Gabriella Hans mengambil pena yang berada diatas meja dan menatap serius kertas putih didepannya.'Art. Badminton atau Dance? '
Semua gerakan yang akan dilakukannya seolah diiringi pukulan drum yang menegangkan. Mata pena yang digenggam Gaby menuju kata bertuliskan 'Dance' yang tanpa disadari Gaby, seorang gadis berambut coklat terang tengah menatap dirinya.
"Lo pilih 'dance' Gab? "
Dan mata pena itu tiba-tiba beralih kearah Badminton. "Babi. "
Gaby menatap kaget kertas berisi ekstrakurikuler untuk satu tahun kedepan yang sudah tercoret memilih Badminton. "Mati gue. Mati gue. "
"Katanya nggak mau pilih Badminton karena bosen ketemu Lucas terus. " goda Rose.
"Diem lo Bangke. "
"Gue mawar bukan bangke ms. Hans. "
"Gara gara lo, gue malah milih Badminton. "
Rose tersenyum bangga. "Dan karena gue, lo bisa deket Lucas lagi. "
Gaby tersenyum tipis. "Tapi Rose kalo gue deket deket Lucas terus orang orang bakal salah paham dan bakal mikir kalo gue sama Lucas itu pacaran. "
"Siapa peduli. Emang lo terkenal? Lucas juga nggak terkenal terkenal banget kayak Johannes. " ucap gadis bermata hitam itu.
Gaby menghela nafas ringan. "Tapi kalo gue deket deket Lucas terus, Lucas bakal mikir apa? "
"Gabriella Gabriella, lo ngapain apa yang dipikirin orang lain? Emang orang lain bakal peduli sama lo kalo lo mikirin mereka? Enggak kan. Ya udah santai aja neng. " jawab Rose santai sambil menepuk nepuk punggung Gaby keras.
Kalau dipikir-pikir memang benar juga. Belum tentu orang lain akan memikirkan perasaan dirinya yang mana ia terus memikirkan perasaan orang lain.
Seandainya saja ia mempunyai jalan pikiran seperti Rose.
"Kumpulkan kertas ke depan. "
Gaby langsung melotot mendengar suara lantang ibu guru judes mereka itu. Dengan terburu-buru, Gaby mengambil kembali pena yang ia letakkan diatas meja.
Dan dengan cekatan, Rose menarik cepat kertas pilihan ekstrakurikuler temannya itu yang sebelumnya ditindih oleh jari telunjuk dan jempolnya. Rose mengumpulkan kertasnya dan kertas yang ia curi tadi dengan senang.
Gaby menatap tak percaya akan ulah Rose yang untuk kesekian kalinya ia dikerjai oleh anak itu. "Tenang aja Gab, gue yang bakal dukung lo paling depan kalau terjadi apa apa sama lo. "
Dan untuk kesekian kalinya juga, Rose telah mengambil kesempatan untuk berlari menjauhi sahabat laki lakinya itu.
***
"Kenapa lo nggak ngasih tau gue kalo lo masuk ekstra musik? "
Garis sudut bibir Rose tertarik keatas. "Karena gue tau Gab kalo lo pasti bakal masuk musik juga, dan gue nggak mau. "
"Kenapa lo nggak mau? "
"Karena gue mau sahabat satu gue ini bareng bareng terus sama pujaan hatinya. "
"Jijik. " Gaby mengambil selembar tisu dari dalam kantong bajunya dan mengelap bagian sekitar mulutnya.
Saat ini Gaby dan Rose tengah berada didalam kafetaria yang sedang padat padatnya dimasuki oleh siswa siswi kelaparan. Untungnya saja Rose sudah menariknya dari dalam kelas dan langsung membeli makanan sebelum dihabiskan.
Rose membuka mulutnya, "Tapi Gab, kenapa ya banyak yang ingin masuk ekstra kimia daripada ekstra kesenian? "
"Entah gue nggak tau Rose. Tapi sih kemaren gue denger dari kakak kelas tiga kalo sekarang yang masuk ekstra kimia lebih sedikit daripada ekstra kesenian. " kata Gaby sambil memasukkan keripik kentang yang dibelinya tadi.
"Yang mana? Echa atau Rain? "
"Rain. Kemarin dia heboh banget cerita kalo yang masuk ekstra kesenian sekarang ganteng ganteng, Johannes aja katanya keluar dari futsal terus masuk kesenian. " kata Gaby lagi. Kalau begini terus lama kelamaan mereka bisa bergosip ria.
"Wow! Gila memang si Johan! Gue pikir dia bakal masuk ekstra musik bareng gue, ternyata kesenian toh." kata Rose tak percaya kalau orang yang ia sukai ternyata masuk ekstrakurikuler yang berbeda dengannya.
"Nih ya Rose-"
Dari arah belakang Gaby seorang laki laki berambut pirang tengah berjalan kearah mereka dengan langkah lebar-lebar. Gaby tak menyadari kalau ada yang sedang berdiri dibelakangnya dengan senyum mengembang.
Rose melirik singkat kearah laki laki itu-pura pura tak tahu.
"-kesel gitu Rose rasanya. "
Tangan laki-laki itu terulur dan hampir menyentuh pipi Gaby sebelum--dengan tiba-tiba Gaby menarik tangan itu dan tersenyum simpul. "Halo Lucas. "
Laki laki bernama Lucas itu mendesah kecewa dan Gaby langsung melepaskan pegangannya pada tangan Lucas.
"Ah, lo mah nggak seru. "
Gaby tersenyum riang dan Rose menatap Gaby datar. 'Katanya pingin jauh jauh tapi seneng banget kalo udah ketemuan. Dasar onta!'
Rose membuka mulutnya, "Mana temen lo? Tumben lo sendirian."
Lucas tiba tiba memajukan tubuhnya kearah depan yang dengan serentak diikuti Gaby dan Rose. "Kalian mau dengar berita baru nggak? "
Dengan serentak Gaby dan Rose mengangguk setuju.
"Ada anak baru disekolah kita, perempuan. Namanya Niana kalo nggak salah. "
****
❌🚫 DON'T COPY PASTE 🚫❌
Copyright © 2018 // by: yeusynovi // Mengandung hak cipta // Tidak diperkenankan menjiplak, memplagiat atau mengcopy sebagian atau seluruh alur cerita. //
2018.11.02
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Dream (Selesai)
Short StoryKalau anak-anak baru pasti memiliki tingkah malu-malu atau memiliki tingkah yang introvert dan sulit untuk didekati karena masih berstatus anak baru. Tapi hal ini tidak berlaku untuk seorang Niana Marco. Aku memang belum pernah berbicara dengan Nia...