Chapter 8

18 8 2
                                    

Kenapa disaat semua sudah baik-baik saja, dia datang lagi dengan pesonanya yang tidak bisa ku tolak

_^Riyan^_

"Lestari." Riyan terkejut.

Tubuh Riyan benar-benar gemetar dan mengeluarkan keringat dingin. Dia tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Seolah menyalahkan matanya karena mengingatkan kembali dengan kejadian 3 tahun yang lalu saat masih kelas 3 smp.

Flasback on

"Les, kenapa gak di jakarta aja?" Ucap Riyan sambil menyembunyikan rambut Lestari di belakang daun telinganya.

"Tidak bisa, ini beasiswa Yan."

Setelah Lestari mengambil keputusan bahwa dia akan melanjutkan pendidikan di luar negeri tepatnya di Amerika. Riyan menerima keputusan itu dengan lapang dada.

"Jangan takut, apapun yang terjadi aku akan tetap memilihmu." Ucap Lestari.

Riyan mengangguk, namun selang beberapa bulan setelah kejadian itu. Lestari tidak pernah mau mengangakat telfon darinya. Tidak membalas pesan darinya, bahkan pesan dari Riyan tidak dia baca. Riyan khawatir takut terjadi apa-apa dengan Lestari.

"Ma,"

"Ada apa sayang?"

"Riyan akan pergi ke Amerika."

"Lestari?"

"Iya,"

"Yasudah hati-hati!"

Riyan langsung pergi ke bandara mencari tiket yang penerbangannya hari ini juga. Ya meskipun tiketnya lumayan mahal Riyan tak masalah karena ini menyangkut orang yang dia cintai.

Sampai di Amerika, Riyan mencari alamat yang di kasih oleh Intan Mama Lestari. Riyan menyusuri kota Amerika dan akhirnya menemukan tempat dimana Lestari tinggal.

Dia fikir Lestari akan bahagia dengan kedatangannya jadi Riyan tidak perlu mengabarinya dulu. Riyan membuka kamar hotel Lestari. Seketika itu hatinya nyeri dan sakit. Ada sesuatu yang sengaja mengobrak-abrik perasaannya. Kecewa, sakit hati, muak, tidak percaya dan semuanya menjadi satu. Dia melihat Lestari berciuman dengan lelaki lain.

Flasback off

"Gue rindu." Ucap Lestari membuyarkan lamunan Riyan. Seolah sadar dengan keadaan Lidya dan Intan pergi mencari tempat duduk sendiri. "Duduk dulu," lanjut Lestari.

"Kenapa?"

"Maaf,"

"Setelah apa yang lo lakuin ke gue? Lo berharap gue mau maafin lo? Lo fikir gue anak kecil yang mau lo bohongin terus-terusan? Lo fikir gue bego ha? Asal lo tau ya Les, memulihkan hati yang terluka tidak semudah meminta maaf."

"Gue nyesel Yan,"

"Gue jauh lebih nyesel kenal perempuan murahan kaya lo."

"Apa maksud lo?"

"Lalu apa Les, lalu apa sebutan yang pantas buat perempuan yang menyimpan segudang lelaki? Apalagi lo dulu punya gue dan lo selingkuh? Perempuan baik-baik terlalu mahal buat di miliki dua cowok! Dan satu hal lagi gak ada satu alasan pun untuk membenarkan suatu penghianatan."

"Beri gue kesempatan Yan, gue tau gue salah. Gue udah khianatin lo."

"Ini hati, bukan tempat lo parkir yang bisa lo datangin kapan aja dan lo tinggalin kapan aja."

Riyan emosi lalu meninggalkan tempat itu, Lidya yang melihat sikap Riyan langsung menoleh tak percaya kepada Riyan. Anak lelakinya tidak pernah pergi tanpa pamit jika tidak ada yang membuatnya sangat marah. Lidya melihat Lestari yang menangis dengan tersedu dia bingung dengan kejadian ini bukankah Riyan sangat mencintai Lestari.

"Kamu kejar Riyan, aku nenangin Lestari dulu." Ucap Intan kepada Lidya.

Lidya langsung berlari menghampiri Riyan, dia mengelus pelan pundak anaknya seolah memberikan ketenangan. Bukankah sentuhan dan kasih sayang seorang ibu adalah obat paling manjur untuk menyembuhkan kesedihan anaknya.

"Cerita sama mama." Kata Lidya masih dengan mencoba menenangkan Riyan.

Lestari adalah wanita yang dulu sangat Riyan cintai lebih dari dirinya sendiri. Tidak peduli sebodoh apa orang menganggap dirinya dulu. Yang Riyan tau dia sangat tulus mencintai Lestari. Berkali-kali perempuan itu mematahkan hati Riyan, entah jalan dengan lelaki lain ataupun sekedar chatingan dengan lelaki lain. Namun Riyan tetap memaafkan, tapi bukankah sabar seseorang ada batasnya? Setelah Riyan tau kebenarannya, Riyan akhirnya sadar bahwa Lestari tidak pantas untuk di perjuangkan lagi.

"Perasaan bukan mainan Ma, tapi hati Riyan di buat mainan sama Lestari."

"Maksud kamu?" Lidya menggeleng tidak percaya.

"Mama ingat? Riyan pernah ke Amerika demi dia? Dan apa yang Riyan dapatkan? Riyan melihat Lestari ciuman dengan lelaki lain Ma!"

Lidya mengusap air mata putranya, "kamu tau sayang? Semua orang tidak pantas di hukum atas kesalahan kehilafannya di masa lalu. Seseorang juga bisa berubah."

"Dan setelah semua baik-baik saja dia datang dengan penyesalannya,"

"Kita pulang ya,"

Tiba-tiba ponsel Riyan berbunyi, ada panggilan dari nomor yang tidak di kenal. Riyan enggan mengangkatnya karena dia fikir yang nelfon adalah Lestari. Lidya mengambil keputusan untuk mengangkat telfon Riyan. Bagaimanapun persahabatan dia dengan Intan tidak boleh hancur.

"Halo dengan siapa?"

Di seberang sana Nadine gugup bukan main, bagaimana jika yang angkat telfon dari dia adalah pacarnya Riyan.

"Halo, ap...a ini be...nar nomor Ri...yan?" Tanya Nadine dengan terbata-bata.

"Iya, ini saya mamanya."

Ingin rasanya Nadine ngompol di celana sekarang juga.

"Eh.. Tante, Ri...yan ad..a?"

"Ini siapa?"

"Nadine tante,"

"Oh Nadine,"

Seketika itu Riyan langsung menoleh ke arah Lidya, mengerjapkan mata berkali-kali. Lalu merampas ponsel yang di pegang Lidya.

"Halo Nad," kata Riyan dengan sangat gembira.

"Aduh, Riyan gue udah hampir ngompol tau gak waktu nyokap lo yang angkat."

"Hehehe... maaf Nad. Ada apa?"

"Atas kebahagiaan gue, gue mau berbagi sama lo karena berkat lo juga keluarga gue kembali."

"Emangnya apa?"

"Ini ya salah satu kebahagiaan kecil lo kan selalu mintak nomor gue dan gak pernah gue kasih. Ini gue sendiri yang telfon lo."

Riyan tertawa, ternyata Nadine juga sangat lucu. Dia teman yang asyik. Entah kenapa ada di sudut hati Riyan yang menyuruhnya untuk tertawa juga ketika mendengar Nadine bahagia. Nadine menutup sambungan telfonnya dengan alasan banyak kerjaan yang harus dia selesaikan.

"Riyan, Lestari mau pindah ke Indonesia?"

Riyan tersenyum sinis,

"Katanya disana pergaulannya bebas sekali, sampai ada yang bikin flog vidio prank kissing."

Riyan mengangkat sebelah alisnya seolah tak peduli.

"Yan kamu temenin Lestari selama di Indonesia,"

"Hanya ketika di sekolah, itupun jika dia satu sekolah dengan Riyan."

Akhirnya mamanya mengangguk, tidak semua orang mampu berdamai dengan masa lalunya. Apalagi jika masa lalu itu cukup menyayat hati dan tidak mampu sembuh hanya dengan kata maaf. Riyan tau dia sudah besar dia harus menjadi pribadi yang kuat dan dewasa apalagi Nadine tidak butuh lelaki yang egois dan kekanak-kanakan.

I Found a Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang