Nalindra mengenyit ketika menatap pesan dari Firly. Gadis itu meminta bertemu. Nalindra meraih blazer-nya sebelum pergi keluar.
"Kamu mau ke mana Nalin?" Tampak Gibran yang baru keluar dari arah dapur. Tangannya memegang sebuah cangkir yang menguarkan kepulan asap.
"Keluar sebentar, Pa."
"Mau Papa temenin?"
"Gak usah. Deket kok, dari sini." Gibran mengangguk.
Nalindra kembali kalut. Bukankah ini yang selama ini ia inginkan? Berkumpul kembali bersama keluarganya. Tapi, entah kenapa ia malah merasa nyaman tingggal sendirian.
"Firly...."
Gadis itu menoleh dan menyunggingkan senyum tipis.
"Duduk, Nal."
Nalindra menempati tempat kosong di samping Firly. Mereka berada di taman kota tak jauh dari rumah Nalindra. Meski senyum Firly terus terpatri, terdapat kesedihan dalam matanya.
"Maaf, Nal... aku minta ketemu malem-malem begini."
"Gak papa."
Untuk sesaat, keheningan yang mendominasi. Nalindra memerhatikan, Firly terus menghela napas. Seolah ada sesuatu yang menyesakkan dadanya. Tangannya yang mengepal di atas lutut agak gemetaran.
"Aku... aku milih nyerah, Nal."
"Soal?"
"Alfan."
Nalindra bungkam. Ia tak tahu harus melakukan apa selain diam dan mendengarkan.
"Alfan akan semakin benci aku kalau aku terus maksa dia. Setelah dipikir-pikir, aku udah terlalu banyak nyakitin dia. Wajar kalo Alfan nolak."
"Sori, Fir."
Firly tertawa. "Kenapa kamu minta maaf? Merasa bersalah karena kamu udah nyuri hati dia?"
Nalindra membeku. "B-bukan itu. Gue minta maaf karena gak bisa ngelakuin apa-apa padahal, secara gak langsung gue udah janji mau bantuin lo."
"Kenapa tegang sih, Nal? Bukan salah kamu kok kalau Alfan suka kamu. Sebenarnya, aku udah tahu hal itu sejak pertemuan kita di rumah sakit. Cuma aku pura-pura gak tahu dan membohongi diri sendiri. Soal itu lupain aja. Kamu gak punya kewajiban untuk bantuin aku."
"Gue juga heran sama Alfan. Kenapa dia bisa berubah padahal, dulu Alfan benci banget sama gue. Begitu pun sebaliknya."
"Masa depan gak ada yang bisa nebak. Termasuk urusan hati. Aku gak tahu masalah apa di antara kalian tapi, dulu Alfan pendiam. Setelah kami dekat, Alfan mulai berani bercerita. Salah satunya, Alfan menyesal karena menyebabkan seseorang pergi."
Firly memerhatikan Nalindra yang tampak memikirkan sesuatu. Sepertinya Firly sekarang tahu siapa yang Alfan maksud.
"Hanya itu yang ingin aku bilang ke kamu, Nal. Aku nyerah sama Alfan dan kamu enggak berutang apa pun. Aku juga bakal pulang ke China, negara Mama."
Nalindra menoleh. "Seriusan? Kenapa?"
"Anggap aja aku lagi lari dari kenyataan." Firly tertawa kecil. "Becanda. Dari awal, rencana ke sini emang gak lama apalagi sampe menetap. Aku cuma mau minta maaf ke Alfan dan ya... pengen balikan lagi sebenarnya. Miris banget, ya? Tapi, aku seneng bisa kenal sama kamu."
Nalindra membalas senyum Firly. Jujur saja, mulanya Nalindra tidak menyukai Firly. Gadis itu manja dan egois. Setelah cukup kenal, Firly tak seburuk dugaannya. Gadis itu lucu dan periang.
Firly melirik jam tangannya. "Udah malem, nih. Aku harus pulang."
Nalindra mengangguk. Sedetik kemudian ia terkejut karena tiba-tiba Firly memeluknya.
"Terkadang kita gak bisa kenal diri sendiri atau terlambat menyadarinya. Aku harap, kamu gak punya kisah serupa sama aku, Nal. Jangan menyia-nyiakan orang yang tulus sama kita. Cewek itu bisa hidup dengan orang yang mencintainya, bukan orang yang dicintainya. Gue harap lo mau ngasih Alfan kesempatan"
Tak ada tanggapan berarti dari Nalindra. Tangannya melambai mengikuti mobil yang menjemput Firly.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pretty Troublemaker
Novela Juvenil⚠ RE-MAKE STORY!!! SILAKAN FOLLOW SEBELUM BACA. ⚠Highest rank #1 in pretty #1 in jirayu #1 in kao #2 in VS #2 in Mario *** Dend...