2.9

1.4K 153 0
                                    

"Kak Chan... Aku kangen"

Kepalanya menengadah keatas, melihat langit yang mulai mendung. Seperti suasana hatinya kini yang juga sedang tidak cerah.

Disinilah dia, duduk ditaman tempat pertama mereka mulai berkenalan.

Mencoba mengingat kenangan yang pendek namun indah.

Chan. Hanya pria itu yang mengisi otak Jieun.

Jieun sudah mencari kemanapun, tapi hasilnya nihil. Chan seperti menghilang ditelan bumi.

Jieun benar-benar putus asa. Hingga setitik airmata jatuh dipipinya bersamaan dengan hujan yang membasahi dirinya.

Jieun menangis, ditemani dengan rintikan hujan.

Ia tidak peduli, yang ia inginkan hanya satu. Ia ingin Chan ada disampingnya.

"Kenapa hujan-hujanan?"

Tunggu... Suara ini.

"Kak Chan!"

Jieun langsung memeluk pria yang tengah memegang payung dibelakangnya. Pria yang membuatnya gila akhir-akhir ini.

"Iya. Gue disini"

Chan menaruh payungnya dan ikut memeluk tubuh mungil Jieun, tidak peduli dengan bajunya yang sekarang basah.

"Kemana aja sih kak? Aku kangen!"

Tangisan Jieun semakin menjadi-jadi. Namun tangisan itu bukan tangisan karn rasa sedihnya, melainkan tangis bahagia.

"Maaf."

Jieun hanya mengeratkan pelukannya. Begitu juga dengan Chan.

"Sekarang kita pulang ya? Biar gue telpon Woojin"

Jieun hanya mengangguk.

---

"Gue cuma butuh waktu sendiri aja"

Woojin mendecih mendengar ucapan Chan.

"Butuh waktu sendiri? Dengan cara kabur dari rumah sakit?"

"Tapi-"

"Lu egois Chan. Lu tau betapa khawatirnya kita? Dan asal lu tau aja, Jieun bener-bener khawatir sama lu. Dia bahkan gak ngeliat kondisinya sendiri yang jelas-jelas lagi sakit. Cuma buat apa? Nyariin elu doang!"

Woojin benar-benar tersulut emosi. Wajahnya memerah kesal dengan tangan yang mengepal kuat.

Bagaimana tidak? Setelah berminggu-minggu hilang tanpa kabar, kini Chan kembali. Dan alasan atas kaburnya Chan benar-benar tidak masuk akal.

Bukan hanya Woojin yang kesal, tapi semuanya.

"Kalian gak ngerti rasanya jadi gue. Gue juga capek-"

Praangg!!

"KAK JIEUN!!"

Lagi-lagi ucapan Chan terpotong, kali ini karna suara barang pecah dan teriakan Jeongin.

Sontak saja Woojin dan yang lainnya menuju ke arah suara.

"Jieun!!"

Jieun terbaring dengan pecahan gelas disampingnya.

"Kak Jieun kenapa Jeong?"

Tanya Seungmin sedangkan Woojin dengan sigap menggendong Jieun dan membawanya keruang tamu.

"Tadi habis dari kamar mandi, kak Jieun megangin kepala terus."

"Pasti karna kehujanan. Ini gegara elu Chan! Jieun gak sekali dua kali kehujanan karna nunggu elu ditaman!"

Woojin mendorong bahu Chan kasar.
Pria itu kesal, Jieun sudah ia anggap adiknya sendiri.

Mana ada seorang kakak yang mau adiknya sakit? Apalagi jika adiknya sakit hanya karna seorang pria.

"Woojin hyung! Kita urus Jieun aja."

Minho menarik Woojin lalu menatap Chan sinis.

Chan yang melihat itu, menghela nafasnya berat.
Chan pergi ke taman belakang.

"Emang gue salah ya bilang kayak gitu? Gue kan emang butuh waktu sendiri. Mereka gak tau aja yang lagi gue alamin"

Monolog Chan. Namun ia merasakan ada seseorang yang menepuk bahunya.

"Seungmin."

"Hyung... Gak salah kok kalo hyung ngomong kayak gitu. Cuma cara hyung aja yang salah. Wajar aja mereka kesel."

Seungmin menatap Chan, sedangkan pria itu hanya menunduk.

"Selama gue koma. Gue ketemu Youngie, dia ngajak gue jalan-jalan. Entah, tapi mungkin itu surga. Dan dia selalu minta ke gue buat jagain Jieun. Youngie bilang, Jieun dalam bahaya. Saat gue tanya apa maksudnya, dia gak jawab. Dan saat itu gue sadar dari koma"

"Bahaya? Maksudnya?"

"Pasti ada seseorang yang mau nyakitin dia"
.
.
.

Akhirnya aku apdet ff ini lagi.

Walau chap ini sepertinya mengecewakan hehe.
Dan sepertinya aku bakal sering apdet ff ini lagi:).

Udh selesai PAS soalnya. Tinggal nunggu hasil rapotan:(

Brother❌Bang Chan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang