VI

453 47 0
                                    


Disc©Masashi_Kishimoto
Jeritan saat senja©Hitayama_R.2187

*:*:*:*

Cerita ini mengandung unsur:
Yaoi,Boys love,BxB,gay (yg belum terlihat), dan typo's yg bertebaran.

Resiko dan dosa di tanggung pembaca

*:*:*:*

———————————————————

    Suasana kini semakin canggung. Naruto, terus mencoba mencari alasan tentang apa yg terjadi pada lengan kirinya.

"Ini....— ~ Naruto semakin bingung, dia tidak tau harus bagaimana menjelaskan semuanya pada Sahabat ayam nya.

"Why? Naru, katakan!" sasuke seolah-olah bertingkah seperti hakim ketua, dan Naruto sebagai tersangka.

"Ini....bukan apa-apa! Sungguh, tidak perlu di pikirkan. Oh iya! Bukannya kau ada les hari ini sasu?!!!" Naruto mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Hn? Katakan saja Naru. Aku bukan bayi yang bisa kau bohongi, dan apa-apaan itu tadi, kau mencoba mengalihkan pembicaraan?!" ucap Sasuke

"Bohong? Aku tidak berbohong! Sungguh ini bukan apa-apa!"

"Kalau begitu, jelaskan kenapa?"

"Ini. Aku cuma mau terlihat seperti ninja yang ada di TV, kau lihat kan tangan mereka di perban, dan itu sangat keren. Bagiku!" ucap naruto penuh semangat.

"Huh?!" Sasuke, memandang aneh sahabat kuningnya, dengan peluh sebesar biji jagung yang menempel di kenignya.

"Hum! Ngomong-ngomong aku benar'kan, kau ada les hari ini?" Naruto mengubah posisi nya yg tadi masih terlentang di lantai kini duduk.

"Aku sedang malas, jadi bolos saja!"

"Wow... Ternyata kau bisa bolos juga rupanya?" Naruto tersenyum, hingga menampilkan deretan gigi putihnya.

"Aku juga manusia Naru, pasti pernah bosan dengan sesuatu." ucap sasuke datar.

"Huh! Ku pikir kau cuma patung es berjalan." Naruto tetap mempertahankan senyumnya.

"Yeah." Suasana hening sejenak.

"Dobe!" panggil sasuke.

"Ya" Naruto, berdiri lalu berjalan kearah meja nakas. Seperti mengambil sesuatu.

"Sasu, kemari lah!" ucapnya, lalu mengeluarkan sesuatu dari laci meja tersebut. Lalu membanting sebuah kotak hitam ke arah kasur.

"Hn?" Sasuke berdiri, lalu melangkah kearah Naruto yg sudah duduk di tepi ranjang.

"Teme, kalau aku pergi nanti. Tolong berikan ini pada Kaa-san ya!" Naruto menyerahkan kotak hitam itu kepada Sasuke.

"Pergi? Kau mau kemana?" tanya Sasuke, sambil meraih kotak hitam yang di berikan Naruto.

"Hmmmm....rahasia" Naruto mengedipkan mata kirinya.

"Haah!" Sasuke memutar bola matanya malas.

"Teme, ini waktunya aku bergantian menjaga toko dengan Ino-nee" Naruto berdiri lalu melangkah kearah kamar mandi.

"Tapi— bukannya tadi pagi kau..." Perkataan sasuke di potong cepat oleh naruto.

"Aku jaga, pagi dan sore. dan Ino-nee berjaga Siang dan malam" dan setelah itu Naruto hilang di balik pintu kamar mandi.

"Yayaya...Aku pulang dulu!" pamit Sasuke.

"Oke!!!" Naruto berteriak dari Kamar mandi.

Sasuke berjalan kearah pintu dengan membawa kotak hitam yg sempat di berikan Naruto, namun dirinya tiba-tiba berhenti saat melihat sesuatu, Sebuah Cuter yang sama, sebuah cuter yg sempat dilihatnya pada rekaman vidio di bukit sakura itu. Cuter berwarna Biru langit dengan sedikit noda darah di ujungnya. Membuat sasuke curiga, dan sempat memikirkan hal yg tidak-tidak tentang Sahabat pirang nya. Namun segera di tepis, dan dirinya melanjutkan perjalanan untuk pulang.

~Skip~

  Sasuke, baru saja selesai mandi. Dan mendengar suara 2 pria dewasa sedang bercengkrama dari arah ruang tamu. Penasaran dengan suara tersebut sasuke langsung menghampirinya langsng ke ruang tamu, dan menemukan Itachi sedang mengobrol dengan sosok yg sangat Familiar dimata Sasuke.

berjalan menghampiri, Sasuke tersenyum simpul dan berkata "Shisui-nii" panggilnya, saat melihat sosok tersebut menatap kearahnya.

"Yo! Sasuke-kun. lama tidak bertemu"  Shisui berjalan kearah sasuke, lalu memeluk pemuda Ravent tersebut.

"Hn"

"Apa kabarmu?" tanya Shisui

"Baik"

  Sementara kedua insan tersebut sedang melepas rindu. Itachi hanya menatap sambil tersenyum tulus. Namun di sisi lain hati kecil uchiha Sulung itu merasa'kan sakit, yang tidak bisa dijelaskan. Melihat sang adik lebih akrab dan sayang kepada orang lain melebihi dirinya. Hal itu membuat Itachi merasa tertohok dan hatinya seperti sedang di jahit-jahit. Sungguh rasa yang sulit di ucapkan.


To be Continued

Jeritan saat senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang