Hari senin yang cerah dan cuaca yang bersahabat bagi kedua insan yang sedang berada di atas motor, berdua. Keduanya tertawa, entah apapun itu yang tidak lucu pun ditertawakan oleh mereka. Sampai tiba ditujuan, SMA Kartika.
Dandi memarkirkan motornya, Devia turun dan menyerahkan helm yang tadi dipakainya ke Dandi. Setelah Dandi menerima helm itu ,kemudian ditaruh di tempat helm. Devia langsung balik kanan, berniat pergi ke kelasnya.
"Udah gitu doang?" tanya Dandi sambil menstandarkan motornya. Devia pun menghentikan langkahnya, berbalik.
"Apanya yang gitu doang?" Devia bertanya balik
"Ga ada bilang, Makasih sayang" kata Dandi yang mengerjapkan mata berkali-kali sambil menaruh kedua telapak tangannya dipipi, diimut-imutkan diujung kalimat.
"Apaan sih, ga jelas nih Dandi sekarang." Devia bingung tingkah Dandi yang seperti ini, padahal dulu tidak.
"Ya ellah, kirain waktu jadi gebetan aja ga peka. Pas udah jadian tetep aja ga peka." gumam Dandi
"Apa?" tanya Devia "Ngomong tuh yang jelas sih" omel Devia.
"engga papa." Dandi langsung pergi meninggalkan Devia dan parkiran
"Dih, ngambek. Kaya ulet bulu ga ada bulunya." Kata Devia, lalu dia berpikir dengan mata melirik keatas dan telunjuknya yang membuat bulatan di pelipis. Ulet bulu ga ada bulunya gimana ya? Kaya tuyul kali, botak? Lalu dia tertawa sendiri atas pemikirannya itu. Murid-murid melihatnya bergedik. Tapi namanya Devia, pasti cuek. ya sudah, dia pun pergi ke kelas menyusul Dandi dan Teman Sekelas tercinta.
SMA Kartika itu mempunyai 4 lantai gedung sekolah, lantai Dasar untuk Ruangan-ruangan yang diperlukan baik praktek maupun ekskul. Lantai 2 untuk kelas 12, agar mudah jika ada ujian atau semacamnya. Lantai 3 itu ditempati oleh seluruh kelas 11. Dan lantai paling atas itu untuk kelas 10. Saat Devia mau menaiki lantai 3,ia berpapasan dengan Gilang. Gilang tersenyum ke Devia, dibalas senyum kecil Devia.
"Kenapa?" Tanya Gilang tiba-tiba saat Devia mau menyusuri koridor lantai 3
"Apanya?" tanya Devia balik,bingung.
"Senyumnya kepaksa gitu." frontal Gilang
Devia pun tersenyum lagi, lebih lebar.
"Udah kan?" katanya masih tersenyum.
"Lucu sih" kata Gilang sambil mencubit pipi Devia.
"Lepas Lang, ellah. Gembel lo" kata Devia yang akhirnya melepaskan tangan Gilang dari pipinya.
" Gombal sayang. Tapi gapapa gembel, kita kan mau bangun semuanya dari nol." kata Gilang menggoda.
"Ga jelas lo" kata Devia meninggalkan Gilang, bodoamat. Tapi kemudian Devia balik lagi.
"Kenapa? Kangen ya?" goda Gilang lagi.
"Sorry nih ya, gua kasih tau. Nama gua DEVIA AYU PURNAMA, biasa dipanggil DEVIA. Bukannya SAYANG!" kata Devia ditekankan pada namanya dan sayang. Kemudian pergi ke kelas.
⏺️⏺️⏺️⏺️⏺️⏺️
"kenapa lo? Asin amat tuh muka?" tanya Tasya
"Eh Tas, emang lo udah rasain mukanya Devia? Kok bisa tau mukanya asin sih?" tanya Caca menatap Tasya intens, meminta jawaban Tasya
"Lo jilat aja coba noh mukanya Devia" suruh Tasya sambil memutar bola matanya, malas.
"Enggak lah, banyak kuman" kekeh Caca sendiri. Sambil memakan makanan yang tadi dipesan. Mereka memang sedang istirahat.
"Gelo" umpat Tasya pada Caca. Kemudian mengalihkan pandangan ke Devia. "Kenapa sih lo Dev?" tanya Tasya, lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dandelion
Teen Fiction⏳--------------------⏳ Terima kasih untuk cerita yang sudah kita buat. Maaf jika dalam kisah yang ini, aku menyakiti hatimu sengaja, maupun tidak. ⏳--------------------⏳ #57 in Dandelion 10/10/2019 Kritik&Saran sangat diperuntukkan. :) Terima kasi...