"Shh, kau tidak apa-apa oke? Dia tidak membencimu."
"Dia membenciku! Dia tidak ingin aku ada." aku menangis lebih keras lagi.
"I'm here, it's okay. Everything's fine."
"Ha-halo." seorang anak kecil menyapa anak perempuan didepannya.
"Tidak usah malu! Oh ya namaku Michelle Choi. Mulai sekarang kita berteman oke?"
"Iya."
Pelukannya masih sama. Ia tidak berubah. Masih Michelle yang dulu, yang merupakan sahabatku. Yang menemani hidupku. Yang menjadi segalanya setelah Tuhan.
Aku beruntung, sangat beruntung. Mendapatkan sahabat seperti Michelle.
Dia tidak fake. Tetap mau membantuku dan tetap berada di sisiku.
Mungkin Tuhan masih menyayangiku.
"Kau akan berangkat sekolah besok?"
"Iya. Aku hanya perlu meminum obat sialan itu kan?"
"Hm. Ayo tidur." michelle berdiri, aku menahannya dengan cara menarik pergelangan tangannya. Ia nampak terlonjak kaget.
"Tidur disini. Jangan pergi."
"Aku tidak boleh mencuci gelasmu?"
"Tidak usah, besok saja."
"Ayo tidur."
Ayo kita buat kenangan sebelum aku pergi. Kenangan terakhir, karena mungkin besok aku akan pergi jauh untuk selamanya.
Michelle membaringkan tubuhnya di sampingku.
"Aku merindukan masa-masa saat aku dititipkan di rumahmu. Kau frustasi karena aku tak mau kau ajak bermain."
"Haha, ya. Aku masih mengingat masa kecil kita."
"Aku merindukan itu." kataku pelan sementara Michelle sudah tertidur sepertinya.
Aku menitikkan air mata. Aku benar-benar tak tega meninggalkannya. Dia selalu sendirian, orang tuanya sibuk. Sedangkan dia itu anak tunggal.
Thank you so much, just let me go. You'll okay.
➖➖➖➖➖
Aku menyusuri lorong sekolah dengan tenang bersama Michelle. Well, tidak sepenuhnya tenang sih.
Michelle memasuki kelas dengan wajah tersenyum. Begitu juga denganku.
Senyumku pudar ketika melihat wajah seorang pembunuh. Aku mencoba bernafas normal. Aku mencoba tidak emosi. Aku kembali tersenyum menutupi amarahku.
Aku duduk di sebelah Michelle dengan keadaan tenang. Untuk mengawali hari, aku tersenyum lebar kepadanya.
"Thank you." kataku sambil menatapanya.
"For what?"
"Everything."
"You're welcome." dia membalas senyumanku dengan senyumannya yang manis.
➖➖➖➖➖
Aku menyusuri tangga yang mengarahkan jalanku ke arah rooftop. Kakiku terus melanglah. Sepanjang perjalanan aku menghela nafas terus menerus. Pikiranku terus bergelut antara menyetujui dan menolak apa yang akan aku lakukan.
Cairan bening terus keluar dari pelupuk mataku. Aku sudah sampai di rooftop. Aku berdiri di pinggir atap. Maju sedikit saja aku bisa mati. Ketika akan menjatuhkan diriku.
Seseorang membuka pintu rooftop tergesa-gesa.
"NO! Don't do that." michelle nampak berkaca-kaca.
"Aku bisa menyusul ayahku setidaknya."
"Kau masih punya ibumu Tan, kau masih punya kakakmu dan aku. Everything is fine, ok?"
"Nothing fine! Mom hates me!"
"No, she doesn't. It's okay. I'm here. You're fine." dia mencoba mendekatiku dan menenangkanku.
"Aku tidak baik-baik saja!" bentakku keras.
"Tenang. Aku disini oke? Sekarang kemari, kau baik-baik saja."
Aku berjalan ke arah Michelle dan memeluknya. Aku menangis keras.
Dia memang benar-benar sahabatku.
TBC
Hi, gimana ini cerita? I'll happy if you voment guys.
Thanks❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
memory | jisung
Fanfiction❝mengantarkanmu kembali ke masa lalu❞ ft. jisung nct first book.