Sebelas.

4 2 0
                                    


Semuanya tetap berjalan seperti biasanya. Sekolah yang dipenuhi anak-anak penggosip dan bahan gosip yang tak ada habisnya dan yang terpenting adalah orang yang digosipi.

Mereka yang bergosip merasa kalau mereka tahu segalanya. Bahkan cerita-cerita yang tidak terjadi sering mereka tambahkan dengan lancar, seakan memang itulah yang terjadi.

Ya kepalsuan. Kepalsuan memang dibutuhkan saat ini. Kepalsuan untuk menghidupi diri sendiri. Karena kalau tidak kamu mati.

Kita juga harus tidak peduli pada orang lain. Karena kalau tidak kamu akan diganggu.

"Kau nggak makan hah?! "

Tangan Gaby berhenti diudara, tepat didepan knop kamar mandi.

"Dasar babi! "

Kemudian terdengar suara tamparan keras dari dalam kamar mandi. Disusul suara tendangan keras yang sangat kentara kalau ia tengah menendang kaki yang dihina itu.

Namun ia tetap bergeming. Ia tetap berdiri didepan pintu dengan tatapan kosong tidak berani menganggu barang hanya pintu saja.

"Lo ngomong apa aja sama dia hah babi?! Katakan babi! "

"Cih. Sudah gendut, jelek, kulitnya kusam. Lo mau produk kecantikan apapun kayaknya nggak bakal ngerubah muka lo yang buruk rupa itu deh. " terdengar suara yang menyahuti ucapan perempuan yang tadi.

"Mati saja kau jelek. "

Cukup sudah. Ia tidak kuat lagi.

Gadis itu memejamkan matanya kuat-kuat dan menghembuskannya kasar. Ia menatap pintu kamar mandi itu sebentar yang selanjutnya ia berbalik dan memilih pergi dari sana.

Mau sepeduli apapun ia pada orang lain, ia tetap tidak boleh melanggar peraturan yang tak tertulis itu. Sebab kalau ia melanggar sama saja ia sedang menyerahkan daging pada binatang buas. Kau akan dimakan!

Ya bilang saja ia takut mati. Tapi ia tidak peduli.

Hidupnya saja sudah berantakan. Dan katanya ia harus peduli pada orang lain?
Apakah itu lawakan?

***

"Nggak masuk tuh si Lucas. "

Gaby mengerjap bingung. "Kenapa? "

Eric menempelkan jari telunjuknya di dagu. "Dia WA gue katanya cuman bilangin ke guru kalau dia acara makanya nggak bisa masuk. "

Saat Eric berjalan pergi masuk ke kelas meninggalkannya, mendadak sekelebat ingatan muncul. Ingatan dimana Lucas pergi meninggalkannya sendirian di taman bermain dan memilih bersama pacar-cinta monyetnya disana.

Ia masih ingat sekali saat itu, saat ia hampir diperkosa oleh om-om berkumis tebal dengan perawakan tinggi yang membuat ia ketakutan setengah mati saat itu.

Dan dibayangannya saat itu adalah Lucas datang menyelematkannya yang kemudian ia akan berlindung dibalik pohon atau di punggung laki-laki itu. Tapi pada kenyataannya Lucas tidak datang. Lucas tidak pernah mencarinya. Lucas selalu meninggalkannya. Lucas selalu melupakannya.

Rasanya seperti seluruh dunianya berpusat pada Lucas. Tapi kenyataannya memang seperti itu.

Tidak ada yang pernah menghargainya seperti Lucas selalu menghargainya selama ini. Rose adalah orang kedua yang bisa menghargainya semenjak ia masuk SMA. Tapi untuk yang lainnya tetap saja tidak ada yang menghargainya.

Sampai seseorang datang.

"Lo ngapain disini? "

Gaby menoleh kearah sumber suara dan lansgung menemukan keto- Dave sedang berdiri tegap dihadapannya. "Oh Hai Dave. "

In My Dream (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang