Sembilan.

9 2 0
                                    


"Karena maskara yang lo saranin itu. " tukas Gaby jengkel kepada Rose yang sudah kembali dari kantin dengan perut kenyang layaknya orang yang tidak punya beban masalah.

Rose mendelik tak terima. "Kok gue Gab? Kan lo yang mau beli waktu itu. Lo bilang 'Coba-coba lah. Mumpung murah' Nah kan lo nyalahin gue. "

"Memang gue yang waktu itu mau beli, tapi Rossie lo yang waktu itu ada bilang kalo ini produk waterpoof. " sengit Gaby tak mau kalah dengan menekankan nama Rose ditengah kalimat.

Rose memajukan bibirnya. "Gue pikir itu waterpoof Gab. "

Gaby menatap jengkel Rose yang kini bertingkah seperti anak polos yang tidak tahu apa apa dan seperti tidak melakukan kesalahan yang cukup membuat malu seharian.

"Untung aja yang liat gue kayak setan tadi cuma satu orang. " ujar Gaby sambil mengoleskan lip-tint pada bibirnya.

Rose menoleh. "Memangnya siapa? "

"Ketos. "

"Ketos? Seriusan? Ketua osis sekolah kita yang keren liat muka lo yang jelek itu? " kedua ujung bibir Rose berkedut-kedut menahan tawa. "Seriusan lo? " dan tawanya pecah. Ia memukul mukul lantai keras sambil tertawa bahagia membayangkan reaksi si ketos melihat Gaby dan wajah jeleknya itu.

"Mati aja lo Rose. "

Tak peduli perasaan Gaby, Rose malah tertawa semakin kencang. "Gue bayangin muka lo yang kayak babi pake maskara depan Dave. "

Gaby pura-pura tak dengar.

"Gabriella, Gabriella, kok lo bisa tolol banget sih? " Ia mengusap matanya yang mengeluarkan air karena terlalu banyak tertawa sambil meredakan tawanya. "BTW tadi Lucas dateng nyamperin lo kan? "

"Lucas? Lucas temen kita gebetan gue? Nggak tuh Rose. "

Alisnya berkerut mendengar penuturan Gaby. "Lo nggak boong? " Gaby menggeleng. "Kok aneh ya? Terus siapa yang bawain lo itu makanan? Lucas? " tatapan Rose beralih ke baki makanan isi dari baki itu telah habis dimakan Gaby.

"Buk- But wait. Memangnya kata Lucas tadi dia mau kesini nyamperin gue? "

Rose mengangguk. "Katanya sih gitu tapi.." Rose tiba-tiba teringat ucapan Lucas beberapa menit yang lalu saat dikantin ketika mereka membicarakan Gaby.

"Gaby itu sahabat perempuan pertama gue dan kalo ada unsur suka suka-an sama Gaby gue gak pernah mikirin."

"..kayaknya dia ada urusan makanya dia nggak jadi nyamperin lo. " sungguh melegakan bisa sedikit berbohong kepada Gaby yang merupakan sahabat sekaligus orang yang sangat suka kepada Lucas.

"Padahal waktu gue kirim pesan ke Luk, gue harap bakal disamperin misalnya. Atau dibawain makanan gitu. " ucap sedih gadis berbulu mata palsu itu.

"Oia Gab yang bawain lo makanan siapa? " tanya Rose ulang.

"Oh itu si-"

Dari arah luar kelas terdengar suara keributan beserta tepuk tangan yang sangat menganggu. Gaby dan Rose saling berpandangan mencoba menebak nebak apa yang sedang terjadi dibawah sana.

Rose sebagai dewi gosip mendadak teringat percakapan anak laki-laki di toliet beberapa menit yang lalu, bersamaan dengan dia yang sedang cuci tangan. Ia segera bangkit dari duduknya dan menarik Gaby untuk segera bangkit mengikutinya kebawah.

Rose tidak ingin melewati satu bagian pun dari keributan dibawah sana, maka dari itu ia segera memepercepat langkahnya dan menarik Gaby lebih kuat untuk memepercepat langkahnya.

***

"Permisi, permisi. " Rose menyeruak masuk kedalam lingkaran yang dipenuhi oleh anak-anak satu sekolah ingin melihat keributan macam apa yang dibuat.

Gaby tersenyum kikuk ketika kakinya tak sengaja menginjak kaki anak lain yang ikut berdesak-desakan. "Sori ya. Nggak sengaja sumpah. " orang yang diinjak kakinya hanya mengangguk tak apa.

Gaby menengok kearah Rose yang kini tengah fokus, diam, menatap kearah depan tanpa berkedip. Gaby hanya menghembuskan nafasnya lelah. Sudah tidak terhitung banyaknya ketika ia dipaksa Rose untuk ikut bersamanya menonton tontonan yang tak berfaedah.

Bulu mata palsu nya benar-benar sangat berguna disaat cuaca terik seperti ini. Dengan bulu mata palsu ini, tajamnya cahaya matahari bisa ditahan oleh bulu mata ini.

Gaby menangkap pandangan Niana-si-anak-baru yang kini sedang berdiri ditengah lapangan dengan outfit  yang menurutnya sangat stylish. Entah perasaan kagum muncul begitu saja didalam dadanya.

Didepan Niana terlihat Johan yang sedang berdiri dengan (sok) malu-malu padahal tidak malu sambil tersenyum menatap Niana senang. Oh ya ampun ia tahu kejadian apa yang terjadi sdtelah ini!

Sungguh ia tak bohong kalau ia lebih memilih Niana bersama Johan daripada bersama yang lain. Johan adalah sosok laki-laki playboy yang katanya Rose bukan Johan yang memutuskan pacar-pacarnya melainkan pacar-pacarnya yang memutuskan Johan.

Siul-siulan menggoda dari kerumunan membuat Gaby semakin bersemangat untuk menonton aksi penembakan Johan kali ini. Bahkan sesekali Gaby ikut berteriak-menyemangati Johan untuk menembak Niana.

Johan maju selangkah mendekati Niana yang tetap terpaku ditempatnya seolah tidak mengerti keadaan seperti apa yang sedang terjadi. Johan maju selangkah lagi dan kini hanya tersisa satu langkah antara dirinya dengan Niana.

"Hai Niana. "

Suara siul-siulan genit kembali terdengar dan Gaby ikut dalam keributan itu.

"Aku tidak ingin bertele-tele lagi tentang persaan suka ku kepada mu. " Johan tersenyum manis yang tidak membuat Niana tersipu atau tersenyum malu. "Aku menyukai Niana. "

Keadaan mendadak hening.

"Niana mau jadi pacarku? " Johan tidak henti-hentinya memutuskan senyum manisnya itu dan tetap tersenyum lebar walaupun perempuan didepannya tidak menunjukkan reaksi apapun.

Entah apa yang membuat Niana tiba-tiba berjalan mendekati Johan dengan pandangan lurus dan kemudian menunduk kepada Johan yang sedang membungkukan badannya ketika Niana memintanya untuk membungkuk.

Gaby tidak habis pikir kenapa Niana harus repot-repot berbisik kepada Johan yang mana seharusnya ia bisa saja bilang didepan umum kalau ia juga suka pada Johan dan menerima pernyataan cintanya.

Niana cukup lama berbisik kepada Johan dan pada detik selanjutnya, Niana berbisik lantang kepada Johan yang nyatanya tidak seperti bisikkan.

"Maaf, tapi aku menyukai Lucas. "

Gaby terdiam. Rose menoleh kearahnya.

Niana segera meninggalkan lapangan itu dan berjalan cepat meninggalkan kerumunan dan Johan yang masih terpaku ditempat. Gadis itu benar-benar berjalan sangat cepat dan bahkan tidak menoleh sama sekali ketika meninggalkan lapangan.
Niana tidak mengetahui kalau tindakan yang ia lakukan tidak menggores perasaan satu orang saja, melainkan banyak orang.

Termasuk Gaby sendiri.

Hatinya serasa mencelos ketika Niana mengatakan kalau ia menyukai Lucas. Tidak ada yang tahu Lucas mana yang dimaksud, sebab ada enam Lucas disekolah mereka.

Tapi Gaby berani bersumpah kalau Lucas yang dimaksud Niana adalah Lucas sahabatnya. Lucas yang sedang mengisi relung hatinya.

***

2018.12.14

❌🚫 DON'T COPY PASTE 🚫❌

Copyright © 2018 // by: yeusynovi // Mengandung hak cipta // Tidak diperkenankan menjiplak, memplagiat atau mengcopy sebagian atau seluruh alur cerita. //

Read my another story 👉👉' Fake Story ' on wattpad :
         
Ferbuari, 2018

"Gue cuma punya waktu yang sangat-sangat sibuk dalam keseharian gue. Jadi biar nggak kelamaan dan ngehabisin waktu berharga gue, lo gue beri waktu 3 detik untuk memberi alasan kenapa lo pingin banget ngobrol sama gue."

"Satu..."

"Dua..."

"Tiga..."

"Waktu lo udah habis. Lo silahkan pergi dari hadapan gue. Sekarang."

Hope you like it ^o^

In My Dream (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang