day 7

814 89 3
                                    

"Kau tidak lupa hari ini hari apa kan?"

"Tenang aku mengingatnya kok."

"Baguslah kalau begitu."

"Ayo berangkat."

"Iya."

Hari ini aku akan pergi ke makam ayahku. Jisung yang mengajak. Aku tidak tau alasannya.

Aku memasuki mobil bersamaan dengan Jisung. Atmosfir kali ini begitu dingin, aku yang malas berbicara dan Jisung yang sedang menyetir.

Aku terus memikirkan nama Jisung dari tadi, entah kenapa. Hingga aku tak sadar bahwa kita sudah sampai.

"Ayo turun."

Aku turun dari mobil dan berjalan ke arah makam ayahku. Ketika sampai di depan batu nisan abu-abu usang, aku meletakkan sebuket bunga matahari di dekat batu nisan.

"Ayah, aku datang. Apa kabar? Wah, sudah lama sekali ya. Sudah berapa tahun ya? Aku tidak ingat. Aku merindukanmu. Ibu juga pasti merindukanmu." tanpa sadar bulir-bulir kristal di pelupuk mataku jatuh.

"Sudahlah jangan menangis, dia sudah tenang disana." Jisung memelukku.

"Ayo berdoa." lanjutnya yang kubalas dengan anggukkan.

Aku mengaitkan jari-jari di kedua tanganku jadi satu. Aku memejamkan mataku rapat-rapat.

Ayah, aku merindukanmu, sangat merindukanmu. Aku bisa menyusulmu tapi kenapa ya aku tidak mau menyusulmu? Apa karena ibu? Sepertinya iya, aku takut dia kesepian. Ayah, seandainya kau masih disini aku dan ibu pasti sangat bahagia. Sudah dulu ya ayah, berbahagialah! Tuhan, tolong temani ayahku ya. Biarkan dia bahagia!

Aku membuka mataku. Jisung sudah selesai berdoa, dia menatap sendu makam ayah.

Paman, terima kasih banyak karena telah menyelamatkanku hari itu. Terima kasih banyak paman, berbahagialah disana! Jisung membatin

"Ayo pulang, aku akan memberimu penjelasan."

"Hm."

➖➖➖➖➖

"Katakan sekarang." Jisung menghela nafasnya berat.

"Aku minta maaf."

Aku mengernyit tak mengerti.

"Untuk apa?"

"Anak kecil yang kau temui dulu, itu aku. Aku anak kecil yang membuat ayahmu meninggal." jantungku berdesir, hatiku teriris, aku mulai berkaca-kaca.

"Maafkan aku." lanjutnya.

"Maaf tidak akan mengubah kenyataan bahwa ayahku sudah meninggal! Kau merenggut nyawa ayahku! Seandainya kau tidak menyeberang jalan hari itu, seandainya kita tidak bertemu hari itu, seandainya kita tidak pernah bertemu, mungkin ayahku masih hidup bajingan!" bentakku keras.

Jisung menunduk. Ia merasa bersalah.

"Aku minta maaf."

"Pergi, aku tidak menerimamu lagi."

"Maafkan aku."

"PERGI BAJINGAN!" jisung nampak tersentak. Ia segera mengambil kunci mobilnya.

"Aku mencintaimu, kau perlu tau itu." katanya lalu meninggalkanku.

Aku menangis keras. Semua yang ada di pikiranku berkecamuk hari ini. Ku arahkan jemariku ke benda pipih berbentuk persegi panjang di sampingku.

"Halo?"

"Aku sudah bertemu dengan si pembunuh."

"Hah? Benarkah?"

"Park Jisung."

"What?! Tunggu aku! Aku kesana secepatnya. Aku matikan ya."

Pip...

Prang!

Aku memecahkan sebuah gelas yang ada di meja. Kuambil pecahannya dan ku arahkan ke tanganku.

Aku melepaskan kaca yang ku genggam. Aku memegangi dadaku yang terasa sakit untuk bernafas.

"Tan!" michelle menghampiriku.

Kepalaku berdenyut nyeri.

"Arghhhhh!" michelle terlihat super panik.

Ia segera mengambil obat dan air minum.

Ia membantuku minum obat. Setelah itu yang kulihat hanyalah gelap gulita.








TBC

Hi, double update. Keliatannya bakal triple update sih. Lagi happy aja. Hehe.

I'll happy if you voment guys.

Thanks❤️

memory | jisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang