Janji

183 50 14
                                    

Jumat.

Jam terakhir sudah dimulai sekitar 25 menit yang lalu. Murid murid bahkan sudah malas mendengar penjelasan guru yang tak ada habisnya.

"Baiklah kalian catet ya. Ini semua untuk bahan ulangan kalian. Jangan sampai tidak ada dibuku catatan," ujar Bu Mona, guru biologi di SMA Saga.

Semua murid hanya mengangguk pelan begitupun Raisya yang malas malasan. Tapi Rigel, dia hanya memandangi papan tulis itu dengan cermat.

"Gel tulisin punya gue kek," bisik Raisya pelan.

"Ngapain ditulis," balas Rigel.

"Gue tau lu kalo belajar gak pernah nyatet. Otak lu kan mesin komputer beda ama gue, harus dicatet dulu baru ngotak," cibir Raisya. Raisya sudah kesal, ia sangat malas mencatat tulisan saja kerena tidak ada hitungan Matematika dan rumus rumus kesukaannya disana.

Rigel tak seperti murid lain. Ia jarang sekali mencatat tulisan yang diberikan bapak ibu guru. Kecuali jika itu sangat ia butuhkan, itu pun sesingkat mungkin yang ia tulis.

Berbeda dengan Raisya yang tidak pernah bisa belajar jika tidak membaca tulisannya sendiri, mungkin menurut kita itu biasa, tapi menurut Rigel itu aneh.

Menghafal tidak harus dengan menulis sesuatu yang akan dihafal, tapi difahami -- Moto belajar Rigel.

Meskipun begitu mereka saling menaungi satu sama lain. Tidak pernah mengejek ataupun kesal dengan sifat mereka yang berbeda.

"Btw Gel?"

"Hm."

"Hari ini jadikan bantuin gue?"

Yaampun! Ingin sekali Rigel mengucapkan kata itu. Ia benar benar lupa kalau hari ini sudah janji ingin membantu Raisya. Lalu bagaimana dengan Lucas.

Tidak mungkin ia pergi bersama Lucas tanpa bilang dengan Raisya. Tapi tidak mungkin juga ia membatalkan janjinya. Rigel takut keduanya kecewa.

"Gel jadi bantuin kan?"

"Selesain dulu," Balas Rigel kahabisan kata.

"Jadi gak sih?"

"Kalo gak selesai gak jadi."

"Ih kok gitu?" Raisya kesal melihat sikap Rigel yang benar benar mudah sekali berganti mood dan tidak pasti seperti ini.

"Hm," Jawab Rigel pelan.

<>

Jam terakhir sudah selesai. Semua murid sudah bisa dipulangkan tak terkecuali dua orang yang baru saja tiba di parkiran.

"Maaf ya?"

"Iya gapapa," Lucas hanya memberi senyuman tipisnya.

Rigel tenang Lucas tidak marah. Tapi ia bisa melihat dimata Lucas ada rasa kecewa, dan senyum itu, tidak setulus yang dilihat.

"Sekali lagi minta maaf. Nontonnya Lain kali aja gimana?" Bujuk Rigel.

"Yaudah Gapapa," balas Lucas.

RIGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang