"eh eh.. Kak Adnan balik eh!"
"serius itu Adnan?"
"buset dari mana aja dia dih"
"sumpah gue rasa si upil ngikutin Adnan ga masuk tiga hari deh, liat aja masa bisa barengan gitu?"
"iya ih, ga mungkin kebetulan."
"kapan sih dia lenyap dari bumi? Ngintilin Adnan mulu, ga tau diri dasar!"
Berbagai kicauan tak sedap mengisi koridor saat Adnan dan Nila kembali masuk kuliah berjalan bersama. Satu persen untuk menguji apakah orang-orang melihatnya risih atau bagaimana. Sisanya, untuk menguji apakah Nila masih canggung atau tidak.
Tak lama, ketiga teman Nila menghampirinya gembira.
"yeeyy!! Nila masuk lagi!" Alda berseru.
"ulululu..kemana aja si anak sapi ini.." ujar Virgin gemas.
"Nila mau kue ga? Ehe.." Althair ikut-ikutan.
Adnan semakin mengeratkan tangannya yang membuat Althair membesarkan matanya tanda memperingatkan. Alda dan Virgin yang melihatnya hanya menahan tawa dan saling berpandangan.
"apa lo liat-liat?" sorot mata Adnan memicing tajam.
"apa lo pegang-pegang?" balas Althair tak kalah tajam.
"pacar gue, mau apa lo?" Adnan menjulurkan lidahnya.
Alda dan Virgin saling berpandangan dan membentuk mulutnya seperti huruf 'o', sedangkan Althair hanya membuang pandangan ke sembarang arah.
Memang tak heran sih, tiga hari penuh itu mereka berbuat apa hingga yang semula canggung menjadi sangat akrab. Bahkan tadi saat Adnan bilang Nila itu pacarnya ekspresi wajah Nila biasa saja, malah berseri-seri.
"Alda mau ke kelas nih, ayo Nila!" Alda mengambil ancang-ancang menggandeng temannya yang berbadan mungil itu, diikuti Virgin dan Althair yang masih dengan raut masamnya.
"lo ga ke kelas, Nan? Di omelin pak botak baru tau rasa! Udah lu jangan jadi bocah barbar! Nanti mommy Nadia menangis tersedu-sedu." Virgin panjang lebar.
"ga ah, gue mau ke Aran.. Bye sweetheart.." Adnan melambai ke arah Nila dan membalasnya. Ketiga temannya benar-benar takjub. Nila yang polos kini sudah mengerti yang namanya pria tampan.
Ketiganya saling melempar tatapan ketika melihat Nila masih memperhatikan Adnan yang berjalan dan hilang dari pandangannya.
Jangan-jangan.. Jangan-jangan nih. Ah, sudahlah.
Keempat sejoli itu mulai menapaki lantai dan memasuki ruangan fakultas psikologi. Beruntungnya, sekarang kelas sepi karena mendekatnya hari liburan. Nila jadi leluasa berteriak absen dan lebih percaya diri.
"Lulu?"
"saya, bu."
"Fia?"
"iya."
"Nada?"
"hadir."
"Ratu?"
"hu'uh, hadir."
"Haris?"
"hadir, bu."
"Tata?"
"saya."
"Althair?"
"hadir, bu! Selaluu.."
"Alda?"
"saya, bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT - destiny
Teen FictionAntara cinta dan kebutuhan. Mana yang harus dipenuhi? Murni cinta, atau membutuhkan "cinta"? Mengenal cinta, mengapa begitu sulit? Di satu sisi, Nila sangat mencintai seseorang yang sudah lama menjadi sahabatnya, dan Nila memerlukan cinta itu. Di...