Mamak kurang ngingetin gimana lagi sih—dari kemarin kan udah disuruh pake pengaman. Sekarang udah kejadiannya begini kamu mau gimana, Ananda?
===========
"Raden, anak cakepnya Encing Beki mau makan apa sayang buat siang ini?"
Wonwoo menggelengkan kepala, meringis kesakitan di area perut yang sejak pagi tadi terasa melilit. Derita dari seminggu lalu masih belum sembuh juga, bahkan makin parah setiap harinya karena selain hilang nafsu makan, tubuhnya pun lemas perlahan.
Mingyu selalu mengingatkan Wonwoo untuk pergi ke dokter, tapi cowok manis itu tak sempat pergi dikarenakan jadwal mengajar yang cukup padat. Alhasil hari ini adalah puncaknya, sampai Wonwoo tak sanggup naik tangga untuk tidur di kamar dan hanya rebahan saja di sofa lantai dasar.
"Kalo gak diisi nanti lemes sayang, Encing kan diamanatin buat jagain kamu sama Mingyu dan Mbak Yuli. Jadi, mau ya? Encing bikinin salad buah aja gimana?"
"Tapi pengin ada nanasnya."
"Nanas?" Encing Beki panik. "Kayaknya di kulkas gak ada nanas deh, kalo diganti sama buah lain gimana?"
Wonwoo berpikir di sela-sela rasa sakitnya. "Gak usah deh, Encing. Perut Raden lagi gak enak buat makan apa-apa, nanti makan biskuit aja."
"Beberapa suap nasi ya? Encing tadi bikin sop ayam."
Tapi Wonwoo masih kekeuh menggelengkan kepala, mengingat bentuk nasi di benaknya yang ada gejolak mual kembali hadir dan menyapa. Sebenarnya dia makan apa sih beberapa minggu sebelumnya? Kok maag bisa sedrama ini sakitnya?
Setiap diajak ke dokter pun selalu ada saja alasannya, dia bilang takut jarum suntik lah, gak tahan aroma obat-obatan lah, sampe akhirnya rasa sakit ditanggung sendiri. Wonwoo meyakinkan diri bahwa semua yang dirasakan saat ini akan hilang setelah beristirahat.
"Haloooo Encing Beki, aku pulang~"
Encing Beki yang masih khawatir dengan Wonwoo, bangkit dan tersenyum pada Seungkwan. Sudah sejak tahun lalu, tepatnya bulan Desember kemarin dia menjadi bagian dari Griya GSM.
Yakni menjadi penghuni kamar bekas Uji di lantai dua karena si pemilik sebelumnya mendapat pekerjaan di daerah Jakarta Barat. Sehingga memutuskan untuk pindah, atau lebih tepatnya pulang pergi bersama calon suami yang beberapa bulan lagi akan menggelar pernikahan.
Sementara Seungkwan yang rumahnya di Bintaro, persis tetangga Wonwoo memilih ngekost saja di semester tua. Tapi sebenarnya karena Papa Taec yang ada dinas di Sumatera. Maka, daripada kesepian mending dia menemani Wonwoo di Griya GSM saja.
Orang banyak fulusnya mah bebas!
"Kak Won kenapa? Kok tumbenan tidur di sini?"
"Pusing gue, sakit perut."
Encing Beki meringis. "Kamu makan gih, ajak Raden juga. Dari tadi Encing ajakin gak mau."
"Oh my god Jasmine! Jangan gitu Kak Won, lo kalo mau diet jangan begini caranya, gak sehat. Tuh kan wajah lo pucet banget. Ke dokter yuk, eh tapi makan dulu. Gue hubungi bebeb Vernonie."
"Gak usah," Wonwoo mencicit pelan. "Dibawa tidur juga mendingan, nanti kalo dah sembuh gue balik ke kamar."
"Hih, batu banget deh Kak Won. Nanti pacar kakak yang bucin itu ngamuk begimana?"
"Udah sih, gak papa. Gue mau tidur lagi, jadi jangan berisik!"
Mendengar penuturan Wonwoo yang lemah dan keras kepala, Seungkwan dan Encing Beki hanya berpandangan cukup lama. Gak bisa apa-apa, selain melihat wajah pucat Wonwoo yang dipaksa terlelap di sofa sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia
Fanfiction[𝙊𝙣 𝙂𝙤𝙞𝙣𝙜] #𝐒𝐞𝐪𝐮𝐞𝐥 𝐨𝐟 𝐒𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐞𝐫 𝟖 𝘘𝘶𝘦𝘳𝘦𝘯𝘤𝘪𝘢 (𝘯.) 𝘢 𝘱𝘭𝘢𝘤𝘦 𝘧𝘳𝘰𝘮 𝘸𝘩𝘪𝘤𝘩 𝘰𝘯𝘦𝘴 𝘴𝘵𝘳𝘦𝘯𝘨𝘵𝘩 𝘪𝘴 𝘥𝘳𝘢𝘸𝘯, 𝘸𝘩𝘦𝘳𝘦 𝘰𝘯𝘦 𝘧𝘦𝘦𝘭𝘴 𝘢𝘵 𝘩𝘰𝘮𝘦; 𝘵𝘩𝘦 𝘱𝘭𝘢𝘤𝘦 𝘸𝘩𝘦𝘳𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘢𝘳𝘦 𝘺�...