no

883 89 0
                                    

Aku pulang dengan keadaan lebih tenang.

Aku memutar knop pintu. Sejenak aku berkedip dan mendapati seseorang tergantung. Seorang wanita.

Ibuku.

Aku menangis keras. Seketika tubuhku lemas. Aku tejatuh. Tepat saat itu dering ponselku berbunyi. Jisung meneleponku

"Halo. Bisa--"

"Kesini sekarang!" suaraku serak dan tersendat-sendat.

"Ada apa?"

"Cepat kesini!"

Tidak lama Jisung datang. Dia nampak sama terkejutnya denganku. Aku masih menangis. Dia segera menelpon ambulan.

Setelahnya dia memelukku dan menghalangi tubuhku untuk melihat mayat ibuku yang tergantung.

"Jisung, bagaimana ini?"

"Shh, tidak apa-apa. Kau baik-baik saja. Tarik nafas dalam-dalam."

Tak lama ambulan datang. Mereka segera menolong ibuku, lebih tepatnya mayat ibuku. Aku menangis keras.

Sudah 2 jam lebih aku menangis. Selama 2 jam itu aku diinvestigasi oleh beberapa petugas polisi.

Setelah merasa tenang aku duduk termenung di kamarku. Ditemani Jisung yang sekarang sedang menelpon Michelle.

Mataku memindai seluruh kamar ini. Hingga akhirnya pandanganku jatuh pada beberapa kotak yang sudah dibungkus pita dan ditempeli sticky notes.

Aku meraih salah satu kotaknya. Kubaca isi sticky notesnya.

Happy birthday sweety, this for your 7th birthday. I'm sorry i'm really late. Ibu mencintaimu!

Kubuka isi kotak tersebut dan isinya adalah foto terpigura aku bersama ayah dan ibu.

Kubuka kotak-kotak yang lain. Kotak-kotak itu berisi hadiah ulang tahunku dari ibu. Ada 11 kotak. Berisi hadiah ulang tahunku dari aku berumur 7 tahun dan 17 tahun. Aku kembali menangis.

Aku membaca sticky notes ke 11 saat ini.

Ibu minta maaf, ibu merasa sangat bersalah. Seharusnya ibu tidak menyalahkanmu. Ibu punya satu keinginan, agar tidak mengingat ibu, pindahlah ke AS. Hanya beberapa tahun, untuk menenangkanmu. Happy Sweet Seventeen Mom's Sun.

Salam terakhir dari wanita yang melahirkanmu.

Aku membuka isi kotak ke 11, isinya adalah setangkai bunga matahari dan 2 pasang cincin yang tidak lain adalah cincin pernikahan ayah dan ibu.

Aku kembali menangis keras. Jisung menghampiriku dan menenangkanku.

"Michelle turut berduka, ia tidak bisa datang hari ini karena ada acara keluarga yang sangat penting. Dia akan datang besok saat pemakaman." aku tidak menjawab dan terus lanjut menangis.

"Berhenti menangis. Kemasi barangmu. Kau menginap saja di rumahku hari ini." aku mengangguk sebagai tanda jawaban.

➖➖➖➖➖

"Kak Chae! Aku datang!"

Aku melihat seorang wanita berumur 20 tahunan menghampiriku. Ia tersenyum manis.

"Tan ya? Kenalin aku Park Chaeyoung. Kakak keduanya Jisung. Aku kenal sama kakak kamu kok. Jensoo twins." aku mengangguk paham.

"Kak Chae, kalian tidur berdua untuk beberapa hari ini ya." kak Chae mengangguk lalu membawaku pergi ke kamarnya.

"Kak Chae?" tanyaku ketika sampai di kamar.

"Hm?"

"Kak Chae mirip ibuku, aku boleh peluk?"

"Haha, boleh, sini." kak Chae memelukku.

Aku menangis. Kak Chae sungguh mirip ibu. Rambutnya, hidung, dan matanya sangat mirip dengan ibu.

"Shh, sudahlah, ibumu pasti bahagia disana."














TBC

Hi, rencanaku hari ini triple update. Udah tinggal beberapa chapter lagi terus end. Btw, aku minta maaf kalo chapternya pendek-pendek, maklum, aku ga pinter ngasih detail.

I'll happy if you voment guys!

And,



Cek workku ya teman-teman

Yang ini juga

Thanks❤️

memory | jisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang