"Seok Hee jangan berlarian nanti kau terjatuh." Hoseok memperingati puteri kecilnya dengan ikut berlari dibelakang, walaupun ia bisa lebih cepat menangkap puterinya tapi ia tidak melakukannya.
Seok Hee hanya terkikik dan terus berlari, "appa, Seok Hee akan...,"
Brugh,
Ia terjatuh dan menangis dengan kencang, Hoseok menghampiri puterinya dan menggendongnya dengan menepuk-nepuk pungungnya dengan pelan. "Appa sudah bilang, Seok Hee jangan berlarian."
"Hikss ... sakit, hiks ...." Hoseok menurunkan Seok Hee.
"Mana yang sakit?" tanyanya dengan lembut.
"Ini ... hiks," ia menunjuk lututnya yang berwarna merah. "Appa, sakit ... hiks."
Hoseok berjongkok dan mendekatkan bibirnya kearah lutut Seok Hee, ia meniupnya pelan dan membuat puterinya tidak melanjutkan tangisannya dan digantikan dengan kikikan geli. Hoseok tersenyum manis, ia mengecup lutut Seok Hee yang membuatnya tertawa karena puterinya tertawa geli. Ia mengangkat kepalanya dari arah lutut dan mengecup kening, pipi kiri dan bibir. "Puteri appa tidak boleh menangis, kalau yang menangis berarti anaknya paman Jimin,"
Seok Hee manatap aneh. "Kenapa paman Jimin, appa?"
Hoseok berpikir sejenak untuk menjawabnya. "Karena paman Jimin cengeng."
"Kenapa paman Jimin cengeng?" tanyanya lagi.
"Karena paman Jimin selalu menangis jika melihat sesuatu."
"Apa saja yang membuat paman Jimin menangis."
"Banyak, kadang saat menyanyi, menari atau saat putus cinta."
"Putus cinta itu seperti apa, appa?" Seok Hee masih asik bertanya.
Hoseok terus memutar isi kepalanya untuk menjawab pertanyaan puterinya yang ajaib ini. "Seperti, saat Seok Hee hilang sepatu, Seok Hee harus mengikhlaskan apa yang sudah pergi menghilang, paman Jimin juga seperti itu. Sama seperti Seok Hee, menangis selama seminggu meminta yang baru."
Seok Hee memasang wajah bingungnya, "tapi paman Jimin dibelikan yang baru?"
"Tidak."
"Kenapa?" ucapnya sedih "appa selalu membelikan barang Seok Hee kalau hilang, tapi kenapa appa tidak membelinya juga untuk paman Jimin?"
"Sayang, cinta itu tidak bisa dibeli. Cinta akan hadir saat kamu menyukai hal yang kau sukai, jika appa membelikannya, apa paman Jimin akan menyukainya juga?!"
Seok Hee menggeleng. "Apa paman Jimin juga akan marah kalau yang dibelikannya tidak sama?" tanya Seok Hee polos.
Hoseok tersenyum dan mengangguk. "Benar, paman Jimin belum tentu akan menyukai apa yang dibelikan appa, sama seperti mu sayang." Hoseok mencolek ujung hidung dan membuatnya tertawa saat mendengar suara perut dari puterinya.
"Suara apa itu? Kenapa suaranya seperti suara harimau?" tanya Hoseok dengan wajah yang ia buat bingung dan ketakutan.
Seok Hee tersenyum cerah. "Itu suara perut Seok Hee, appa. Seok Hee laper?!" rengeknya.
Hoseok menjawil kedua pipi gembil puterinya. "Anak appa ingin makan apa?"
"Seok Hee ingin makan appa." Hoseok tak mengerti apa yang dikatakan oleh anaknya tentang 'memakan appa' apa sama seperti dirinya yang memakan istrinya? ah, bagaimana anak ini mengetahuinya, sepertinya bukan seperti yang dipikirkan bapak satu anak ini.
"Ingin appa yang memasak?"
"Bukan,"
"Lalu?"
"Ingin memakan appa, kata paman Joon memakan appa itu enak, eomma saja terus memakan appa setiap malam." Seok Hee membalas tanpa beban tanpa mengetahui jika Hoseok sedang mengerutu menyumpahi Namjoon yang telah mengkotori otak anaknya.
Awas saja kau Kim Namjoon Mesum!!
Bandung, 03 November 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
4. Daddy Is My Hero [Complete]
FanfictionPapa adalah pria yang paling sibuk, Tetapi papa selalu ada untuk keluarganya. sesibuk apapun papa, papa akan pulang untuk bermain dengan anak-anaknya. Papa adalah superhero yang dikirim Tuhan untuk Yeon Joo dan Yeon Jae, mama sering mengatakan; p...