Epilog.

18 2 0
                                    

Soundtrack: So Long- Apink

-----

Gaby tersenyum lebar, dan semakin lebar saat orang yang ditunggu-tunggunya telah menampakkan diri dibelokan halte. Gaby bangkit,  mengangkat tangan dan melambai riang kearah orang itu.

Dengan semangat membara di hatinya, ia berjalan cepat menghampiri dia yang malah berdiri diam tidak menghampiri. "Kau ini telat dua puluh menit tau. "

"Siapa bilang? Aku kan bilangnya jam delapan lewat tujuh belas menit, kau saja yang datangnya dua puluh menit lebih awal. " protesnya.

Gaby kemudian menjadi sewot. " Namanya takut terlambat. Kamu enak rumahnya dekat, jadinya ngesot aja nyampe. "

"Iya-iya Gabriella Hans, " ia merangkul bahu Gaby. "rumah gue memang terlalu deket, ngesot aja bisa nyampe halte. "

"Jadi kita mau kemana? " Gaby mendongak bertanya pada orang yang disebelahnya itu. Matanya menangkap satu jerawat baru disisi wajahnya yang cerah.

Sepertinya ia harus merekomendasikan produk anti-jerawat padanya.

Ia menggumam. "Hmm, ke bioskop udah boring banget. Ke wahana bermain, lo takut sama ketinggian. Ke timezone, permainannya nggak ada yang istimewa. Ke rumah hantu, gue takut sama hantu. Ke toko sepatu, malah ngabisin banyak duit. Terus kita harus kemana? "

"Gue juga nggak tau mau kemana. Kalo orang-orang Korea pacaran sih kalo nggak di kafe-kafe gitu ya pasti jalan-jalan entah kemana. " jawab Gaby mengingat-ingat artikel roman yang pernah ia baca.

"Jalan-jalan ajalah kalo nggak tau mau kemana. " senyumnya melirik gadis disebelahnya menunggu reaksi dari wajah penuh ekspresi itu.

"Masa cuman jalan-jalan aja. Kalo jalan-jalan biasa kan udah sering kita lakuin dulu, harus bedalah yang dulu sama yang sekarang. " protes Gaby tak berharap kalau kencan pertamanya berjalan tak seindah hayalannya.

"Tapi kan kita memang belom nyiapin planning buat..."

Kemudian dari arah belakang Gaby, ia menoleh dan mendapati sebuah motor besar melaju cepat kearah mereka yang berada di trotoar. Seharusnya tidak boleh kendaraan berada di trotoar, sebab akan mengganggu pejalan kaki..  seperti saat ini.

Ia langsung menarik Gaby cepat kearah rerumputan segar yang baru saja di potong disebelah trotoar. Gaby yang tak siap langsung dihadiahi segores luka beserta darah yang telah mengalir dari dalam sana.

Benar-benar kencan yang memalukan.

Orang yang menarik Gaby tadi juga mendapat memar ringan di sikunya dan mungkin akan berubah menjadi biru. "Kamu nggak papa kan Gab? "

Mungkin ini adalah kencan memalukan didalam hidupnya. Tapi melihat wajah khwatir dan penuh rasa bersalah hinggap disana, mendadak dadanya dipenuhi rasa haru.

Ia menyukai setiap saat dimana orang dihadapannya ini khawatir padanya. Gaby membelai wajah itu dan lantas...

"STOP! " Gaby menoleh ke sumber suara. "Lo buat gue semakin mesum tau nggak Gab?! " Rose menyibak rambutnya kebelakang gerah. "Udahlah Gab, lo berhenti aja. "

Tidak sepatutnya ia berbicara seperti itu kepada Gaby. Gaby telah lama sekali menjadi sahabatnya, mungkin sekitar enam belas tahun? Atau tujuh belas tahun? Tapi yang jelas, orang disebelahnya ini tidak pernah berubah.

"Maksud lo apa suruh gue berhenti Rose? Berhenti dari apaan? " kata Gaby bingung.

Rose memutar bola matanya, tidak mengindahkan ucapan Gaby dan kembali berkutat pada lembar soal dihadapannya yang seperti tidak ada habisnya.

Ia melirik Gaby yang kembali asik mencoret-coret lembar kosong didepannya, mungkin temannya itu tidak menganggap serius soal 'berhenti' itu. Pikirannya tidak bisa fokus pada rumus fisika yang panjangnya minta ampun ini.

"Gue masih berharap Rose... " Rose menoleh kearah Gaby. "kalo yang gue andai-andaikan itu nyata. " Gaby menatap lurus kedepan, menerawang jauh kedepan.

"Gab lo harus berhen-"

"Gue nggak bisa Rose. " perasaannya kembali sesak. "Semuanya udah kekumpul jadi satu. Gue bahkan hampir susah bedain dunia nyata sama dunia andai-andai. "

"Lo bisa, dan lo harus berhenti. " Rose menarik nafas panjang. "Termasuk khayalan lo tentang Lucas. "

Rose kembali melanjutkan. "Tentang lo yang jadi beauty vlogger, gue yang menjunjung jiwa senioritas di sekolah. Atau lo yang bersikap kalau Niana adalah penghambat hubungan lo sama Lucas, gue mau lo berhenti Gab. "

Sudah berulang kali ia mengingatkan Gaby untuk melupakan semua imajinasi yang terus ia bangun hari demi hari. Ia takut kalau Gaby menjadi gila karena imajinasinya yang sudah ia sulit bedakan dengan yang nyata.

Contohnya, Gaby yang berpose didepan cermin sambil memeragakan orang berdandan, dan beberapa kali ia menemukan Gaby yang berbicara sendiri. Bahkan tertawa tak tahu sebabnya.

Pernah sekali ia menemukan sebuah pisau dibawah bantal tidur sahabatnya itu. Ia yakin kalau Gaby pernah menggoreskan beberapa bagian tubuhnya dengan pisau bermata tajam itu.

Dan sejak itu ia terus mengawasi Gaby dengan ekstra. Mamanya adalah dokter bedah terkenal di Australia, dan sedangkan papanya telah pergi meninggalkan keluarganya demi seorang wanita muda berprofesi sebagai penulis koran.

"Gue kemaren bayangin lo saudaraan sama Lucas tau. Lo ternyata deket banget sama Lucas, gue bahkan sampe takut kalo lo suka sama Lucas. Eh, gue malah denger kalo lo saudaraan sama Lucas. " Gaby tersenyum lebar sambil memilin dasinya membentuk lilitan kecil di jemari Gaby.
Gaby kembali membuka mulutnya. "Gue bahkan seneng banget waktu Rose ternyata saudaranya Lucas, yang pasti lo bakal bantuin gue deketin Lucas. "

Rose sudah tak tahan lagi mendengar rentetan kalimat penuh imajinasi dari orang didepannya dengan riang. Ia segera menarik Gaby dalam pelukannya dan mengusap-usap punggung Gaby penuh sayang.

'Tenang Gab. Tenang. Lo bakal sembuh kok. Gue pastiin itu. '

"Rose bakal bantuin Gaby kok untuk dapetin Lucas. " Rose tersenyum lebar yang malah membuat air mata yang sudah tergenang sedari tadi jatuh menimpa pipinya. "Rose juga bakal bantuin Gaby untuk dapetin impian Gaby yang tertunda. "

Dan jawaban dari Gaby seolah semakin menyiksa perasaannya. "Makasih Rose. Rose yang terbaik deh. "

Gadis berambut biru tua itu menarik sahabatnya semakin dalam didalam pelukannya dan mengusap-usap punggungnya. Rose sayang Gaby.

****

END

THANK YOU YANG UDAH MAU NGIKUTIN CERITA INI DARI AWAL SAMPAI AKHIR. ^^

In My Dream (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang