"Mau pesen apa?" Tanya Lucas.
Alih alih menjawab Rigel masih terdiam memperhatikan sekitar. Dirinya terlelap dalam lamunan. Lucas yang cukup lama memperhatikan, melihat sekelibat rasa sedih dimata Rigel.
"Bengong?"
"Hm?"
"Mau pesen apa?" Ulang Lucas, kini dirinya lebih fukus dengan makanan, dan memilih berbincang setelah makanan datang.
"Kentang goreng aja." Sahut Rigel.
Tak lama pelayan restoran datang dan pergi untuk memesan pesanan mereka. Lucas yang kembali memperhatikan Rigel, mulai tersenyum simpul. Ia seperti melihat anak kecil yang sangat cantik di depannya.
10 menit kemudian makanan mereka sampai. Pelayan ramah itu tersenyum sebelum pergi menuju kasir.
"Dulu gue kaya dia." Ucap Lucas santai.
Rigel memalingkan pandangannya. Matanya lurus kearah depan, walau jantungnya tak terkontrol, ia masih menghormati orang yang sedang berbicara dengannya.
Matanya menangkap binar mata Lucas, hatinya berdesir. Cukup lekat, namun kata yang dilontarkan Lucas membuat Rigel tersadar.
Selama pembicaraan panjang itu, keduanya saling tatapan, tanpa sedikitpun ingin melepasnya. Rigel menanggapi dengan santai, dan ia tahu dirinya sekarang menjadi lebih dekat dengan Lucas.
"Ya jadi gitu. Gue dipecat dan, gue pindah ke Jakarta, dan akhirnya sekolah di SMA Saga," Lucas menyuap suapan terakhirnya. Matanya menatap Rigel yang tengah menatapnya.
"Gue turut prihatin. Gak nyangka lu pernah ngalamin hal kayak gitu," Rigel meneguk salivanya lalu memalingkan wajah karena sudah tidak kuat diperhatikan selekat itu oleh Lucas.
Lucas tetap diam sambil tersenyum. Hatinya merasa tenang ketika melihat Rigel yang sudah lebih santai bersamanya. Lucas juga tidak bisa memungkiri, ia sangat tertarik dengan senyuman manis milik Rigel. Mungkin bukan Lucas saja, bahkan setiap orang yang melihat senyuman itu akan merasakan hal yang sama seperti Lucas.
"Menurut lu, gue salah gak sih pindah ke Jakarta?" Tanya Lucas.
"Gak kok. Untuk lanjutin hidup itu gak harus di satu titik aja. Kadang kita harus menempuh jalan lain, yang mungkin lebih dari sebelumnya. Apalagi lu pindah ke Jakarta juga karena bokap tinggal disini kan?" Rigel mengencangkan ikatan rambutnya, dan itu berhasil membuat Lucas terpana menatapnya.
"I-iya." Gugup Lucas.
Akhirnya sore ini Rigel habiskan untuk sekedar berbincang dengan Lucas. Rigel tahu terkadang ia tidak bisa mengontrol tatapan dan jantungnya, tapi ia tetap senang karena sore ini lebih berwarna karena Lucas.
Disudahi dengan lambaian tangan. Kini mereka sudah dalam perjalan pulang masing masing.
Rigel yang berusaha tetap tenang, menyerah untuk menahan senyumnya sepanjang perjalan. Ia tahu, ia tidak bisa sedetik saja melewatkan kejadian tadi.
<>
Sampai didepan pintu rumah. Rigel langsung membuka sepatunya yang kotor terkena genangan air. Namun baru beberapa saat langkahnya terhenti,
"Bun! Please, I don't want to make trouble with you."
Suara itu terdengar jelas dikuping Rigel. Anita yang tengah memerah sambil berbicara dengan benda tipis dikupingnya, membuat Rigel memilih mempercepat langkahnya menuju kamar.
10 menit kemudian, tubuhnya sudah lebih segar. Jam sudah menunjukan pukul 6 sore, sudah hampir gelap sekarang.
Rigel yang tengah terduduk sambil menikmati langit malam dari jendelanya, tersentum tipis tanpa ia sadari.
Secangkir teh dan komik yang ia beli, menjadi teman yang sangat lengkap untuknya menghabiskan waktu senggang.
"Bun, bisa gak sih gak bahas dia? Aku benci dengernya!"
Suara itu tentu saja, suara Anita yang menghiasi pendengaran Rigel, membuatnya tersenyum kecut.
"it's enough."
Dua kata terakhir yang didengar Rigel, mungkin sempat membuatnya ingin menangis namun entah, hatinya sudah terlalu kebal dan air matanya sudah terlalu surut untuk dikeluarkan dengan masalah yang sama untuk kesekian kalinya.
"Basi." Pekik Rigel pelan.
Buru buru melupakan yang ia dengar, ia memilih mendengarkan sebuah Surat berupa rekaman yang dibuat khusus untuknya.
Satu kalimat yang mampu membuat Rigel merasa dirinya adalah perempuan paling bahagia di dunia, dan paling beruntung memilikinya.
Rigel selalu ingin menjadi apa yang di suratkan seperti yang ia dengar. Namun ketika ia melihat sekitar, rasanya tidak ada yang benar dan sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Kini hanya ada senyuman tulus yang bisa ia tampakan tanpa pernah peduli rasa sesak yang tidak tertahan.
"Cause you always be my girl"
~~~~Hai guys! Apa kabar? Semoga baik ya.
Aku udah Update Rigel nih, aku tinggal tunggu Votmen dari kalian ya!! Jangan lupa kritik dan saran wajib hehe:)
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGEL
Teen Fiction[Sinopsis Baru] Gadis blasteran yang sangat Moody, kini tumbuh menjadi remaja yang sangat dicintai dikalangan Fashion wanita. Rigel bukan gadis yang kalian pikirkan, bukan gadis yang selalu memuja muja idolanya. Ia cukup mandiri untuk usianya yang...