Tuk, tuk, tuk,
Ia mengetuk jari telunjuknya beberapa kali di atas meja sembari berimajinasi. Kalau saja melupakan kejadian satu tahun terakhir itu seperti mengunyah kacang, ia pasti sudah kembali dengan diri aslinya.
Gadis itu menyangga kepala dengan tangan kanannya. Pura-pura mendengar pencerahan guru di depan kelasnya.
"Rachel Rainilla Azhizha?" sentak guru pengajar kimia yang masih bisa dibilang muda, idaman, namun sayangnya memiliki tatapan juga sikap yang horor.
Ia masih belum bisa konsentrasi saat beberapa kali dipanggil namanya. Bahkan, guru itu sempat-sempatnya memanggilnya “kecebong” agar semua murid tertawa dan otomatis perhatiannya teralihkan. Ini tidak. Meski nyatanya sudah ditertawakan kencang seisi kelas, dan dihentikan juga oleh guru di depannya dengan menyentakkan penghapus papan tulis ke meja.
Hingga senggolan sikut terasa di lengannya. "Nila!" bisik cowok di sebelahnya. Ya, nama gadis itu Nila. Orang yang membisiknya adalah Althair, sahabatnya sedari usia 5 tahun.
Nila tersadar, ternyata mereka bukan tertawa bersamanya, melainkan tertawa karenanya! Di usap matanya beberapa kali, "I-iya, bu? Kenapa?" ia angkat bicara.
Guru itu memijat pangkal hidungnya, "Kenapa hah? Kamu nanya kenapa?"
Nila masih dilanda kebingungan.
"Kapan otak kamu tumbuh?" cecar guru itu kemudian.
"Ha?" Nila menjawab. Di sela-sela Nila bicara, masih banyak yang menahan tawa karena ulah si introvert itu.
"Harusnya gue yang nanya kenapa, Ah elah!" jerit Bu Nada—namanya— kesal, saking kesalnya hingga bicara layaknya anak sekolah. Masih pantaslah, toh masih muda.
Bu Nada puas, Nila manyun.
Sering sekali Nila dijahili guru-guru. Namun jangan salahkan mereka yang menjahili, salahkan saja karena Nila yang kurang berinteraksi dan ekspresi wajahnya itu lucu saat sedang kesal.
Althair mengisyaratkan supaya Nila duduk dengan tenang. Althair tahu, Nila tipikal orang yang menutup diri, tetapi jika ada makhluk yang membuatnya kesal setengah mati juga tetap saja ia berontak dengan bahasanya sendiri. Ia pikir, ia tidak peduli orang itu mengerti atau tidak. Yang penting, Nila mengerti sendiri dan sudah meluapkan emosi, titik.
☀
Empat sejoli satu per satu keluar pintu kelas karena ulah Pak Burhan yang menambah tugas mereka dengan berbagai alasan. Orang-orang itu diantaranya; Nila, Althair, Virgin, dan Alda. Mereka memang bersahabat, namun berbeda tempat saat mereka bertemu.
Althair, ia sudah mengenal Nila jauh sebelum ce'es-ce'es yang lain. Berparas manis, namun tak menghilangkan aura ke-fakboy-annya, juga jago fisika.
Virgin, teman Nila saat smp hingga saat ini. Dan mungkin mereka bisa dibilang "berjodoh" karena kalau ada Nila, disitu ada Virgin. Terkadang paras ayu-nya membuat hati para manusia luluh, namun sayang ia sedikit sinting, dan extrovert. Membuat para cowok yang mendekatinya langsung skip.
Alda, Nila baru saja bertemu Alda saat kelas sepuluh. Namun ia cocok berinteraksi dengan Nila, atau mungkin sama nasibnya seperti Virgin kelak.
Kembali ke cerita.
Althair mendesah pasrah "Kapan pensiunnya tu lele ah, dah tua juga."
Teriakan gila Virgin mengisi ruangan itu, dan jika ada orang lain berperan menjadi Virgin, HABIS!
"HWAAHA, KITA KUTUK AJA IYU SI BURHAN JADI PATUNG PANCORAN HAYO!!" jeritnya.Ketiganya memelotot dan mengarahkan pandangan mengisyaratkan ada seseorang dibelakangnya.
Pak Burhan ternyata sudah mengikuti mereka dari belakang. Mereka pikir, bisa-bisanya ia berjalan dengan tatapan kosong, dingin, kacamata masih bertengger di pangkal hidungnya, dan celananya yang sedikit melorot memperlihatkan perut buncitnya.
Sekilas orang yang melihatnya langsung menyimpulkan bahwa sang Burhan adalah guru keagamaan. Dengan model rambut klimis ber-pomade, terkadang memakai celana sarung, dan wewangian sekilas membuat orang yang melihatnya bersikukuh bahwa pak Burhan adalah guru keagamaan.
Mereka menatap pak Burhan satu hingga dua detik, keempatnya segera berjalan cepat dan tancap gas menjauhi pak Burhan hingga sampai di taman sekolah yang lumayan sepi.
"Nila?" Alda membuka suara.
"Hm?" jawab Nila singkat.
"i-itu.. Si-siapa, kayak kenal," Alda pura-pura bertanya dan menyembunyikan senyumnya.
Matanya membelalak.
Kenapa dia ada disini?! Wahai king cobra, segeralah telan aku hidup-hidup! batinnya lagi.
Virgin dan Alda bergemuruh satu persatu menggodanya hingga membuat wajah Nila memanas.
Virgin yang melihatnya menjadi geram, "HUAAAA ITU SIAPA YAAAAA" jeritnya.Nila hanya bisa menunduk tak bisa menyalahkan siapapun, apalagi protes. Rasanya ingin sekali ia memeluk Althair sekarang juga di hadapan orang yang menyebalkan itu. Hitung-hitung, membuat dirinya cemburu juga
Satu-satunya makhluk yang tidak menggoda Nila; Althair. Ia justru mengepal kuat tangan menahan emosinya.
"Awas lo!"
☀
Thursday, May 28 2020
first: 1 Des 2018
revised: 28 Mei 2020revisi started here
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT - destiny
Teen FictionAntara cinta dan kebutuhan. Mana yang harus dipenuhi? Murni cinta, atau membutuhkan "cinta"? Mengenal cinta, mengapa begitu sulit? Di satu sisi, Nila sangat mencintai seseorang yang sudah lama menjadi sahabatnya, dan Nila memerlukan cinta itu. Di...