Chapter 7

21 9 1
                                    

Jika memang rasa itu ada untuknya, bantu aku percaya jika cinta itu memang tidak menyakitkan

10_Desember_2018

Setelah kejadiannya bersama Riyan, Nadine kembali sadar bahwa dia tidak bisa terus-terusan menghindar dari masalah ini. Nadine hanya marah ketika dia berusaha keras agar mamanya sembuh tapi dia di hiraukan namun seperti tersambar petir mamanya langsung berubah hanya karena papanya minta kembali rujuk. Nadine sangat kecewa tapi tidak seharusnya dia bersikap seperti anak TK yang baru akan masuk SD.

Nadine sadar keadaan tidak akan pernah berubah, seharusnya dia bersyukur keluarganya kembali untuh lagi. Hari demi hari akhirnya Nadine mampu menerima papanya kembali. Keluarganya menjadi keluarga yang utuh lagi.

Nadine melangkahkan kaki menuju kelasnya, hari yang sangat menyenangkan baginya. Tapi dia tidak melihat Vera sama sekali, kemana perempuan bodoh itu. Nadine merogoh tasnya dan mencari ponsel untuk menanyakan dimana keberadaan Vera.

"Halo Nad, ada apa?" Tanya Vera tanpa salam terlebih dahulu.

"Lo dimana?"

"Gue di rumah kak Anjas. Lo sekolah?"

"Bolos?"

"Iya. Lo udah sekolah?"

"Iya."

"Jangan marah dong Nad, sekali ini saja. Lagian ada Riyan kok di sekolah."

Nadine langsung mematikan ponselnya, kebiasaan Vera selalu mau di bodohi oleh Anjas. Entah seminggu ini apa yang sudah Vera korbankan untuk lelaki hidung belang itu. Nadine sudah berkali-kali membuktikan kepada Vera jika Anjas itu tidak baik untuknya namun Vera tetap saja membantah.

"Nadine?"

Nadine menoleh lalu tersenyum.

"Vera kemana?"

"Ikut kak Anjas."

Riyan hanya menggelengkan kepala.

"Kenapa?" Tanya Nadine heran.

"Semenjak lo gak masuk Vera juga sering gak masuk."

"Kemana?"

Riyan mengangkat kedua bahunya menandakan jika dia tidak tau dan tidak mau tau tentang Vera. Riyan memandangi mata biru Nadine, mata yang sangat indah. Kapankah mata itu akan melihat jika Riyan baik untuk sang pemilik mata itu?

"Yan, gue ke kelas dulu."

Riyan mengangguk sambil memandangi punggung Nadine yang mulai menjauh. Entah sampai kapan dia harus berpura-pura menyembunyikan perasaanya kepada Nadine. Entah sampai kapan dia hanya bisa menjadi penikmat senyum Nadine namun tak bisa memilikinya. Riyan tidak menyesal dia berada dalam posisi seperti ini karena dia tau sejak lama jika salah satu cara menjaga orang yang dia cintai adalah dengan cara menjadi sahabatnya.

"Hai kutu buku, ke kelas yuk." Ajak Fahri sahabat Riyan.

Riyan mengangguk lalu pergi ke dalam kelasnya, seperti siswa yang lainnya. Riyan meskipun suka sekali membaca buku tapi dia tidak suka jika mendengarkan guru menerangkan di depan kelas. Riyan masih laki-laki normal yang bisa saja nakal. Setelah 4 jam pelajaran bel istirahat kini telah di bunyikan. Riyan bergegas keluar dari kelas meskipun gurunya belum keluar. Dia ingin menemani Nadine ke kantin.

"Nadine," teriaknya di depan pintu kelas Nadine.

Nadine mengernyitkan dahi, pasalnya guru di dalam kelas Nadine belum keluar dan Riyan dengan lantang memanggil namanya sehingga dia menjadi pusat perhatian.

I Found a Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang