13. Two Smart Boys

1.2K 112 4
                                    

Langkah besar terdengar begitu nyaring dirumah, dengan teriakan khasnya dan omelannya yang tiada henti. Ia membuka salah satu pintu kamar dengan wajah yang terlihat sangat lelah.

"Jin Yeong, dimana Woo Jin?" Seok Jin bertanya dengan terengah-engah karena berlarian mencari anak bungsunya yang badung.

Sang empu yang ditanya-pun hanyaa mengangkat bahunya, ia terus menatap layar komputernya yang sedang bermain game. "Jin Yeong, ayah sedang bertanya!!" ia dengan cepat mengklik pause dan berbalik menatap ayahnya yang sedang memasang wajah kesal.

"Aku tidak tahu, terakhir dia dikamarku saat sesudah sarapan." Jin Yeong menjawab sebelum ayahnya bertanya untuk kedua kalinya.

Jin membuang nafas kesalnya. "Apa adikmu mengatakan sesuatu?"

Jin Yeong menggeleng. "Dia pasti ada di rumah paman Yoongi kalau tidak disana mungkin ke rumah paman Namjoon, ayah mencarinya kesana saja."

"Baiklah, ayah akan mencari anak nakal itu," Jin membalik badannya saat ia hendak menutup pintu kamar, ia teringat jika ia telah disuruh oleh anaknya sendiri.

"Yeong-ya, kau menyuruh ayah?" dengan cepat ia menggeleng.

"Aku tidak menyuruh ayah, memangnya apa yang dilakukan Woo Jin?"

Jin melipat tangannya di dada dan bersandar didinding dekat pintu. "Adikmu, Woo Jin. Mencabut bunga tulip milik Hyesung. kau tahu bukan, apa yang akan terjadi jika ibumu mengetahui bunganya ada yang memetik?"

Jin Yeon mengangguk paham. "Eomma akan menyita barang kita sebelum ada yang mengaku siapa yang memetiknya," ia menjawab pelan.

"All right, jadi sebelum eomma pulang kita harus mengitrogasi anak itu terlebih dahulu, supaya hukuman eomma tidak terlalu kejam terhadap ayah."

Jin Yeong paham apa maksud perkataan ayahnya yang 'terlalu kejam'. Jika ibunya akan menyuruh ayahnya untuk menginap diluar rumah dan tidur bersama nyamuk. Menginap dirumah yang lain, tidak boleh. Masuk kedalam kamar tidak boleh, hanya boleh tidur di sofa dan di taman belakang saja.

Kejam memang istri Kim Seokjin itu, dan ia seorang dokter psikolog disalah satu rumah sakit. Na Hyesung bisa menikah dengan Kim Seokjin karena saat itu Hyesung tak sengaja memarahi Seokjin yang ia kira adalah pasien yang kabur dan akan bunuh diri.

Pada kenyataannya Seokjin sedang dikejar Jungkook karena menguncinya di kamar jenazah dan karena terlalu lelah berlari ia memegang besi yang dipasang disisi karena ia berada dilantai 4 ia melihat kebawah karena penasaran dengan keadaan yang sedang ricuh itu, namun salah satu dokter yang sekarang menjadi istrinya itu, menariknya dan menjauhkan dirinya dari besi. Dengan wajah yang merah padam, ia menangis dan juga berkata dengan suara yang tak jelas namun masih bisa dimengerti oleh Jin.

"Jangan mengakhiri hidupmu seperti ini, masih banyak orang yang menyayangimu. Kau boleh saja gagal menikah, tapi kau harus tahu bahwa kau memiliki banyak pesona didalam dirimu, kau akan menemukan wanita yang lebih baik dari dia ... hiks...."

Hyesung menutup wajahnya dengan dua tangannya dan terus menangis, karena itulah membuat Jin merasa tersentuh dengan perhatian dan kasih sayang Hyesung sebagai seorang dokter, pasien saja diperhatikan apalagi keluarganya. Jin kemudian memeluk Hyesung yang menangis.

"Sudah jangan menangis, aku tidak akan meloncat dari sini. Karena aku sudah menemukan seseorang yang membuatku berdebar." Jin berucap dengan lembut membuat Hyesung menjauhkan tubuhnya dari Jin dan menatap dari atas hingga bawah berulang kali. Ia membesarkan matanya saat menatap mata Jin yang teduh saat sedang tersenyum.

"Ya!! Kau siapa? Kau bukan pasienku, saya kira kau pasien yang kabur. Awas saya harus mencari pasien." Hyessung berlari dan mencari pasien yang sebenarnya.

Kembali kemasa kini.

"Baiklah, ayo kita pergi kerumah paman Yoongi terlebih dahulu." Jin Yeong berjalan terlebih dahulu.

Mereka mencari kerumah Yoongi yang hasilnya nihil, Namjoon juga tidak ada, dan terakhir rumah Hoseok dan tetap tidak ada batang hidung anak bungsunya itu. "Sebenarnya dia dimana?" tanya Jin frustasi bukan karena takut Woo Jin menghilang tapi karena nyawanya sedang dipertaruhkan dengan perkataan Woo Jin nanti.

"Woo Jin...." teriak Jin ditaman bermain, namun tidak ada yang menyahut karena ini sedang terik dan anak-anak tidak ada yang bermain ditaman diwaktu siang, Jin Yeong saja berteduh dibawah pohon besar dan membiarkan ayahnya seperti itu sendirian.

"AYAH KITA PULANG SAJA!!!" teriak Jin Yeong dari jauh. Jin berlari mendekati puteranya.

"Kalau ayah kenapa-kenapa, bagaimana?" tanyanya dengan cemas.

"Kan itu sudah kodrat ayah sebagai ayah." jawabnya santai.

"Kau benar-benar ingin melihat ayah tidur di ruang tengah lagi." Jin Yeong mengangguk untuk menjawab dengan cepat supaya ayahnya tidak berteriak teriak lagi.

"Sekarang pulang saja, mungkin Woo Jin sudah ada dirumah."

Jin Yeong berjalan mendahuli ayahnya lagi dan mengacuhkan ayahnya yang terus berteriak memanggil Woo Jin. "AYAH CEPAT!! SATPAM KOMPLEK SEDANG BERLARI KEARAH AYAH!!"

Jin berlari karena takut tertangkap oleh satpam yang hanya menjadi bualan Jin Yeong untuk membuat ayahnya berjalan lebih cepat. Setelah sampai dirumah, Jin langsung menghampiri dapur untuk membasahi tenggorokannya yang kering karena terus berteriak, saat ia mengambil air dari dalam lemari pendingin botol minum yang akan ia minum terjatuh dan mengelinding. Ia mengambilnya dan menatap aneh kearah bawah pantry yang seperti ada mahluk yang sedang berdiam disana, ia yang ketakutan-pun memanggil sulungnya untuk datang kedapur dan melihat bersamaan.

Mereka berdua melebarkan matanya setelah melihat mahluk yang sedang asik tertidur disana, tak lain dan tak bukan Woo Jin yang sedari tadi mereka cari. Jin yang nyatanya sedang kesal dan lelah hanya mencipratkan air minumnya kearah bungsunya yang asik tertidur itu.

"Woo Jin," dengan satu panggilan membuatnya langsung membuka matanya kaget.

"Ayah? Menemuiku?" tanyanya dengan begitu terkejut.

Ia memang yang memetik bunga tulip milik ibunya dan memberinya kepada Yeon Joo dan juga Nam Hee, karena takut disidang oleh ayahnya ia pun bersembunyi disini selama ayahnya berteriak, karena terlalu lelah berlarian ia pun tertidur.

"Jelaskan kenapa kau memetik bunga milik ibu?" tanya Jin dengan mode garangnya.

"Aku memetiknya untuk Nam Hee dan Yeon Joo, nanti Woo jin yang bersaksi dihadapan ibu."

"Bersaksi apa?" tanya dari arah lain, membuat ketiga lelaki itu menoleh secara bersamaan dan memasang wajah terkejut dan menelan saliva mereka sendiri dengan susah payah.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanyanya lagi.

"Anu ... " Jin bersuara dengan gemetar.

"Anu apa?" Hyesung kembali bertanya, ia bingung memiliki keluarga yang terlalu takut kepadanya.

"Anu, Ayah memetik bunga tulip ibu," ucap Woo Jin yang sama gugup.

"Kau!!"

"Rrrr, Woo Jin kenapa kau menyalahkan ayah?" ucap Jin yang tak terima.

"Tidur di sofa malam ini!!" final Hyesung dan berjalan dengan diikuti kedua puteranya yang saling bergadengan dan berhigh five karena membuat ayahnya tertidur diluar kembali.

Ya, itu memang rencana kedua puteranya dari awal. Mereka memang melakukannya untuk bisa tidur bersama ibunya. 

Bandung, 02 November 2018.

4. Daddy Is My Hero [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang