.
.
.
.
.
.
(Typo bertebaran)🍁🍁
Walaupun badannya kecil tapi jangan ragukan kecepatan lari bocah itu. Riang tawa memenuhi taman belakang, sesekali bocah itu menjulurkan lidah.
Berlari riang kemari tak menghiraukan keadaan sekitar maupun orang yang barusan memanggilnya. Ya, sang wanita yang sangat dihormati oleh lelaki kecil itu.
"Yoongi, jangan lari-lari ba--"
Brukk
Dan benar saja, lelaki kecil itu sudah jatuh yang didahulukan dengan kepalanya yang mencium rumput taman.
"Yoongi !!"
"Ibu kan sudah bilang berkali-kali jangan suka lari-lari. Bagaimana kalau teman kecil mu itu juga lari-lari dan mengejarmu? Yoongi mau membuat ibu menangis lagi ?" si anak hanya menggeleng lirih.
Senyum nya hilang, Aera hanya menampik gelengan tak mengerti lagi. Min Aera ,ibu sekaligus juga sebagai kepala keluarga sekarang semenjak suaminya meninggal karena kecelakaan.
Itu saat Yoongi masih baru berapa bulan. Aera harus berjuang lebih keras demi menghidupi keluarga kecilnya sekarang.
Hidup bersama pangeran kecilnya. Tak terasa air mata itu turun mengenai pipi Yoongi.
"Ibu, ibu jangan menangis Yoongi tidak akan nakal lagi hiks.. hiks.. " Naluri anak selalu mengikuti apa yang ibunya rasakan. Yoongi pun ikut menangis lebih kencang dari Aera.
"Uljima, ibu hanya kelilipan. Lihat sekarang ibu tersenyum kan jadi Yoongi juga harus tersenyum, tidak boleh menangis." Aera menghapus jejak air mata pangeran kecilnya dengan lembut.
Aera kembali merapihkan selembar kain yang digunakan untuk merla sebagai alas.
"Jimin! " itu Yoongi yang teriak dengan wajah yang penuh rasa senang ingin memeluk , Aera mendongak melirik Yoongi yang berteriak.
Matanya mengikuti arah mata milik Yoongi, dan ia melihat sosok pangeran cubby kecilnya digandeng bersama ibunya yang tak lain adalah sahabat Aera.
"Lee Hwa Young? Ah, Jimin kau sudah besar ya." Aera menyentuh sesaat dagu Jimin, dan mengajak mereka masuk. Bagi Aera ,Hwa Young adalah sahabat yang terbaik, begitupun juga anak-anak mereka tak bisa dipisahkan ketika bersama.
"Yoongi kau sudah besar ya, padahal dulu bibi baru melihat mu merangkak dan meminta susu dengan manja." Yoongi yang sudah mengerti maksud itu menahan malu. Yoongi sudah berumur 6 tahun dan jimin berusia 3 tahun.
"Jimin ajak hyung mu itu bermain ya ibu ingin berbicara dengan bibi Aera ." ucap Hwa young. Jimin sudah diajarka untuk memanggil Yoongi dengan embel-embel 'hyung'.
"kacca yung kita bemain besama ,jimin punya motol-motolan yuk main yung. " suara ciri khas anak kecil yang masih belum jelas nada bicaranya.
Yoongi menggangguk antusias, jimin menarik tangan Yoongi ketengah taman rumah. Keduanya duduk secara bersamaan. Mulai dari jimin yang menerbangkan motor mainnanya dengan gaya yang lucu membuat Yoongi tertawa terpingkal.
Terlebih-lebih ketika jimin ingin kembali ke ibunya dan dia tersandung dengan kakinya sendiri tetapi malah menyalahkan motor mainannya. Tangis Jimin semakin kencang ketika melihat sebuah pesawat lewat diudara.
Jimin nangis minta dibelikan pesawat,Yoongi tak tahan dengan tangisan jimin berusaha menenangkan juga.
"Jimin-ie, aku punya peswat-peswatan kau mau?" Yoongi memiliki niat baik dan itu sudah diajarkan oleh Aera. Jimin mengangguk.
"cimin mau pesawat yung..." Jimin berjingkrakan tak karuan. Sifat yang ada di anak kecil tak bisa diganggu gugat.
Dengan senang hati yoongi memberikan pesawar mainannya yang sudah jimin tangkup.Mereka bermain dengan riang tanpa mengetahui yang orang dewasa sedang bicarakan di dalam rumah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Emfisem
Fanfiction🄱🅁🄾🅃🄷🄴🅁🅂🄷🄸🄿 [TAHAP MAGER; belum ada revisi] let the time that answers when will fight and give up. ________________________________ "Untuk apa hidup kalau persentasi hidup saja sudah tak ada lagi, dan aku ingin menyerah." -Min Yoongi __...