kotak makan

279 77 53
                                    

"Ahhh!"
"Damar apa apaan sih! Jadi jatoh kan!"

Rigel dan Damar saling tindihan diatas aspal sekolah. Membuat rasa nyeri punggung damar yang tertiban tubuh Rigel.

Rigel mencoba untuk berdiri, namun tangannya diraih Damar. Tatapan keduanya bertemu, membuat Rigel kebingungan.

"Lu kenapa?" tanya Damar lembut.

"Gapapa."

"Kalo gapapa kenapa disini? Dijemur dibawah matahari sendirian bukan apa apa?" tegas Damar.

"Iya, gue lupa bawa tugas," keluh Rigel sambil memegangi palanya yang terasa nyeri. Damar masih mencerna perkataan Rigel barusan. Sebelum ia menyadari Rigel sedikit goyah.

"Kenapa?" tanya Damar.

"Pusing."

"UKS?"

"Gak usah disini aja," Rigel melepas tarikan Damar. Ia tidak ingin ke UKS karena akhirnya ia akan ditinggal sendirian disana.

"Yaudah pulang?" lagi tanya Damar.

"boleh?" Rigel kebingungan. Mana mungkin dia akan pulang dalam keadaan sedang dihukum.

"Udah gue izinin kok. Ayo pulang. nanti lu kenapa napa gue yang disalahin!" ucap Damar menuntun Rigel.

<>

Didalam mobil yang dikendarai Damar, Rigel yang tengah asik memakan kotak makan milik Damar, membuat dirinya lupa akan orang yang mengantarnya pulang.

Setelah selesai dengan makanan. Rigel buru buru mengambil tempat minumnya, dan setelah itu ia kembali fokus dengan dirinya sendiri.

"Enak kan?" tanya Damar tiba tiba. Membuat Rigel tersadar dari lamunan singkat nya.

"iya enak kok!" sahut Rigel.

"iyalah bikinan gue, emang elo kalo masak nasi aja kelembekan!"

"Sialan!" pukulan itu mendarat tepat di lengan kiri milik Damar. Entah mengapa momen seperti itu membuat hati Rigel terasa damai. Juga perut Rigel yang tak lagi kelaparan. Tentu saja, mereka sudah mengunjungi lebih dari 5 toko makanan kesukaan Rigel sepanjang perjalanan.

"Besok besok jangan telat makan, kalo sakitnya sendiri si gapapa. Sakitnya nyusahin gue jangan sering sering!"

"Iya!" Rigel memajukan bibirnya.

"jelek manyun kayak gitu!" sentak Damar sambil menjepit kedua pipi Rigel dengan tangan kirinya.

"Biarin. Bosen cantik mulu."

"Najis!"  Balas Damar menjulurkan lidahnya kedepan.

Mereka tertawa bersama. Ketika Rigel tertawa, Damar sekilas melihat iris mata Rigel yang berwarna abu abu terang membuatnya terjatuh entah kemana. Padahal itu sudah sering ia lihat namun sekarang berbeda, seperti sesuatu yang baru.

"Gel?" panggilan mendadak tersebut mampu membuat Rigel memalingkan wajahnya.

"Hm?"

"Gue bingung," Damar memperlambat laju mobilnya. matanya lurus kearah depan. Tatapannya kini sangat serius dan mantap.

"Apa?" Rigel memandang Damar. Matanya berbinar. Rigel melihat Damar yang sekarang benar benar serius membuat ia berhenti tertawa sejenak.

RIGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang