Chapter 18

11 1 0
                                    

Tidak mudah bagiku untuk memberikan hatiku kepada orang. Namun kamu, mampu mengambilnya hanya dengan beberapa waktu yang singkat.

^Nadine^

  Riyan tau usaha tidak akan pernah menghianati hasil, dan itu sudah terbukti kepadanya saat ini. Nadine menerimanya dengan syarat dia tak boleh menggores sedikitpun hati Nadine. Jika sampai itu terjadi Nadine tidak akan kembali atau menoleh kepada Riyan lagi. Dia tidak mau menjadi wanita bodoh yang mau di manfaatkan oleh lelaki.

Riyan senyum-senyum sendiri mengingat kejadian di restaurant malam kemarin. Dia tidak menyangka momen yang selama ini selalu dia bayangkan kini menjadi kenyataan. Bukan tentang siapa yang di tolak lalu langsung pergi namun tentang siapa yang mau berjuang dan tidak mudah pergi.

"Kenapa senyum-senyum sendiri?" Tanya Lidya yang tiba-tiba mucul di depan pintu dan membubarkan semua lamunan Riyan.

"Ngagetin aja."

"Jatuh cinta ya?" Ledek Lidya.

Sudut bibir Riyan terangkat dan membentuk bulan sabit, "kepada perempuan yang tepat." Jawab Riyan yakin.

Lidya tersenyum simpul, "cie yang sudah move on. Ternyata jatuh cinta mampu membuat putra mama bangun pagi. Cepat mandi terus pergi ke sekolah."

Sebelum Lidya beranjak dari kamarnya, Riyan memanggil Lidya dengan sangat lirih namun masih mampu di dengar oleh Lidya.

"Ma."

Lidya menoleh.

"Nanti Nadine aku bawa ke sini ya?"

"Boleh sayang."

Dalam hati Riyan berteriak kencang. Banyak yang bilang jika rasa cinta lelaki hanya berada pada awal hubungannya saja namun kali ini Riyan ingin membuktikan jika semua itu tidak benar. Riyan akan tetap mencintai Nadine bahkan di saat cinta perempuan itu sudah tidak ada untuknya.

Hari ini Riyan tidak menjemput Nadine karena sudah ada Vera. Vera sengaja tinggal di rumah Nadine untuk menemani Nadine setidaknya sampai sahabatnya itu benar-benar sudah tenang.

Sampai di sekolah Riyan sengaja menunggu Nadine di tempat duduknya. Riyan sudah menyiapkan coklat dan bunga untuk ratu di hatinya itu. Nadine datang bersama Vera dan beberapa murid lainya.

"Mentang-mentang yang baru jadian pagi-pagi udah mau apel aja." Ejek Vera ketika melihat Riyan sudah seperti satpam di bangku Nadine.

"Ini." Riyan menyerahkan coklat dan buket bunga mawar kepada Nadine.

Siapa perempuan yang tidak bahagia jika di perlakukan seperti ini oleh pasangannya. Merasa seolah hanya Nadine wanita satu-satunya di hati Riyan. Nadine menerima bunga itu dengan senyuman, ah Riyan sangat suka dengan senyum Nadine. Senyum yang sangat menambah kecantikan Nadine.

"Nadine, mama nyuruh kamu ke rumah."

"Cie yang manggilnya udah aku kamu." Ledek Vera dengan tertawa.

"Ngapain?" Nadine masih bersikap santai lain dari Riyan yang terlihat sangat salah tingkah.

"Ikut aja."

Nadine megangguk lalu Riyan pergi meninggalkan kelasnya. Jujur saja sebenarnya Nadine alergi coklat, jika makan coklat badannya akan tumbuh bintik-bintik merah. Vera yang tau dengan keadaan Nadine segera melirik coklat yang ada di tangan Nadine.

I Found a Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang