15

451 80 9
                                    

🍁EMFISEM 🍁
[sorry for typo]

-M E M O R Y-

"shouldn't pain be resisted? because that helped me fight it."

-E M F I S E M-

📖hepi riding 📖
Hepi 5k

Karena menghilang adalah cara yang terbaik , dan biarkan langkah ini yang menentukannya.
___________________________________

Tak biasanya Yong In merasa resah dengan tidak adanya Yun Go saat ini. Jujur saja satu kesalahan besar , ralat banyak kesalahan yang ia tutupi. Banyak kebohongan yang ia tutupi dengan rapih, satu fakta bahwa Yun Go-- ah tak sepatut nya untuk diutarakan sekarang terlalu cepat kehilangan.

"Mengapa aku jadi memikirkannya ? Mianhae Yun Go..." Yong In menenggelamkan wajahnya diatas lipatan kedua tangan hingga seorang yang kini masuk mengusik pendengarannya.

"Ayah ,Yun Go pulang" seru Yun Go ,baru saja dipikirkan orangnya sudah masuk terlebih dahulu dengan raut wajah kusut, Yong In merasa bersalah. Ya memang seharusnya Yong In bersalah untuk hal ini.

"Ayah sudah makan ?" Yun Go mendekati Yong In yang terduduk di bangku panjang. Merebahkan badannya yang terasa kaku dan menggerakkan sehingga bunyi kreek krrek..

Disaat seperti ini pun Yun Go masih saja selalu memberikan perhatiannya pada Yong In.

Yang ditanya malah pergi membuat Yun Go lagi lagi harus merasakan apa itu diabaikan dengan ayahnya sendiri. Helaan napas kasar mewakili rasanya.

Tungkainya ia bawa perlahan menuju kamar ,baru sehari rasanya sudah rindu dengan aroma lavender ciri khas kamarnya dan tak lupa dengan boneka berbentuk seperti biskuit itu.

Entah kenapa perlahan rasa sesak dan pening beradu, membuat langkahnya terhenti. Sekejap mendekat ke arah dinding ,menghantukan kepalanya sendiri kedinding yang ia pikir akan mengurangi rasa sakitnya. Heoll bukankah itu malah menambah rasa sakitnya.

Erangan rasa sakit ia tahan supaya tak memancing rasa ingin tahu dari Yong In.Seorang sepertinya memang tak patut untuk merasa lelah mengingat penyakit yang dideritanya, kini yang dirasa bukan hanya rasa sesak namun pening yang begitu terasa sakit juga ikut menambah deritanya.

"Kenapa rasanya sakit sekali." Erang Yun Go, kedua tangannya teralih menarik rambutnya sendiri. Terlepas salah satunya memegang dinding sebagai sanggaan akan tujuan. Rasanya semakin sakit Yun Go meringkuk, sesaknya pun bertambah tak bisa terkendali seberapa banyak ia meraup udara yang pasti akan terasa sesak. Jika benda itu ada ditas nya sudah pasti tak akan jadi seperti ini, tak apa jika kambuh dikamar tapi ini malah kambuh ditempat yang tak sepatutnya dilihat oleh Yong In.

"Akhh ap-ppho hikss... Ap- hmpp" erangannya sebisa mungkin ia tahan. Ia bawa tubuhnya berdiri tegak tapi hal hasil yang ia dapatkan terjatuh.

"A-ayah sak-khit ay..." Tiba-tiba pandangannya semua gelap, sebelum menutup sempurna Yun Go menangkap siluet ayahnya yang mendekat. Dan sebelum mendekat seorang itu tanpa sadar Yun Go tersenyum sesaat lalu kegelapan mendominasi kesadaran.

◻◻◻

Aku fikir ketika aku sudah membuka mata yang aku lihat adalah ayah tapi hanya dinding putih. Sudahlah Yun Go sepertinya dirimu tak boleh mengharap lebih.

Pikirnya saat ini, Yun Go tak suka bau-bau aroma seperti ini bau antara campuran bahan lain dan lainnya dan yang tepat bau obat-obatan.

Emfisem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang