Ternyata rasa sakit karena menjauhinya itu cukup menyayat hatiku. Cukup menguras warasku.
_-Nadine-_
Nadine mengusap dadanya berkali-kali karena rasa sesak itu kian datang saat mengingat wajah Riyan. Banyak panggilan masuk dari Riyan namun Nadine masih belum siap untuk mendengar apapun pengakuan dari mulut Riyan.
Nadine menoleh kala pintu kamarnya di buka. Dia melihat Lisa berdiri diambang pintu sambil tersenyum lalu berjalan mendekat kearahnya.
"Ada Riyan di bawah." Ucap Lisa sambil mengelus puncak kepala Nadine.
Nadine menggeleng lemah. Bagaimana mungkin dia bisa menghadapi Riyan jika hatinya sedang tidak dalam keadaan baik karena merasa kecewa.
"Dia datang dengan Vera, sama siapa ya? Aduh mama lupa. Kamu turun aja ya!"
Riyan datang bersama Vera lalu dengan perempuan satu lagi. Siapa ya? Banyak pertanyaan terlintas di fikiran Nadine. Nadine memilih menghapus segala pertanyaan dan turun menemui Riyan. Dia mengerutkan keningnya ketika melihat Lestari juga ada disana.
"Ada apa?" Kata Nadine dengan menatap malas ke arah Riyan.
"Jelasin sama dia!" Bentak Riyan kepada Lestari.
Vera hanya diam melihat drama siaran langsung di depan matanya.
"Gue mintak maaf, Riyan udah gak ada rasa sama gue." Jelas Lestari dengan meneteskan air matanya.
Nadine mengangguk paham. Dia tidak ingin masalah ini menjadi besar mangkanya Nadine memilih untuk percaya saja. Vera merangkul Nadine seolah menyuruhnya untuk percaya juga. Riyan menatap Nadine dengan penuh harap.
"Gue tetep jadi temen lo kan?"
Nadine mengangguk. Gue berharap lebih dari itu Yan - ungkap Nadine di dalam hatinya.
Entah semenjak kapan rasa itu ada namun Nadine tau semua itu hanya khayal. Dia tau Riyan bukan tipe lelaki yang suka melanggar komitmennya.
"Kita pamit Nad," kata Vera seraya beranjak dari tempat duduknya.
Nadine mengangguk mencuri pandang sedikit ke wajah Riyan. Dia tau semua masalahnya sudah selesai tapi dia yakin keadaan akan canggung dan semua tidak akan sama seperti dulu. Nadine melangkahkan kaki kembali ke dalam kamarnya lagi karena hari ini adalah hari minggu jadi dia bebas bersama dengan tempat tidurnya seberapa lama dia inginkan.
Semua orang pasti punya masalalu, tapi bagaimana jika masalalu orang yang di cintai ada di depan mata. Bagaimana jika masa lalu itu yang menghambat semuanya dan seolah ingin mengganggu semuanya.
Nadine menggelengkan kepalanya dia masih tidak mengerti dengan sikap Lestari seperti tidak ada lelaki lain saja di luar sana. Perempuan seolah buta jika sedang jatuh cinta.
"Hai sayang." Lisa masuk ke dalam kamar Nadine sembari membawa susu hangat.
Nadine tersenyum lalu memeluk Lisa, "ma apa sih cinta?"
Seolah tak percaya dengan pertanyaan Nadine membuat Lisa bungkam beberapa saat. Padahal anak gadisnya itu sudah beranjak dewasa, sudah kelas 2 SMA tapi lihatlah dengan kepolosannya dia bertanya pada Lisa apa itu cinta?
"Apa kamu sedang jatuh cinta?" Tanya Lisa dengan senyuman jahil di wajahnya.
"Aku hanya tanya."
"Cinta itu indah Nak, bahkan cinta mampu membunuh setiap logika yang ada."
Entalah Nadine tidak tertarik dengan topik yang Lisa bahas. Cinta cinta apa itu cinta Nadine tidak peduli. Nadine tidak terbiasa dengan perasaan seperti itu kadang dia bingung perasaan yang tumbuh saat dia dengan Riyan itu perasaan suka atau perasaan cinta.
"Mama ke papa dulu ya,"
Nadine mengangguk, dia kembali berkutik dengan bantal guling di kamarnya. Tidak lama setelah itu ponselnya berbunyi sebuah telfon dari Riyan. Entah kenapa Nadine jadi bingung sendiri, jadi salah tingkah sendiri. Seolah telfon dari Riyan adalah tagihan utang Nadine menjauhi ponselnya dengan gugup. Setelah ponselnya berhenti berdering ada sebuah pesan masuk dari Riyan.
Riyan
Berhentilah marah Nad, gue capek lo jauhin :(
Nadine tersenyum melihat pesan yang di kirim oleh Riyan. Mereka berteman namun kenapa Nadine merasa jika Riyan memperlakukan Nadine secara berlebihan. Nadine memutuskan untuk menelfon Riyan dan membuang kecanggungan yang ada.
"Halo Yan, ada apa?"
"Gue lagi beli martabak manis di depan rumah. Lo mau?"
"Boleh."
"15 menit lagi gue nyampek disana."
Riyan mematikan ponselnya secara sepihak. Nadine langsung menaruh ponselnya. Riyan mau nganterin makanan kerumahnya ah ketidakmungkinan yang sangat besar. Palingan besok di sekolah dia akan mentraktir dengan alasan gantinya tadi malem. Tak lama setelah Nadine berkutik dengan fikirannya sendiri ponselnya kembali berbunyi.
"Halo," suara Riyan terdengar di dalam ponsel.
"Apa lagi Yan? Gue ngantuk." Keluh Nadine kesal.
"Martabaknya udan gue taruh di pagar rumah lo. Gue mau mampir tapi udah malem jadi gue langsung balik."
"Just kidding."
"Beneran Nad, gue gak bercanda."
Nadine tidak mematika ponselnya dai langsung berlari ke depan rumahnya. Ternyata benar ada bungkus martabak manis yang menggantung di pagarnya. Riyan sangat so sweet pantas saja Lestari sulit berpaling dari dia.
"Makasih." Sahut Nadine kembali ketika menyadari jika panggilannya masih belum di tutup oleh Riyan.
"Makan terus tidur! Yaudah gue nyetir dulu."
Kini Nadine yang mematikan sambungan telfonnya. Kasihan jika martabak manisnya terlalu lama di diamkan. Kan rasanya jadi gak enak kalau di campakkan.
"Panggil papa sama mama gak ya?" Nadine bertanya kepada dirinya sendiri lalu setelah beberapa detik kemudian dia menjawab pertanyaannya sendiri. "Gak usah ganggu orang tua kan dosa."
Nadine membawa martabak manisnya ke dalam kamar. Salah satu makanan yang sangat dia sukai sehingga membuatnya berfikir berkali-kali untuk memberikan atau menawarkan kepada siapapun. Dia menikmati martabak manis itu sendirian. Terserah jika besok pagi dia bangun dengan sakit gigi karena makan martabaknya sendirian Nadine tidak perduli. Setelah martabak manisnya habis Nadine mengambil ponselnya lalu mengetik sesuatu disana.
Riyan
Makasih banyak, gue gak nyangka lo teman yang sangat baik Yan,
Riyan yang membaca itu seketika tersenyum lalu berkata, "hanya teman dan tetap akan seperti itu. Gue berharap lebih Nad!" Kesal Riyan di dalam hati.
Anggap aja ucapan terimakasih karena lo udah maafin gue.
Oke...
Riyan membanting ponselnya dengan kasar. Sampai kapai dia akan bersifat seperti pengecut gini. Hanya diam saja melihat orang yang dia cintai sudah ada di depan matanya dan dia tidak bisa berkutik atau melakukan apa-apa. Nadine juga tidak pernah mempunyai perasaan yang sama seperti Riyan jadi dia bingung harus memulai semuanya dari mana. Jika cintanya bertepuk sebelah tangan Riyan tidak peduli. Setidaknya dia sudah mengatakan apa yang ada di hatinya sekerang. Terkadang jika Riyan merasa ada waktu yang tepat bibirnya keluh sulit terbuka dan bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found a Love
RomanceCinta adalah suatu keindahan, keindahan dimana seseorang yang kita cintai juga mencintai kita. Banyak hal misteri dalam cinta dan akan di pecahkan jika sedang jatuh cinta. Nadine adalah salah satu wanita yang sangat membenci cinta. Bagaimana tidak...