Amplop Pink

365 82 53
                                    

Di taman sekolah yang sejuk dan indah, Rigel dan Lucas terlihat terdiam, memandang lurus kedepan. Tanpa ada satupun yang mau memulai percakapan.

"Kenapa?" tanya perempuan yang tengah terduduk manis dibawah rindangnya pohon.

"Ini," sebuah amplop berwarna pink yang diberikan kepada Rigel membuatnya tertegun.

Maksudnya apani? Hati Rigel.

Rigel memandangi Amplop itu, perasaannya sedikit menggila. Baper mungkin.

"Owh ya, udah lama semenjak kenaikan kelas, kita jadi jarang ketemu," Lucas membuka suara, ia memandang dedaunan yang tumbuh disekitar mereka.

"I-iya," lagi Rigel salah tingkah membalasnya.

"Hm, gimana kabar lo?" tanya Rigel.

"Baik, lo?"

"Baik juga."

Hening.

Mereka saling diam. Bingung mencari topik berikutnya. Rigel memandang lawan arah dari wajah Lucas, namun cowok itu tak henti hentinya melihat helaian rambut pirang milik Rigel.

Sampai tak sengaja mata mereka bertemu, membuat meraka saling salah tingkah. "Kenapa", mungkin kata itu yang ingin Rigel katakan namun sayang ia urungkan.

Mata keduanya terus terpaku di satu titik, membuat tatapan dikeduanya semakin dalam. Sampai sebuah suara menyadarkan mereka,

"Ehem!"

Lucas dan Rigel menengok ke sumber suara, ternyata sudah ada sosok manusia disamping mereka.

"Damar!" pekik Rigel, ia terlonjak dari tempatnya memukul bahu Damar. Tatapan Rigel sangat tajam kearah Damar membuat sang empu terkekeh pelan.

"Sakit!" Damar mengelus elus bahunya, sambil tertawa jail kearah mereka berdua.

"Ngapain?" tanya Lucas.

"Apanya?" balas Damar.

"Ngapain disini?" lagi tegas Lucas mungkin nadanya sedikit meninggi.

Rigel menelan salivanya yang mulai mengering. Melihat tatapan Lucas yang sudah kembali sedingin Es.

"Gue yang harusnya nanya, lu berdua ngapain disini?" balas Damar, ia tidak mau kalah meninggikan suara. Walaupun terkesan santai.

"Ih lu ngapain sih Mar! Ganggu aja!" Rigel terpaksa memukul lagi bahu Damar, canggung menatap Lucas, itu yang Rigel rasakan.

"Atiati lho! Kalo berduaan, yang ketiganya Setan!" kekeh Damar menjauh sambil berlari kecil, meneriaki kalimat tadi membuat beberapa orang menatap Lucas dan Rigel.

"Lu Setannya!!" timpal Lucas.

"Maaf ya, Damar emang suka gitu." Rigel tidak kembali duduk, ia tetap berdiri. Pandangannya lurus ke mata Lucas.

"yaudah dikit lagi mau bel, gue duluan ya," sambungnya. Tanpa menunggu jawaban, Rigel mulai menjauh sambil terus memegangi amplop pink itu. Mukanya sempat merona beberapa waktu lalu dan sekarang terjadi lagi saat ia mengingat bagaimana Lucas memberikan Amplop Pink itu dengan senyuman yang sulit diartikan.

Tubuh Rigel menjauh, langkahnya ceria membuat helaian rambutnya terkibas ke kanan dan kiri.

Namun disisi lain Lucas yang tengah tersenyum tipis ke arah Rigel, mulai berjalan menyusul.

"Ganggu?" ulang Lucas pelan. Membuat dirinya tersenyum sambil menatap tubuh ramping Rigel dari belakang.

Lalu ia langkahkan kaki menuju tempat disamping Rigel sambil tersenyum dan berjalan bersama menuju kelas.

<>

Sudah masuk jam terakhir, semua murid bahkan sudah mulai bersiap untuk pulang, padahal mereka harus belajar 1 jam lagi.

"Itu apa?," tanya Raisya menunjuk kearah amplop pink yang dari tadi Rigel pegang.

"Bukan apa apa," balas Rigel sambil tersenyum.

Sepulang sekolah Rigel berencana langsung pulang karena tidak sabar ingin membuka amplop yang diberikan Lucas beberapa jam lalu.

Namun lamunannnya tentang isi amplop itu harus berhenti sejenak karena guru pelajaran terakhir sudah tiba sekitar 5 menit yang lalu.

Pak Ridwan namanya, guru matematika paling ganteng di Sma Saga, paling Muda, paling cocok kalo di comblangin sama cewek genit disekolah ini.

"Baiklah anak anak, saya akan melanjutkan materi kita. Tapi sebelum itu saya ingin kalian mengumpulkan semua tugas yang saya berikan."

Seketika kelas riuh, hanya tinggal Rigel yang bengong menatap tasnya.

Duh ketinggalan lagi! Batin Rigel. Ia mengusik semua buku bukunya, mungkin tugas itu terselip di salah satu buku pikirnya.

Namun apa daya, ketika semua orang tengah berdiri mengantri menyerahkan tugas, tinggal Rigel yang masih terduduk memegangi tas nya.

"Kamu yang masih duduk, kenapa gak ikutan ngantri?" Tanya pak Ridwan membuat seisi kelas berbalik menatap Rigel yang sekarang bingung harus berbuat apa.

"Ma-af pak, bukunya keting-,"

"Kamu kesini!," sentak pak Ridwan membuat seisi ruangan menelan saliva mereka masing masing terutama Rigel. Bahkan keringatnya mulai terlihat disekitar dpelipisnya.

Rigel berjalan pelan menghadapi Pak Ridwan yang kini menatapnnya dingin.

Mmpus dah ini gue! Lagi Rigel mulai menyesali perbuatannya karena caeroboh.

"Kenapa bisa ketinggalan?!"

"Anu pak anu..hm-"

"Saya tanya kamu pakai bahasa indonesia, jawab pakai bahasa yang sama!" lagi dan sekarang tubuh Rigel mulai bergetar, jantungnya memompa dua kali lebih cepat. Seakan ingin meledak.

"Maaf pak, saya ceroboh. Saya lupa memasukan tugas bapak karena saya harus--"

"Baiklah kamu duduk," seketika semua orang tak percaya mendengar kalimat pendek tadi. Pak Ridwan yang dikenal tampan dan rupawan juga memiliki sikap tegas yang mampu membuat semua orang tak bisa berkutik.

"Pak, saya minta maaf karena ceroboh dan menyepelekan tugas bapak. Kalo bapak mau hukum saya, saya siap menerima," lanjut Rigel, tubuhnya bergetar hebat. Tidak menghiraukan perintah duduk, ia malah terus terusan meminta maaf akibat kecerobohannya.

"Baiklah, kamu berdiri dilapangan sampai bel pulang sekolah berbunyi, setelah itu kamu boleh pulang," jawab Pak Ridwan datar. Lalu ia langsung memparaf semua tugas tugas yang dikumpulkan.

Mau tak mau Rigel segera keluar kelas, menuju lantai 1 dan berdiri dibawah tiang bendera.

jam tangan Rigel menunjukan pukul 14.09. Harusnya tak sepanas ini, mungkin sudah takdir Rigel dijemur disaat matahari mulai menurun.

10 menit berlalu, setetes keringat mulai jatuh menyisakan bekas di tanah. Rigel mulai mendesah pelan, menyesal karena sudah meminta dirinya dihukum padahal sudah disuruh duduk tadi.

Matanya mulai menyipit menatap langit. Tubuhnya semakin basah akibat teriknya matahari, pikirannya sudah dibawah sadar sampai sebuah tangan menariknya keluar,

"Ahhh!"

~~~~

gimana? Jagan lupa ya Votmen cerita Rigel untuk selanjutnya. Owh ya, aku mau saran dan kritikan kalian juga yaa!! Jangan lupa Komen dibawah!!!

See you!!

  

RIGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang