Vain

92 6 3
                                    

Langkah kaki layaknya kuda terdengar sangat memburu. Seorang pria mengenakan hoodie hijau berlari berusaha mengejar impian yang sulit diraih.

"NILA!"

Deru napas memburu dada, bibirnya tergoyang ikut berlari. Nila yang merasa namanya disebut pun menoleh ke arah sumber suara dan mendapati seorang cowok yang 'mungkin' sudah dianggap sebagai kekasihnya.

"Adnan?" kedua sorot matanya mendapati Adnan yang sedang mengatur napasnya.

Adnan menarik lengan Nila dan pergerakannya menyuruhnya duduk terdampar di lantai rooftop.

Nila mengangkat sebelah alisnya, "kenapa? Ada mal-"

"TAU GA?!" potong Adnan membuat Nila tersentak.

"ya engga atuh! Kenapa sih?"

"ha?? Beneran gatau? Serius?" Adnan membulatkan matanya khawatir.

"ngomong apa sih? Gatau apa?" Nila sedikit berontak.

Adnan mengusap pangkal hidungnya dan menghembus napas perlahan. "hari ini, 3 januari.." ucapnya lirih sembari menoleh pasrah ke arah Nila.

"kenapa sama 3 januari? Iya tau hari ini 3 januari, makasih, tapi aku inget kok.." Nila mengembang senyum.

"inget apa?!" Adnan antusias.

"inget kalau hari ini harus bikin tugas nganalisis sama Althair. Duluan ya.." Nila melenggang pergi sembari senyum tanpa dosa, meninggalkan Adnan kini yang sedang mengerling kesal.

Hilang sudah siluet punggung Nila dari pandangan Adnan, cowok itu menggerutu terus-menerus disertai kakinya yang gatal ingin menendang segala macam benda, tak peduli ada seseorang atau tidak disana.

🍒

Nila menatap pak dosen pembimbing di depan kelasnya, entah mengapa pipinya tak bisa menahan kerutan senyum. Hingga pak dosen pun terus menengok ke belakang atau sesekali bercermin takut ada apa-apa di wajahnya, atau hanya pak dosen itu yang terlalu percaya diri bahwa Nila tersenyum padanya.

Pak dosen itu tak sanggup memandang Nila yang tengah tersenyum. Tatapannya memang kosong, namun sangat jelas itu tertuju padanya membuat orang tua yang sekira umurnya sudah menginjak kepala lima itu menggaruk tenguknya malu-malu.

Bahasa tubuh pak dosen pun terlihat. Alda yang melihatnya pun langsung menyenggol Nila menyadarkannya.

"Nila.." bisiknya lembut.

"Nilaaa.." ia coba yang kedua kali.

Hingga gadis dengan rambut tergerai itu pun langsung melempar pandangan ke luar kelas dan pura-pura berteriak,
"ADNAN TUNGGU DULU YAA"

Seketika Nila langsung menengok ke luar kelas, pak dosen pun mengerucut bibirnya iri.

Nila berbisik pada Alda kembali, "bohong sama dengan dosa!" Nila menatap tak suka.
"lagian! Ngapain si senyum-senyum!"

Nila memutar bola mata, "apa masalahnya buat Alda? Senyum ibadah kok,"

Alda hanya menghembus napas pelan, sesekali ia melihat pak dosen terus merengut.

Belum juga beberapa menit, Nila sudah mengembang senyumnya kembali membuat Alda frustasi.

Di lain sisi, Adnan tengah berkumpul dengan dua soulmate-nya yang tengah mengantuk layaknya selesai dibacakan dongeng pengantar tidur. Tapi memang benar, Adnan bercerita tentang Nila yang tak tahu bahkan tak peduli dengan hari ulang tahunnya.

INTROVERT - destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang