epilog

1.4K 92 3
                                    

"Nyonya, jangan masuk sana. Nyonya sudah membuat janji?" kata seseorang ketika aku akan membuka pintu ruangan 'itu'.

Aku membalas perkataannya dengan senyum dan melanjutkan kegiatanku yaitu masuk ke ruangan tersebut.

Aku masuk dan menutup pintunya rapat-rapat, hal kedua yang kulakukan adalah menutup semua tirai.

"Sekretarismu cerewet. Cari saja sekretaris laki-laki." aku merebahkan diriku di sofa.

"Kau cemburu?" dia melepaskan pandangannya dari berkas-berkas yang dia pegang dan menatapku.

Aku memandangnya lekat-lekat.

"Dengar ya PARK JISUNG, cemburu itu hanya untuk orang tidak mampu. Aku mampu kok, nyatanya aku sudah menjadi tunanganmu."

"Haha iya, ayo berangkat."

"Aku baru saja duduk bodoh!"

Tanpa menjawab dia menggendongku ala bridal style. Aku memukuli bahunya keras-keras. Dan dia malah memeletkan lidahnya tanda tak peduli.

Di sepanjang perjalanan aku diberi tatapan sinis oleh karyawan disini? Mungkin karena aku adalah tunangan orang gila ini? Mereka harus tau betapa tidak enaknya menjadi tunangan orang gila yang satu ini.

➖➖➖➖➖

"Selamat untuk pernikahanmu nona Choi, ah tidak sekarang sudah berubah menjadi nona Lee." aku menyalami sahabatku yang satu ini lalu mencubit pipinya keras-keras.

"Hei, sakit tau!"

"Salahkan dirimu yang tambah imut ini. Hehe." aku mengukir senyuman bahagia.

"Hei tuan Lee! Kau harus menjaga sahabatku yang satu ini baik-baik ya!" aku menjewer telinga si bule kanada tadi.

"Iya iya. Hei sung, tunanganmu ini galak juga ya." Mark nampak kesakitan sedangkan Jisung hanya mengendikkan bahunya.

"Tan." kata Michelle lirih.

"Hm?" aku bergumam

"Sini." aku berjalan mendekatinya lagi dan dia memelukku.

Aku tidak dapat melihat wajahnya tapi aku dapat merasakan dia menahan tangisnya.

"Jangan menangis! Tarik nafas dalam-dalam lalu hembuskan pelan. Jangan menangis oke? Kita kan masih satu negara. Aku tidak akan pergi lagi. Aku akan sering mengunjungimu, oke?"

"Hm. Kau harus berjanji." suaranya berubah menjadi serak.

"Aku pulang ya."

"Hm."

Aku melepas pelukan kita lalu berjalan sambil menggandeng lengan Jisung erat. Yang terpikir di benakku saat ini adalah aku jadi tidak punya teman. Michelle sudah menikah jadi pastinya ia akan menjadi lebih sibuk mengurus rumah tangganya.

"Turun, nona Kim. Kita sudah sampai." Jisung melepas seatbeltnya sama sepertiku.

"Ini dimana? Ini bukan apartemenku."

"Kau tidak bisa lihat? Ini di pantai nona Kim." dia berdecak kesal.

"Aku tidak membawa pakaian renang." kataku tanpa menatapnya.

"Tidak usah, hanya sebentar kok disini." Jisung segera melepas jasnya hingga tersisa kemeja dan celananya saja.

"Ayo." dia mengulurkan tangannya kepadaku.

Kusambut uluran tangannya dengan baik. Aku menggandeng tangannya erat.

Sinar matahari yang mulai redup saat ini menambah kesan romantis di mataku.

"Aku mencintaimu." katanya tiba-tiba.

"Kau sudah mengatakan itu ratusan kali tuan." aku memutar bola mataku malas.

"Hehe."

Detik selanjutnya yang kurasakan adalah sesuatu yang kenyal menempel di bibirku. Aku menutup mataku, ikut terbuai ciumannya. Dan hari itu tercatat dalam sejarah hidupku, ciuman manis kita dengan senja sebagai saksi bisunya.

Terima kasih untuk senja karena sudah menjadi pelengkap hari kami.















Epilog END

Yeay, cerita ini officially end. Hari ini aku sengaja update karena aku lagi bahagia banget aku menang 2 perlombaan sekaligus. Makasih buat yang udah dukung aku.

Sekali lagi makasih banyak.

Byeeeee, see you in the other story😘❤️

memory | jisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang