Chapter 13

6 3 1
                                    

Setelah semua kebaikan dan perlakuan yang sudah kamu beri. Kini aku yakin jika perasaan yang ada di hati itu cinta bukan suka..

21_Desember_2018

"Riyan berantem!" Jerit teman sekelasnya memberitahukan kepada Nadine.

Riyan bukan tipekal cowok yang suka berantem di sekolah tapi ada apa dengan hari ini. Nadine berdiri dari tempat duduknya lalu berlari menuju ke lapangan basket. Entalah kenapa kebanyakan cowok lebih suka berantem di lapangan basket. Nadine melihat sudah banyak segerombolan siswa tapi Nadine bingung bagaimana caranya dia memberhentikan Riyan karena masuk diantara gerombolan siswa itu sama saja dengan cari mati.

"Ada apa?" Tanya Vera yang memegang pop mie titipan Nadine. "Nadine ini pop mie lo." Vera menyerahkan secara paksa ke tangan Nadine namun tidak di hiraukan.

Nadine masih berfikir keras bagaimana caranya membubarkan gerombolan itu dan dirinya bisa masuk ke dalam lalu menanyakan apa yang terjadi kepada Riyan. Lagian apa yang membuat Riyan sampai memutuskan untuk berantem.

"Ada Pak Sugeng." Teriak Nadine dan alhasil semua siswa dan siswi langsung bubar dan mencari tempat persembunyiaan. Pak Sugeng adalah guru BK yang sangat kejam dalam menghukum murid.

Nadine langsung berlari ke arah Riyan yang jatuh tersungkur di bawah. Dia melihat lelaki yang menghabisi Riyan tanpa ampun. Lelaki itu adalah Fahri kelas IPS sahabat Riyan. Nadine menggelengkan kepala tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Fahri berhenti." Nadine mencoba memisahkan mereka berdua, "Riyan ada apa?". Demi apapun berada di antara dua orang yang sedang bertengkar saling pukul adalah hal yang paling menjijikkan bagi Nadine. Bagaimana jika nanti mereka tersulut lagi emosinya dan dia kena pukul.

Riyan langsung membawa Nadine pergi dari tempat itu seolah menyuruhnya menjauhi Fahri. Emang Riyan selalu begitu jika Nadine bertemu dengan Fahri dia selalu membawa Nadine pergi entah apa alasannya Nadine tidak pernah tau dan tidak akan mengambil pusing akan hal itu.

"Riyan ada apa?"

"Obatin dulu kek,"

Nadine tersenyum lalu menuntun Riyan menuju ke UKS. dia mencari kotak P3K yang ada di almari UKS.

"Aw.." ringis Riyan kesakitan.

"Manja lo jadi cowok."

"Nad,"

"Hem.. lo kenapa berantem sama Fahri denger-denger lo sahabatan sama dia. Terus apa alasan lo mukul sahabat lo sendiri? Bukankah sahabat jauh lebih penting dari apapun Yan?"

"Gue mukul Riyan karena gue gak suka dia deket sama lo." Ucap Fahri yang tiba-tiba datang ke UKS.

"Diem lo." Bentak Riyan.

Nadine menoleh ke keduanya, "kenapa?"

"Lo cewek yang gak doyan sama cowok! Lo cewek yang angkuh dan sombong. Cewek yang kurang perhatian dari sang Ayah lalu membenci cowok lain. Lo adalah cewek paling pengecut yang gue temuin. Dan satu lagi Ayah lo aja gak mau sama lo gimana orang lain." Terang Fahri panjang lebar.

"Cukup Fahri." Bentak Riyan yang kini bangkit dari duduknya yang semula. "Lo tau harga diri cowok terletak di bagaimana lo memperlakukan cewek."

Nadine sakit hati dengan kata Riyan. Keluarganya saat ini sudah baik-baik saja tapi kenapa seseorang malah mengungkit masa kelam yang sulit sekali dia lupakan. Nadine berlari meninggalkan UKS, meninggalkan Riyan, dan meninggalkan penghinaan yang sudah Fahri lakukan. Ternyata ini alasan Riyan selalu membawanya pergi ketika ada Fahri. Riyan tidak mau Nadine di hina dan merasakan sakit hati.

"Lo jahat Ri, lo bukan temen gue."

Fahri tersenyum lalu memincingkan kedua matanya, "lo tau ada yang lebih brengsek dari lelaki pemabuk yaitu sahabat yang meninggalkan sahabatnya hanya karena sebuah cinta."

Riyan tidak peduli lagi dengan apa yang di katakan Fahri. Bagaimana dia bisa bertemu dengan orang seperti Fahri yang tidak punya perasaan kepada wanita. Fahri dengan terang-terangan menghina Nadine di UKS. Sedangkan kondisi UKS sedang lumayan ramai.

"Mana Nadine, Ver?" Tanya Riyan kepada Vera ketika dia sudah sampai di kelas Nadine.

"Bukannya tadi sama lo ya?" Tanya Vera balik dengan wajah yang heran.

Riyan kembali mencari Nadine. Ke taman sekolah belakang, ke tempat yang paling rindang bahkan hampir di seluruh sudut ruangan sekolahnya Riyan sudah mencari tapi Nadine tidak ada.

"Gue benci Fahri." Riyan mendengar isakan tangis dari Nadine di balik pohon beringin yang sangat besar. Riyan menghampiri Nadine lalu memeluknya memberi penghangatan dan ketenangan untuk Nadine.

"Maaf.." ucap Riyan lirih.

Nadine mencoba melepaskan pelukan Riyan namun tidak bisa. Tangan Riyan cukup kuat untuk Nadine lawan.

"Gue kenal lo, lo bukan perempuan lemah Nad. Kenapa lo gak tampar Fahri? Kenapa?" Tanya Riyan dengan memegang pundak Nadine dan menghadapkan ke arahnya.

"Gue hargain Fahri karena dia sahabat lo." Nadine mencoba mengatur nafasnya kala isak tangis mengganggu nada bicaranya, "gue takut, gue takut lo sakit hati jika gue ngeluarin kata-kata atau perlakuan yang gak baik sama Fahri."

"Gue pukul dia sekarang." Riyan beranjak dari tempat duduknya dan berlari namun hanya beberapa langkah setelah Nadine menyuruhnya berhenti.

"Berhenti, Riyan! Jangan hancurin hubungan pertemanan lo demi cewek lesbi kayak gue."

Mendengar perkataan Nadine, Riyan semakin menyesal karena sudah menempatkan Fahri sebagai sahabatnya. Lihatlah Nadine, dia tetap membela Fahri meskipun Riyan tau jika hati Nadine sangat tersakiti.

"Apa yang buat lo bertengkar?" Tanya Nadine begitu Riyan sudah kembali duduk di sampingnya.

Riyan hanya diam dan menunduk.

"Jawab, Yan!" Teriak Nadine.

"Gue gak suka dia hina lo. Gue pukul dia karena dia udah kelewatan. Gue takut lo denger dan lo ngejauh dari gue. Gue taku..."

"Gue minta maaf sekaligus terimakasih karena lo udah ngejunjung tinggi harga diri gue."

"Gue mohon! Jangan menangis." Kata Riyan sambil menghapus air mata Nadine.

"Perbaiki hubungan lo dengan Fahri."

"Tapi Nad,"

"Pembela satu teman lalu meninggalkan teman yang lain itu gak bagus, Yan."

"Gue gak bisa dengerin dia ngehina lo lagi."

Nadine tersenyum lalu memeluk Riyan, "seseorang berhak menilai apapun tentang gue." Nadine melepaskan pelukan itu.

Riyan tau jika dia mencintai orang yang tepat. Mencintai wanita yang sangat baik hatinya, dia tidak salah memilih wanita saat ini. Lain dengan Lestari, jika saat ini yang terjadi kepada Nadine berbalik kepada Lestari. Riyan yakin, Lestari akan menyuruhnya membunuh Fahri sambil merengek macam anak TK yang baru akan naik ke Sd. Namun sudahlah yang lalu biarlah berlalu.

Entah aku harus berterimakasih kepada siapa, kepada sang pencipta karena sudah menciptakanmu atau kepada ibumu karena sudah mendidikmu menjadi perempuan baik sehingga membuatku jatuh cinta. - Ucap Riyan dalam hati.

I Found a Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang