryan. Lalu melanjutkan tugas yang selalu terjeda, selalu terganggu,selalu ditunda dan untungnya bukan selalu tergantung.

⏺️⏺️⏺️⏺️⏺️

Devia turun dari tangga dengan tampilan casualnya, sambil membenarkan slingbagnya menuju ruang tamu.

"Loh,kok ada Dylan? " tanya Devia ntah pada siapa, setelah sampai ruang tamu.

"Tadi gue udah chat ke bang Ryan" jawab Dylan sambil melirik ke Ryan dan menggedikan bahunya.
Devia mengikuti lirikan Dylan.

"Tadi di pesan gua udah bilang, lo mau pergi tapi dia malah off. Bukan salah gue dong" Ryan juga menggedikan bahunya.

Tok. Tok. Tok.

Pandangan Devia beralih ke pintu, kemudian membukanya. Disana, Dandi yang langsung bertatapan dengan Dylan karena Dylan menghadap ke pintu utama dan membelakangi tangga.

"Eh,Dandi. Udah lama ga ketemu dan main kesini, sini." Ryan menyambut dan memecah kecanggungan sambil mengulurkan tangannya.

"Gue kesini terus bang, lo aja yang jarang kesini" Dandi menyambut uluran tangan itu, dan bersalaman.

"Eh, Lan. Ini Dandi, kenal kan lo?" Tanya Ryan kepada Dylan, dan dibalas anggukan singkat.

"Gua mau izin ajak Devia keluar bang, ga sampe malem ko." Dandi mengalihkan pembicaraan dan meminta izin sekalian untuk membawa Devia keluar.

"Gua mah boleh aja, asal balikin dengan keadaan seperti sebelum berangkat." Ryan menaik turunkan alisnya.

"Itu mah tanpa disuruh udah selalu gua jaga bang." Dandi terkekeh bersama Ryan.

Ekhhmm..

Dylan berdeham lumayan keras, menandakan bahwa dia masih disana. Devia hanya menyaksikan 3 lelaki dihadapannya ini, bingung merespon bagaimana. Dandi dan Ryan saling tatap.

"Ya udah, gih. Hati-hati Dan." lagi-lagi harus Ryan yang memecahkan kecanggungan ini.

"okeh lah, gue duluan bang,Lan." ucap Dandi dan menarik lengan Devia keluar.

"Sip, JAGAIN ADEK GUE." Ryan teriak diakhir kalimatnya karena pintu sudah ditutup. Kemudian melihat ke Dylan

"Kecolongan Start lo" ejek Ryan

"sekarang mah liatin aja dulu, gue diajarin buat bersaing secara sehat." Dylan masih menatap ke arah pintu.

"Wuussshhhhhhh, demen nih gua--"

"Sorry bang, gue masih normal." belum selesai Ryan berbicara sudah dipotong oleh Dylan

"Heh?! Siapa yang demen sama lo kupret, kata-katanya. Makanya kalo orang ngomong dengerin dulu sampe abis dan selesai." kata Ryan sambil melempar kacang yang ada diatas meja tamu kepada Dylan.

"Gak gua restuin, kicep lo"

"Bang, omongan itu adalah doa" Dylan memelas

"Bodoamat, lo ga gercep sih kya Dandi"

"Lah? Dia siapa? Gua siapa? Males banget." Dylan memutar bola matanya malas

"Terus? Sekarang lu nungguin Devia pulang?" tanya Ryan

"Gatau, semoodnya gua aja." jawabannya sambil memakan kacang yang tadi dilempar Ryan.

"Dasar, Kupret. Masa adek gua dijodohin sama yang kaya gini" ledek Ryan.

"bodoamat".

-----------------------------TBC------------------------------
maapin yak lama up:v
Thanks for see, vote and comment, Sorry for my mistake, and See you next time.
Salam, - SATARIN -

Tentang DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang