Entah Adnan bermimpi apa semalam hingga begitu bangun langsung mengatakan hal yang seharusnya tidak dikatakan.
Sekuat tenaga ia kumpulkan keberanian untuk memberanikan diri menjawab pesan dari pria itu.
Sekali dua kali, ia terus-terusan menghapus pesan itu karena tidak percaya diri. Sekilas terlintas jelas di otaknya ia akan melakukan sesuatu.
Nila pun bersiap diri, merapikan baju memasukkannya ke dalam tas yang lumayan besar, dan segera menuruni tangga tergesa.
"abang, Nila main ke Alda yaa.." pamitnya sembari berlari keluar tak peduli kakaknya itu menjawab apapun.
Nila memastikan tidak ada mobil yang berlalu lalang di dekat rumahnya. Belakangan ini tubuhnya sedikit atletis karena terus berlari tanpa mengenal waktu. Dan uniknya, Nila berlari karena menghindari Adnan.
Ia mencoba berlari hingga mencapai tujuannya, hanya itu. Kalau memiliki niat ingin bersembunyi, ingin sampai ke tujuan pun rasanya susah sekali seakan berada di inti bumi.
"Maaf Adnan, Nila bukannya kabur, tapi Nila gabisa jawab. Apalagi, kak Morena berharap banget sama Adnan. Nila gamau karena egois semuanya bisa kacau. Lebih baik ga pernah bahagia selamanya daripada bahagia di atas penderitaan orang lain."
Nila sudah mencapai taman depan perumahannya. Aneh sekali, biasanya kalau hanya bermain ia bisa sampai secepatnya. Ini tidak. Kakinya terasa sangat berat.
Grepp,
Seseorang membekap pergelangan Nila yang enggan melepasnya dengan sekali hempasan. Nila mencoba meringankan kepalanya yang terasa amat berat untuk menoleh.
"DOR"
Bisikan kecil, pelan, lirih. Itu saja membuat Nila tersentak kaget.
"haha, mau coba kabur dia ternyata."
Adnan!
Adnan mendekatkan wajahnya, menyibak rambutnya. Suara besarnya membuat keberanian Nila untuk melarikan diri semakin menciut.
"mau kabur ya?" ulangnya.
"e..enggaa.. Ituu.. Mau beli terasi." jawab Nila sembari menutup matanya tanpa sadar apa yang ia katakan.
Gadis itu segera membuka matanya bergantian dengan menutup mulutnya. "ah sial! Ngomong apa gue tuhh!!"
"terasi?"
"ah engga kok, ehe"
Adnan manggut-manggut mencoba bersikap dan menatap seperti ahli psikolog atau peramal yang dapat mengerti gerak-gerik.
"Adnan kenapa sih?"
Belakangan Nila memang sedikit geli terhadap Adnan yang mampu merubah sifatnya bahkan hitungan detik.
"gimana?" Adnan bertanya balik.
"gimana apanya?" Nila pura-pura tak ingat.
Dibilang begitu, Adnan mengerucut bibirnya.
"ah, yang itu. mm.. Nila.. " Nila menggantungkan kalimatnya, sementara Adnan menautkan alisnya penasaran.
"Nila.."
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT - destiny
Roman pour AdolescentsAntara cinta dan kebutuhan. Mana yang harus dipenuhi? Murni cinta, atau membutuhkan "cinta"? Mengenal cinta, mengapa begitu sulit? Di satu sisi, Nila sangat mencintai seseorang yang sudah lama menjadi sahabatnya, dan Nila memerlukan cinta itu. Di...