Nila berjalan dengan langkah gontai serta ekspresi wajah yang tak mendukung, terlebih tadi di sekolah Alda malah membawa kotak sialan dengan isinya yang juga sialan setengah kampret.
Foto-foto masa kecilnya dan orang yang ia sukai dulu.
Ia masih menggenggam salah satu dari foto-foto itu, ditengah jalan ia memandangnya dalam. hangat, sangat hangat.
Flashback on.
"Rachel!! Selamat tahun baru!!" seru anak kecil pada temannya antusias dalam ramainya suara kembang api yang bersahutan.
"selamat tahun baru, Adnan!!"
Kedua anak itu adalah Nila dan Adnan. Yap, Adnan lah yang Nila sukai saat itu.
"akhirnya, kita bisa bergadang sampe jam segini ya!" ucap Adnan kecil penuh kebahagiaan.
"iyaa!!! Terima kasih, Adnan! Jangan tinggalin aku ya, kita tetap berteman!" jerit Nila kecil.
"okeee!!! Kamu juga! Awas loh kalo iya!" jawab Adnan kecil menjerit juga seperti Nila, namun ada ancaman di akhir kata.
Hhh.. Saat itu memang sangat manis. dulu, Nila bebas berteriak sekencang-kencangnya dengan Adnan. Tetapi sekarang berbeda, semenjak Nila mengajaknya berkenalan dengan kakak kelasnya.
Flashback Off.
Tanpa mengucap apapun ia langsung masuk ke dalam layaknya tuyul.
"weh, udah pulang?" tanya adiknya yang memiliki nama Aurel Reinatta Andriana itu yang membuat sang kakak kaget hingga menjerit sembari melipat tangan ala ultraman.
Setelah Nila kembali fokus, ia kembali bernapas seperti semula, "hiyahiyahiya! Kan udah disini. Lagian, Nata kenapa ga sekolah?" tanyanya kemudian.
Mendengar itu, pemilik nama panggilan 'Nata' itu pun memelotot tanpa menoleh ke arah kakaknya. Wajahnya seakan berbicara 'mampus kau, Nat!'.
Bukannya dijawab, Nila menyahut lagi, "kan biasanya Nata belakangan pulangnya daripada Nila. Nata bolos?" cecarnya.
Nata baru mau menoleh. "engg.. Itu..mm.. Libur" jawabnya ragu.
"emang iya?"
"iya!" jawabnya antusias. "kali" sambungnya pelan.
Nila yang sudah pusing malah tambah pusing, sudahlah. Ia pun langsung beranjak memasuki surganya —kamar—. Untuk apa juga ia mengurus anak centil itu, ikut-ikutan centil yang ada.
Akhirnya bisa juga ia menenggelamkan tubuhnya di atas kasur empuk dan mencuci matanya dengan dinding berwarna serba biru-putih, baru kali ini ia mengeluh karena sejak tadi pemandangan yang ia lihat dari pagi hanyalah papan tulis dan pak Burhan teramat sangat tampan.
Segeralah ia mandi, makan sembari menonton televisi, dan bercermin. Dari pantulan cermin terlihat wajah yang super gembel tak terawat. Dari rambutnya yang acak-acakan, kantung mata, bibir yang semula berwarna pink kini berubah pucat, tapi anehnya ia tidak merasa sakit, bahkan ia justru sehat, sangat sehat.
"idiot!" gerutu Nila sembari menutup wajahnya kasar dengan kedua telapak tangannya.
Ceklek, kriett..
Terdengar suara pintu terbuka dam berderit, mendengar itu, Nila menoleh ke arah sumber suara.
"lho, bunda? Bunda ngapain disini?" tanyanya sumringah.Ya, manusia yang membuka pintu itu ternyata Nadine, sang bunda. Nadine mengernyit heran, "ga boleh?" mendengar itu, Nila gelagapan dan mencari ide pembicaraan baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT - destiny
Teen FictionAntara cinta dan kebutuhan. Mana yang harus dipenuhi? Murni cinta, atau membutuhkan "cinta"? Mengenal cinta, mengapa begitu sulit? Di satu sisi, Nila sangat mencintai seseorang yang sudah lama menjadi sahabatnya, dan Nila memerlukan cinta itu. Di...