Jika mencintai lelaki mampu membuat wanita menjadi bodoh, kenapa lelaki tidak mampu bertahan hanya pada satu wanita..
1_november_2018
Langkah Nadine terhenti saat melihat Anjas yang sedang berada di UKS menemani Vera. Bagaimana bisa sahabatnya terjebak dalam situasi yang sulit seperti ini. Nadine bimbang dengan apa yang harus ia lakukan. Apakah ia akan keluar membiarkan Vera bersama Anjas, atau tidak? Tapi di sisi lain, dia tidak ingin meninggalkan sahabatnya sendiri dalam menghadapi situasi seperti ini.
"Ver, gue mintak maaf." Ucap Anjas dengan wajah yang penuh dengan penyesalan.
Nadine melihat ke arah Vera, dia tau sahabatnya pasti sangat bahagia melihat apa yang di lakukan Anjas di depannya saat ini.
"Ver, gue mohon satu kesempatan lagi." Ucap Anjas meyakinkan Vera sekali lagi.
Vera mengangguk dengan gampangnya, bagaimana mungkin? Nadine tidak mengerti kenapa wanita begitu mudahnya memaafkan pria yang sudah jelas-jelas menyakiti hatinya. Apa luka bisa di tebus hanya dengan kata maaf?
Anjas dan Vera berpelukan seperti Film teletubis, Nadine memutar kedua bola matanya setiap kali melihat adegan dewasa di depannya.
"In.." langkah Riyan terhenti ketika melihat Anjas dan Vera sedang suap-suapan nasi.
Nadine mengangkat satu alisnya.
"Tadinya gue beli 3 nasi, untuk gue, lo dan Vera. Tapi Vera udah di beliin sama kak Anjas jadi ini buat lo sama gue."
"Satunya?"
"Gue kasih aja ke ibu kebon di sekolah ini, tunggu ya?"
Nadine menggelengkan kepalanya, Riyan juga bodoh. Kenapa dia harus membuang-buang uangnya untuk mentlaktir makan mereka. Padahal Nadine tau sendiri jika dia jarang sekali melihat Riyan ada di kantin.
"Makan Nad, gak ada racunnya kok."
Nadine hanya mengangguk, lalu menikmati santapan gratis dari Riyan. Kan lumayan buat irit uang saku.
Riyan menatap Nadine, dimata gadis itu seolah ada ketenangan. Selalu ada rasa damai di mata gadis itu."Nad.." Riyan memberanikan dirinya untuk berbicara dengan Nadine.
Nadine hanya menoleh, jujur saja dia tidak suka jika makan yang sangat nikmat lalu di ganggu.
"Emm.. g..u..eee.." Riyan menarik nafasnya, dia tidak tau kenapa bisa sesulit ini.
"Ada apa Yan?"
Sebenarnya Nadine bukan tipe wanita yang seperti monster. Nadine baik hati, hanya saja dia malas berhubungan dengan cinta oleh sebab itu dia selalu menjauh jika di dekati oleh lelaki.
"Boleh gue jadi temen lo?" Tanya Riyan menatap penuh harap kepada Nadine.
Nadine tersenyum, "bukannya kita udah temenan sejak lama ya Yan?"
Riyan tersenyum malu menderngar ucapan Nadine. Meskipun gadis itu cuek, namun Nadine mempunyai hati yang baik dan putih.
"Gue gak pernah denger lo pacaran Nad,"
Nadine tersenyum lalu pergi membeli minuman, dia tidak menanggapi apapun perkataan Riyan. Selalu seperti itu Nadine tidak ingin siapapun tau tentangnya hanya dia dan sahabatnya saja, Mamanya pun sudah gila.
Gue bahagia.. gue bahagia bisa menjadi teman lo. Gue tau sulit buat lo membuka ruang untuk orang baru Nad, tapi kali ini gue akan membuat itu mudah..
Riyan..
Waktu sudah menjelang sore, mataharipun sudah akan kembali ke tempatnya. Namun Nadine masih diam di kelas, dia tau jika Riyan menunggunya di depan. Kenapa? Kenapa Nadine harus menghindar bukanya dia paling suka jika di beri gratisan?
"Nadine."
"Iya Yan?"
"Lo gak pulang?"
"Bentar lagi."
"Bareng gue ya?"
Nadine menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung, dia takut Riyan menganggap semua ini berlebihan.
"Kita teman dan tidak akan pernah lebih dari itu Nad, gue janji!" Ucap Riyan dengan senyum yang tulus.
Nadine terkejut, dia tidak menyangka Riyan akan berkata seperti itu. Namun Nadine bahagia, Riyan ternyata bukan lelaki egois. Jauh di lubuk hati Riyan yang paling dalam dia ingin lebih dari teman, namun dia sadar menjaga orang yang dia cintai jauh lebih penting dari egonya sendiri.
Nadine bangkit dari duduknya, lalu mengangguk dan berjalan mendahului Riyan. Di perjalanan menuju rumah Nadine mereka diam. Tidak ada yang berbicara sama sekali.
"Makasih Yan." Ucap Nadine ketika sampai di rumahnya.
Riyan mengangguk lalu membukakan helm yang di pakai oleh Nadine. Dengan jarak wajah yang sangat dekat, jantung Riyan rasanya sudah hampir copot atau tidak berdetak lagi.
"Sekali lagi terimakasih." Kata Nadine membuayarkan lamunan Riyan.
"Gue pulang dulu Nad,"
"Hati-hati."
Nadine membiarkan tubuhnya jatuh di atas kamar, setiap pulang sekolah dia harus selalu mengunpulkan tenaganya hanya untuk bertemu dengan Mamanya. Waktu itu Nadine sempat menyalahkan tuhan atas apa yang terjadi padanya. Tapi menengok kelakuan Papanya seolah Nadine tau jika Papanya tidak pernah menganggap Tuhan ada, jadi menyalahkan Tuhan adalah kesalahan yang sangat fatal buat Nadine. Entah apa yang terjadi di luar kota beberapa minggu yang lalu. Nadine tak tau, yang Nadine tau setelah itu mamanya tidak lagi pulang bersama papanya. Dan kejadian itu membuat Nadine marah atas pertengkaran kedua orang tuanya dan membuat Mamanya menjadi stress.
Jadi hari ini adalah pertama kalinya Nadine menerima sosok lelaki yang masuk ke dalam hidupnya sebagai seorang teman dan Nadine tidak akan membiarkannya menjadi lebih. Dia akan memecahkan mitos bahwa diantara persahabatan laki-laki dan wanita nantinya salah satu dari mereka akan jatuh cinta. Nadine akan memecahkan mitos sialan itu. Dia akan buktikan jika itu hanya kata-kata atau quotes saja.
Setelah rasa lelahnya hilang, dia mengumpulkan segudang rasa bahagia dengan paksa lalu dia menghampiri mamanya. Selalu seperti ini setiap pulang sekolah Nadine harus berupaya keras menghibur mamanya dia berharap suatu saat nanti mamanya akan kembali pulih. Mamanya akan mendengarkan lagi segala keluhan dan cerita cinta Nadine seperti gadis lain. Namun andai hanyalah andai.
"Mama." Nadine memeluk wanita yang dia panggil Mama itu dari belakang. Namun tak ada renspon.
Pandangan mata mamanya menuju kedepan lurus, sangat lama untuk berkedip. Kadang seperti itu memang, kadang marah-marah tak jelas dan kadang nangis-nangis tak jelas.
"Mama dengerin Nadine ya."
Nadine akan bercerita seperti gadis lainnya meskipun mendapatkan perlakuan yang berbeda. Nadine bingung harus bagaimana agar mamanya sembuh. Setelah dia browsing di internet salah satu menyembuhkan orang gila ya menjadi sahabatnya.
"Ma, Vera balikan lagi sama Anjas. Nadine udah ngelarang dia tapi Vera Cengel ma. Lalu tadi Nadine juga kenal sama Riyan dia pengen jadi teman Nadine yaudah Nadine terima toh kita tidak akan pernah lebih dari itu kan ma."
Nadine terus bercerita meskipun tau mamanya tidak akan memperdulikan ceritanya. Nadine tetap mengoceh seperti burung. Entalah bagian mana yang lebih sakit antara melihat kedua orangtua kita pisah atau melihat mama menderita Nadine tidak tau. Jalan hidup memang susah jika di tebak Tuhan sudah menggariskannya mulai kita di dalam kandungan.
Aku pasti bisa buat mama sembuh..
Itulah yang selalu Nadine katakan saat dia baru keluar dari kamar mamanya. Keyakinan yang kuat akan kesembuhan mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found a Love
RomanceCinta adalah suatu keindahan, keindahan dimana seseorang yang kita cintai juga mencintai kita. Banyak hal misteri dalam cinta dan akan di pecahkan jika sedang jatuh cinta. Nadine adalah salah satu wanita yang sangat membenci cinta. Bagaimana tidak...