Senin

98 14 2
                                    

"Hai Gel!"

"Hai."

"Tumben lo di luar gini, biasanya pantat lo betah banget di kursi."

"Panas udaranya."

"Waelah, segitunya. Oh ya lo udah tahu kan jadi apa di pensi nanti?"

"Hm. Sya, gue--" Raisya menyeka omongan Rigel. Ia menggenggam erat tangan temannya dan tersenyum penuh kepercayaan.

"Percaya sama gue. Lo bisa!" Rigel hanya tersenyum mendengar kata kata itu. Ia tahu masih banyak yang harus ia lakukan diusianya.

"Ok." Angguk Rigel percaya.

"Hei guys!"

"Saras! Gila baru balik lo?" Teriak Raisya dan mereka langsung berpelukan.

"Welcome back," sambut Rigel.

"Yoi. Capek banget nemenin nyokap. Pusing pala gue," jawab Saras sambil mengekspresikan dengan wajahnya.

"Lo mending Ras. Lah gue, bokap bolak balik negeri orang. Boro boro diajak, tiap minta oleh oleh aja kadang suka kelupaan," cocor Raisya.

Saras dan Rigel hanya tertawa kasihan melihat Raisya. Lalu mereka segera mencari kursi duduk disepanjang koridor.

"By the way! Gue punya ini buat lo berdua!" Sorak Saras mengeluarkan sebuah kotak untuk masing masing Rigel dan Raisya.

"Wihh, apaan nih?"

"Ini pasti serbet buatan tangan kan?" Tanya Rigel.

"Iya, nenek gue yang buat," Saras hanya tersenyum membuat pipinya naik menjadi besar.

"Wah, nenek buyut lu panjang umur ya?"

Arlan, Bimo dan Yoga datang beriringan. Mereka semua satu kelas. Hanya Yoga saja yang berasal dari kelas sebelah, kelasnya Damar.

"Buat gue mana Ras?" Tanya Bimo ikut ikutan.

"Tenang, kebagian semua. Nih ada juga buat lo Ga," Saras memberikan kotak yang sama kepada Yoga. Laki laki berkacamata itu hanya tersenyum.

"Thanks Ras. Gue duluan ya, Lan, Bim, Gel, Ras, Sya," Yoga pergi sambil membawa kotak tersebut.

"Eh gimana kalo hari ini kita ngumpul di rumah gue. Nyokap pengen banget ketemu sama lo Bim!" Ucap Saras sumbringah.

"Ngomong apa lo soal gue sama nyokap lo?" Tanya Bimo panik. Saras terkenal dengan mulutnya yang lepas saja. Bisa rusak reputasi seorang Bimo di depan ibunda mertua.

"Banyak, semuanya malah. Hehe." Saras, Raisya dan Rigel hanya bisa menahan tawa melihat ekspresi Bimo yang tidak karuan.

"Hm, gue nyusul ya? Ada latihan vokal hari ini, gapapa kan?" Tanya Rigel.

"Santai Gel, ada gue!" Sentak Arlan.

"Sejak kapan lo pinter gombal kayak Bimo?" Sindir Raisya yang tidak suka melihatnya.

"Sejak hati ini menemukan singgasananya eeaaa.." Arlan dan Bimo tertawa berbarengan.

Raisya, Rigel dan juga Saras juga tidak bisa menahan tawa mereka. Kini suasana terasa lebih hangat dan menyenangkan. Rigel sungguh menyukai momen ini, walau tidak banyak mengungkapkan isi hati lewat ekspresi, ia lebih suka memendamnya tanpa harus orang lain tahu.

"Gila dasar! Gombal King lo berdua!" Timpal Saras.

"Eh iya Lan, lupa gue jangan godain Rigel nanti ada yang marah," ucap Bimo sekaan meledek.

"Siapa tuhh?"

"Siapa lagi kalau bukan Ketos SMA Saga? Ya gak?" Jawab Arlan.

"Apasih, kalian. Udah jangan bahas itu!" Pekik Rigel.

RIGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang