2.6

1.7K 197 5
                                    

"Kak... Kapan sadarnya? Betah banget sih tidur. Ini udah seminggu masa. Bangun dong"
Jieun sedikit mengoyangkan tubuh Chan, berharap pria didepannya cepat bangun dari mimpi panjangnya.

Jieun tidak henti-hentinya berbicara dengan Chan yang jelas-jelas tidak meresponnya.

Hingga seorang pria disampingnya menatapnya dengan tatapan bosan.

"Kak Jieun, makan dulu yuk. Jeongin laper nih."
Jeongin sedikit menarik-narik lengan Jieun.

"Bentar dulu,Jeong."

"Ck, bentar bentar mulu dari tadi. Yaudahlah, Jeongin sendiri aja."

"Iya iya. Ayok"
Jieun beralih menarik tangan Jeongin dan pergi ke Cafe dekat rumah sakit.

Jeongin memesan makanan, sedangkan Jieun hanya memesan Caramel macchiato.

"Ini pesanannya"
Ucap seorang pelayan sembari menaruh pesanan masing-masing.

Jeongin langsung melahap makanannya, ia nampak seperti pria yang belum makan selama beberapa hari.

"Pelan-pelan Jeong. Tar keselek, mampus lu"

Dan benar saja, Jeongin tersedak makanannya sendiri.

"Nih, minum dulu"
Jeongin dengan rakus langsung meminum minumnya hingga setengah.

"Malah disumpahin ih"
Jeongin terlihat marah namun mulutnya tidak berhenti mengunyah.

Bahkan baru seminggu yang lalu mereka bertemu dan saling kenal. Tapi mereka nampak seperti adik kakak dengan pertengkaran konyolnya.

"Jeong..."
Jeongin tidak menjawab, ia hanya menatap Jieun. Sepertinya ia kesal karna ucapan Jieun barusan yang terkesan menyumpahinya.

"Habis ini temenin gw yuk"
Jieun sedikit menundukan kepalanya.

"Ke?"

"Ke makam kakak gue. Gak jauh dari sini. Gue kangen sama dia"
Jieun sedikit menghela nafasnya.

"Kak Jieun punya kakak?"

"Iya. Kim Taehyung. Dia aneh, absurd lah orangnya. Ya, persis Minho gitu sifatnya. Tapi kak Tae itu baik banget, dia tipe yang ngalahan. Dia juga sayang banget sama gue, ngebela gue mati-matian, dia juga sosok malaikat pelindung buat gue. Kak Tae itu segalanya buat gue"
Jeongin hanya menyimak apa yang Jieun katakan.

"Hm.. Kalo boleh tau, dia meninggal kenapa kak?"
Jeongin terlihat berhati-hati ketika menanyakan pertanyaan yang sensitif ini.

Jieun tersenyum, walau bagaimanapun semua orang akan tau jika senyumnya adalah senyum terpaksa.

"Dia bunuh diri. Karna sesuatu yang gak bisa gue bilang ke elu. Mungkin suatu hari nanti, gue akan ngasih tau. Tapi untuk sekarang, gue gak yakin bisa ngasih tau hal ini"
Jeongin menepuk pelan bahu Jieun pelan. Mencoba memberi sedikit semangat kepada Jieun.

"Yaudah kita sekarang aja kak. Jeongin juga udah selesai makan."
Jeongin menarik tangan Jieun untuk keluar Cafe.

Namun, baru beberapa langkah. Jieun menghentikan langkahnya, membuat Jeongin sedikit mengernyitkan keningnya.

"Kenapa kak?"

"Itu yang bayar makanannya siapa Jeong?"
Mendengar perkataan Jieun, Jeongin langsung lari menuju mobil Jieun yang terparkir di dekat Cafe.

"Jeongin tunggu di mobil kak!"

Jieun mengepalkan kedua tangannya, menarik nafas panjang dan...









"JEONGIIIN!!! BAYAR DULU, MASA GUE YANG BAYAR IH! JEONGIIINNN!"
Jieun tidak peduli tatapan dari pelanggan lainnya yang merasa terganggu karna teriakan Jieun yang lumayan memekakan telinga.

Mau tidak mau Jieun yang membayar makanan Jeongin.

Dengan berat hati, Jieun mengeluarkan beberapa lembar uang.















"Dih, kak Jieun kok jadi diem aja sih? Marah ya? Iya tar Jeongin gantiin deh."
Tanya Jeongin sambil sedikit menusuk nusuk pelan lengan Jieun.

"Gak usah. Ikhlas gue."

"Tapi kak Jieun jadi diem gini. Kan Jeongin gak suka. Kak Jieun kan biasanya berisik banget, tiba-tiba gak keluar sepatah kata kayak gini, Jeongin gak suka"
Jieun menghela nafasnya.

Tangan kirinya beralih mengusak rambut Jeongin gemas.

"Iya iya Jeong. Ini gue ngomong. Lagian lu langsung kabur, gimana gue gak kesel."
Tangannya kembali mengacak-ngacak rambut Jeongin.

Sifat Jeongin yang terlalu polos membuatnya lebih dekat dengan Jeongin dibanding lainnya.

"Udah sampe nih"
Jieun keluar dengan tangan menggenggam Sebuket bunga yang sebelumnya ia beli tidak jauh dari sini.

Kakinya nampak berat ketika melangkah menuju makam kakaknya.

Begitu juga dengan airmatanya yang meluncur dengan mudahnya.


Rip

Kim Taehyung
1995-2015



"Kak.... Aku kangen. Kenapa kakak pergi gitu aja sih"
Jeongin yang berada disamping Jieun hanya bisa mengusap pelan punggung Jieun.

"Kakak jahat tau gak. Ninggalin aku sendirian, sekarang aku gak punya siapa-siapa lagi. Kenapa kakak pergi? Kenapa!"
Jieun menangis sejadi-jadinya. Tubuhnya merosok kebawah, tangannya beralih menyentuh batu nisan berisi nama pria yang selalu jadi panutannya.

Waktu terus berjalan namun Jieun sama sekali tidak beranjak dari tempatnya. Airmatanya yang terus meluncur tanda ia benar-benar merindukan sang kakak.

"Kak Jieun. Pulang yuk, udah sore nih."
Jeongin yang sedari tadi menyenderkan bahunya dipundak Jieun akhirnya buka suara setelah ia rasa sudah terlalu lama berada di tempat yang menurutnya sedikit seram ini.

"Ayok. Maaf Jeong, gw jadi lupa waktu gini."
Jieun menghapus airmatanya dan menggenggam tangan Jeongin, menarik pria itu ke dalam mobil.

"Bentar kak."
Jeongin membuka ponselnya yang terdengar bunyi notif line.

"Kenapa Jeong?"

"Chan hyung udah bangun"
.
.
.
.
.

Maapin aku yg baru bisa apdet. Lagi gak ada ide, badan juga lagi rada gak enak.

Maap juga makin kesini story ini makin ngaco dan alurnya yang berantakan bgt.

Mana bahasanya campur campur lagi, Jeongin manggil Jieun 'kakak' tapi Jeongin dan yang lainnya manggil Chan 'Hyung'.

Makasih buat yg udh mau mampir

Brother❌Bang Chan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang