VII

459 44 1
                                    


Disc©Masashi_Kishimoto
Jeritan saat senja© Hitayama_R. 2187

*:*:*:*

Cerita ini mengandung unsur:
Yaoi, Boys love,BxB, gay (yang belum terlihat), dan typo's yang bertebran.

Resiko dan dosa di tanggung pembaca

*:*:*:*

———————————————————

"Semuanya, bagaimana kalau kita makan malam bersama!" ucap Itachi, memecah acara melepas rindu yg sedang di lakukan Sasuke, dan Shisui.

"Yo!!!" Shisui mengepalkan tangan di udara, dan berteriak penuh semangat.

"Aku akan pesankan makanan nya dulu!" ucap Itachi

"Ne...Sasuke-kun, berapa umur mu sekarang?" tanya Shisui seraya menuntun sasuke untuk duduk kembali di sofa.

"16." jawab sasuke singkat.

"Hmm..." Shisui dan sasuke duduk di sofa bersamaan. Tangan kiri Shisui meraih sebuah majalah yang terletak di atas meja, sementara sasuke mengeluarkan Ponsel dari sakunya. Memeriksa beberapa pasan masuk dati teman-teman nya.

"Bagaimana sekolah mu?" tanya Shisui basa basi.

"Ya, Seperi itu. Tidak ada yabg istimewa." jawab sasuke tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya

"Hn?" Shisui meletakkan kembali majalah tersebut di atas meja. mengangkat kaki kanannya yg bertumpu pada kaki kiri. Setelah itu menyandarkan badan nya pada kepala sofa.

"Aku mendapat kasus mengejutkan tadi siang" ucap Shisui. Dia mulai membuka pembicaraan, saat sasuke sudah  tidak memerhatikan ponselnya lagi. Dan menatap Shisui penasaran.

"Warga, menemukan mayat seorang gadis di pinggir sungai, dekat bukit Kunang-kunang. Mayat gadis tersebut sudah di penuhi belatung. Sepertinya mayat gadis itu baru di temukan setelah 7/8 hari, saat di otopsi di temukan bekas luka di lengan kirinya, kurasa dia bunuh diri itu dugaan sementara" Shisui mengubah posisi duduknya seperti semula.

"Bukit kunang-kunang??" ulang Sasuke.

"Iya" Shisui mengeluarkan selembar foto yang menunjukkan sebuah tempat yang mirip dengan bukit sakura yabg pernah di temui sasuke. Namun, yang membedakannya bukit itu mulus tiada batang dan pohon yang mengitari. Hanya semak-semak dan aliran sungai di bawahnya.

"Siapa gadis itu?" tanya sasuke setelah puas, melihat foto yabg di tunjukkan Shisui.

"Belum di ketahui."

"Tunggu!...tempat ini—,ingatan sasuke kembali ke beberapa saat lalu saat dia bertemu seorang gadis di pinggir danau, foto yang di tunjukan gadis itu sama persis dengan yang di tunjukan Shisui padanya.

"hmm..." Shisui bangkit dari duduk nya lalu berjalan mendekati jendela besar, yang langsung menapakkan halaman belakang kediaman uchiha, yang menampilkan kebun tomat yang berjejer rapi. Dengan warna langit yang sudah mulai memerah yang di gredasikan warna orange.

"Aku, bingung...padahal bukit itu dulunya bukit, yang di penuhi kunang-kunang setiap malamnya. Kini menjadi lembah kematian!"   ucap Shisui datar.

"apa maksudmu?" tanya Itachi yang tiba-tiba muncul di samping Shisui.

"Ehehehe...bukan apa-apa!!!" Shisui menjadi salah tingkah.

"Hmm....makanannya sudah sampai, ayo!!"

~Skip~

"Wah. Ini sudah gelap, aku harus segera pulang. terimakasih makan malamnya" Shisui melambaikan tangan, kepada dua saudara yang berdiri di ambang pintu.

"Hn" jawab mereka berdua serempak.

Itachi menutup pintu, saat Shisui sudah tak lagi terlihat. Lalu menatap kearah sasuke.

"Otouto,...kau bolos tadi?!" ucap Itachi

"Hn" Sasuke melangkah, meninggalkan Itachi. Berjalan menuju kamarnya.

Sementara Itachi hanya mendesah pasrah atas sikap dingin sang adik. Mungkin kejadian 8tahun lalu, Dirinya memang tidak bisa di maafkan. Dia sungguh sangat menyesal sebenarnya, dialah yang bersalah atas kematian kedua orang tuanya. Dan itu sungguh tidak bisa di maafkan.
.
.
.

  Di kamar Sasuke mengunci pintu. Lalu mengambil ponselnya yang terletak di nakas kamar. Berniat menghubungi sahabat kuning nya.
Di telponnya berkali-kali namun tak ada jawaban sama sekali. Untuk sekian kalinya dia menelpon namun tak ada jawaban. Akhirnya, dia menyerah juga.

"Dobe itu sedang apa sih?" gumam Sasuke. dia memutuskan untuk berbaring di ranjang, menutup mata dengan lengan kanannya.

~di tempat lain~
 
Sementara di kediaman Yamanaka, seorang pemuda sedang merintih menahan sakit, lengan kirinya sudah di lumuri banyak darah. Darah itu terus mengalir di bawah guyuran air shower.

Di rumah tersebut sepi, tak ada orang kecuali, para pelayan yang beberapa diantaranya sudah pergi istrihat karena jam sudah menunjukkan pukul 22.18 PM. Pemuda itu merintih sambil menangis, dia menggumamkan kata 'Kaa-saan' berulang kali.

Sebenarnya dia tidak mau melakukannya di rumah, dia ingin pergi ke bukit itu. Namun ini sudah malam. Ino, juga belum pulang. Tadi pamitnya mau kumpul dengan teman-teman. Tou-san nya juga tidak dirumah, kerana urusan pekerjaan. Sementara kaa-san nya, sedang di luar kota, untuk mengunjungi klien perusahaan Namikaze, yang nantinya akan di pegang Naruto.

Naruto terus menangis. Dia bosan hidup, Kaa-san nya sibuk, dan ino tidak pernah memperlakukan nya dengan baik. Tou-san nya jarang pulang. Dia merasa tidak di perduli kan.

"AAAAKKKKHHHHHH...." pemuda bersurai pirang itu berteriak untuk kesekian kalinya. Saat cuter yang di pengangnya menyayat pergelangan tangannya semakin dalam.

   Darahnya mengalir seperti air, lantai kamar mandi itu kini di penuhi darah. Namun tak lama setelahnya pemuda pirang itu pingsan.

                   To be continued

Jeritan saat senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang