Di dalam kantin yang cukup padat. Raisya, Rigel, Arlan, Bimo, dan juga Saras sedang berkumpul untuk sekedar mengisi perut hingga siang nanti. Mereka satu kelas dan cukup dekat jika sudah bersama. Semua orang kecuali Rigel sedang bersenda gurau mendengar lelucon yang di buat Bimo.
Rigel tertawa kecil melihat tingkah konyol temannya itu. Namun dari senyum manisnya tidak bisa menutupi rasa lelah di wajahnya.
"Gue sih gini aja udah bahagia. Walaupun gak seputih dan setinggi Rigel, gue gini aja udah cukup kok banyak yang naksir," celoteh Bimo, dan semuanya tertawa terbahak bahak mendengar itu.
"Astaga Bim, ngaca kali!" Balas Saras yang sudah tak tahan lagi menahan tawa.
"Bimo keren kok," balas Rigel tiba tiba. Yang lain hanya melirik dan menyamakan ucapan Rigel dengan fakta di depannya. Namun nihil, tidak ada aurah keren sama sekali dari Bimo.
Raisya yang sudah sangat sakit menahan perutnya akibat banyak tertawa, terbangun untuk membayar makanan mereka.
"Muka lu napa Gel? Capek banget kayaknya," ucap Arlan.
"Iya senyum lu kelihatan palsu banget," lanjut Saras.
"Kurang tidur lu? Kok tetep cantik ya?" Sosor Bimo.
"Mulut lu manis banget ya Bim!" Saras menyumpal satu buah jeruk di mulut Bimo. Ia hampir tidak bisa napas akibat ulah Saras disampingnya.
Rigel tersenyum lembut, mau bilang apa, sudah 2 hari ia hanya makan satu kali. Semua tugas dari Pak Ridwan, Bu martin, dan Bu Novi sangat banyak menumpuk. Ia sedang sibuk sibuknya melakukan pemotretan dan syuting iklan yang sempat ia terima. Belum lagi ia selalu kepikiran tentang sikap Damar kepada Lucas kemarin.
Sebenarnya jika boleh bilang, Rigel sangat lelah, namun entah ia tidak bisa merasa lelah segampang itu. Ia merasa kalau apa yang ia lakukan memang harus di lakukan.
Setelah beberapa menit Raisya kembali, mereka berlima langsung menuju kelas karena bel jam ke 5 akan segera berbunyi.
<>
Pulang sekolah, tidak sengaja Damar melihat Rigel dan Raisya dalam satu mobil. Tidak tahu apa yang mereka lakukan, namun Damar menebak, mereka akan pergi ke suatu tempat.
Damar yang sangat penasaran ingin mengikuti mobil Raisya dan hampir saja masuk ke dalam mobilnya, sebelum sebuah jitakan mendarat di atas kepala.
"Sakit!" Usik Damar.
Dita marah. Bukan tanpa sebab ia marah. Jelas sekali, Damar sudah berjanji pada Dita akan menuruti rencananya jika ingin dibantu, namun sekarang, ia selalu bersikap seenaknya.
"Gue cariin disini ternyata! Mau lu apa sih, kemarin bilang mau temenin gue!" Bentak Dita kesal.
"Iyaiya! Berisik!" Kibas Damar.
<>
Taman amat rindang muncul di depan mata Raisya dan Rigel. Mereka sampai tidak lama setelah melalui macetnya ibukota.
"Mau ngapain sih Gel?" Tanya Raisya penasaran.
Raisya terpaku, ia rasa matanya sudah tidak waras. Atau mungkin Rigel yang tidak waras membawanya ke pemakaman.
Mereka berjalan beriringan, sampai menemukan sebuah nisan yang masih terlihat bersih.
Raisya sangat polos, Rigel hanya diam. Mereka sangat hening semenjak memasuki pemakaman tersebut.
"Namanya Rena. Udah 3 tahun semenjak kematiannya. Tapi baru sekarang gue bisa dateng dan bawa lu kesini," Rigel menyirami makam tersebut dengan air.
"Dia temen lu?" Tanya Raisya. Namun sepertinya nama Rena tidak asing ditelinga Raisya.
"Hm."
"3 tahun lalu, tepatnya di bandara. Gue dan Rena pertama kali ketemu dan jadi teman dekat semenjak hari itu. 3 bulan tinggal di Indonesia cuman Rena yang selalu ada di deket gue," Rigel menghelus nisan itu lembut, tatapan nya begitu dalam mengingat masa lalu mereka.
"Sampai satu hari dimana gue gak bisa melihat Rena untuk yang terakhir kalinya,"
"Nat janji ya minggu besok harus dateng! Gue mau kenalin lu sama pacar dan sahabat gue!" Ucap seorang gadis berambut sebahu itu.
"Pasti," balas Rigel di depannya.
Dua gadis itu berpelukan untuk perpisahan selama satu minggu sebelum perayaan ulang tahun dirumah gadis bernama Rena.
"Baik baik disana ya, cepet balik kesini, nanti gue bakal ceritain banyak tentang cinta pertama gue ke lo, kayak janji gue waktu itu," Rena menggenggam erat tangan Rigel.
"Janji," balas Rigel.
"Bye Tasya! See you soon!" Lambaian tangan itu terlihat menyakitkan di mata Rigel. Rigel tidak sama sekali ingin pulang ke kampungnya, dan meninggalkan Rena walau hanya sepekan.
"Bye Natasya!!!"
Teriakan tersebut seolah-olah ucapan perpisahan sungguhan ketika Rigel mencoba mengingatnya lagi. Tidak terasa setelah perpisahan bandara itu, mereka harus terpisah untuk selama lamanya.
Rigel harus menerima kenyataan pahit saat ia kembali ke Indonesia untuk datang ke acara ulang tahun Rena yang ke-16. Namun naas, saat Rigel sedang memakai gaun putih yang diberikan Rena waktu itu, semua orang di depannya tengah memakai baju hitam polos dengan raut wajah menyedihkan.
Benar benar polos hingga Rigel tidak pernah membayangkan apa yang sedang terjadi di depannya. Hatinya perih ketika melihat foto Rena sudah terpajang rapih di atas bupet berwarna putih. Renda bunga yang mengalungi bingkai tersebut, lilin dan juga orang orang disekitar yang tengah berduka membuat Rigel tidak bisa bernafas untuk sepersekian detik.
Masih tidak percaya dengan apa yang terjadi, Rigel dihampiri oleh seorang wanita. Matanya sudah bengkak, pipinya basah oleh air mata, dan senyumnya yang sangat dalam. Monica, ibunda Rena datang dengan keadaan kacau.
"Sayang."
Rigel tidak mengubris, ia bahkan tidak mampu menangis karena air matanya terlalu sulit untuk di keluarkan. Matanya memerah tanpa setetes air pun terlihat disana. Hatinya benar benar sakit menerima kenyataan pahit saat ia baru saja tiba di negera orang.
Monica mengusap lembut surai Rigel, ia tersenyum seadanya sambil berkata,
"Rena nitipin ini buat kamu sayang," sebuah buku kecil diberikan tepat ditangan Rigel.
Rasanya seperti melihat pesan terakhir. Rigel tak kuasa menahan tangis melihat itu, hingga ia menyadari bahwa tidak ada lagi orang yang dapat ia percaya setelah Rena pergi begitu saja.
~~~~Hai Semua!! Apa kabar?
Aku udah Update Rigel, jangan lupa Votmen ya!! Kalau bisa aku pengen nih dapet kritik dan juga saran kalian, karena pasti berarti banget buat aku. Komen dibawah ya!!
Terimakasih!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGEL
Teen Fiction[Sinopsis Baru] Gadis blasteran yang sangat Moody, kini tumbuh menjadi remaja yang sangat dicintai dikalangan Fashion wanita. Rigel bukan gadis yang kalian pikirkan, bukan gadis yang selalu memuja muja idolanya. Ia cukup mandiri untuk usianya yang...