0.2

1K 173 66
                                    

•••••••(Typo bertebaran)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








(Typo bertebaran)

🍁🍁

K

eduanya memasang muka sendu terlebih Aera yang sudah tak bisa membendung air matanya. Hwa young mengelus punggung Aera yang mengartikan 'sabar'

"Sabarlah Aera , aku juga sedih."

Aera tangisannya semakin menjadi bagaimana,tidak sedih melihat anak semata wayangnya berjuang sendiri.

Yoongi kecil tak bisa bebas seperti anak kecil lainnya, lingkupan sekitar juga harus ia jaga terlebih-lebih polusi yang akhir-akhir sedikit meningkat. Yoongi harus dijauhkan hal-hal yang seperti itu ,memang itu tidak baik juga untuk kesehatan.

"Ibu...Yoongi yung menangis!!!" Teriak jimin dengan suara ciri khas anak kecil. Berteriak agar Hwa Young dan bibi Aera segera keluar.

"Yoongi yung jangan menangis chim juga menangis." Jimin ikut terisak.

"Yaampun! Yoongi ada apa dengan dagu mu? Jimin kenapa Yoongi hyungmu bisa berdarah?" Itu Hwa Young yang bertanya.

"Chim tadi main kelaj-kejalan teyus Yoongi yung jatuh hiks hiks.."  Jimin kecil mengusap-ngusap derai air matanya.

Flashback...

"Chim main kejar-jejaran yuk!" ajak Yoongi. Posisi jimin saat itu sedang memainkan pesawat mainan yang diberikan Yoongi.

"Enggak chim ndak mau nanti Yoongi yung jatuh. " Jimin menanggapi sambil melanjutkan memainkan mainannya.

Yoongi bosan, jimin bergelut dengan pesawar mainan dan dia apa harus melihat Jimin memainkan mainannya yang asik sendiri. Sedikit ada bayang-bayang untuk mejahili Jimin.

"Yak.. Yung... Mainan chim!!! "Teriak Jimin saat dengan sengajanya Yoongi mengambil pesawat mainannya dengan sekejap.

"chim mau? Kejar aku dulu... " Yoongi berlari sembari menjulurkan lidah. Satu putaran taman belakang yang tidak terlalu besar masih cukup aman untuk Yoongi berlari.

Hendak dua putaran teman kecil nya datang lagi tapi, Yoongi masih berlari hingga ia tak melihat ada batu yang ia lupa untuk dihindari.

Brukk...

Flashback end...

"Ssstt.. Sekarang chim tidak usah menangis lagi ya , Yoongi hyung nya sudah dibawa masuk sama bibi Aera."

Ya setelah Jimin berteriak bahwa Yoongi menangis dan melihat luka yang ada di dagu Yoongi dengan segera Aera melesat menggendong Yoongi kedalam rumah untuk membersihkan luka.

"chim minta maap bu..."

"chim tau kan kalau Yoongi tidak bisa bermain kejar-kejaran terlalu lama?" Sang anak mengangguk.

"chim tidak mengajak Yoongi yung, tapi Yoongi yung nya sendili yang ngajak chim, chim paslah ..." ingin sekali Hwa Young memakan pipi gembil anaknya ini kalau sedang cemberut.

Ya, Jimin kecil tau kalau Yoongi tidak bisa diajak kejar-kejaran terlalu lama. Tapi Jimin kecil tidak tau menauh-nauh lagi pula yang Jimin tau hanya main dan main bersama Yoongi.

Jimin masih terlalu kecil untuk tau semuanya bukan?  Hwa Young harap Jimin bisa menjaga dan menganggap Yoongi seperti kakaknya sendiri. Memang sudah memanggap seperti kakak bukan?

Di lain tempat, lebih tepatnya di dalam rumah...

"Apa masih sakit? " tanya sang ibu sambil mengelus dada mungil sang anak lalu beralih memegang dagu yang sudah terbalut plester , "Dagu mu? "yang dibalas dengan anggukan sudah membaik.

"Kau ini nakal sekali ,sudah berapa kali ibu bilang?" Yoongi menunduk, Aera menggelengkan kepala tak mengerti lagi.

"Yoongi hanya ingin bermain kerjar-kejaran apa tidak boleh? Yoongi ingin lari bebas tidak boleh? Yoongi ingin kuat apa tidak boleh?" Pemikiran yang tak seharusnya terlintas di pikiran bocah enam tahun bukan tapi,  berbeda dengan Yoongi. Yoongi hanya tubuh dan umurnya yang masih kecil tapi, masalah pemikiran Yoongi sudah terlaku dewasa.

Apa yang harus Aera jawab? Semakin dilarang maka semakin melunjak, semakin dibiarkan juga akan semakin tambah parah.

"Yoongi ingin berlarian dan terlepas dari alat itu bu... "



Tbc

Ini labil sekali hehehe...

Emfisem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang